Hujan turun dengan deras hari ini, guntur terus bergemuruh menjadi instrumen langit yang menghiasi gelap nya malam ini. Dengan secangkir susu coklat panas Zanna melihat ke luar jendela memandang air air yang turun deras dari langit, biarpun mata nya menatap ke arah air hujan tapi pikiran nya selalu berkecamuk memikirkan satu orang.
SANNAN ADHIKARI...
▪︎DING - DONG.
Suara bell apartemen nya berbunyi mengembalikan kesadaran Zanna seutuhnya. "Siapa malem malem gini?." Ucap nya sambil membawa cangkir susu coklat panas miliknya.
Mata Zanna langsung memastikan lewat lensa yang ada di pintu nya, dan mata itu pula yang terbelalak ketika melihat siapa yang ada di balik pintu, dengan cepat ia membuka pintu nya.
"Naa." Lirih orang di balik pintu nya.
"KAK SANNAN LU NGAPAIN UJAN UJANAN GINI SIH?! UDAH MALEM LOH!."
Sannan langsung memeluk Zanna dengan air yang masih menetes dari tubuhnya, karena tadi Zanna membawa cangkir berisikan minuman panas ia memeluk Sannan dengan satu tangan nya saja.
Ia pikir Sannan hanya melipir karena kehujanan, tapi pria itu menangis saat memeluk tubuh Zanna.
"Hey... u okay??." Ucap Zanna mempererat pelukannya.
Sannan tidak menjawab hanya memeluk wanita itu lebih erat dari sebelum nya.
Zanna mengusap punggung Sannan lalu melepas pelukan nya, ia menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Sannan menatap nya sebentar lalu pria itu kembali memeluk Zanna. "Mandi dulu ya kak... badan mu dingin banget ini kena air hujan. Baju kamu masih banyak di sini kok jadi ada baju ganti."
Zanna mengunci apartemen nya lalu mengantar Sannan menuju ke kamar mandi nya ia membiarkan pria itu mandi agar tidak jatuh sakit. Dengan hati yang penuh pertanyaan tapi ia memendam nya dalam dalam dan memilih diam agar pria itu merasa lebih nyaman.
Tak lama pria itu keluar dengan baju ganti yang tadi Zanna berikan, "hot choco nya kak?."
"Na... gua... gua nggak bisa ngapa ngapain tanpa lu."
"Kak."
"Sumpah Na.. gua kira gua cuma nggak kebiasa aja tapi udah lebih dari 3 bulan kita pisah makin hari makin banyak aja hal yang bikin gua kek, kok gua nggak bisa ngelakuin ini sebagus dulu? Kok bisa gua semakin kesini semakin jelek kinerja di tempat kerja atau di manapun? Kok gua nggak bisa konsentrasi dan.. kok bisa dada gua se sakit itu pas liat lu nyari subby lain." Ucap nya menahan air mata.
"Lu liat gua di caffe wonderland?." Tanya nya memastikan.
"Iya.. gua juga niat nya mau nyari dom baru, tapi nggak bisa. Bagi gua hubungan kita lebih dari dom dan subby Naa, tapi gua nggak yakin lu berpikiran yang sama."
Zanna membentangkan tangan nya lebar lebar, ia tahu betul pria di depan nya sangat butuh pelukan nya. Benar saja pria itu langsung menghampiri dan memeluk Zanna lagi.
"Mama gua nyuruh gua nikah kak." Bisik Zanna membuat Sannan tersentak.
"Lu di jodohin Naa??."
Jujur saja Sannan berharap jika jawaban nya tidak, hanya saja ini bukan hal yang mudah karena orang tua Zanna yang menginginkan nya.
Dengan perlahan Zanna mengangguk. "Hmmm."
Sannan langsung bangkit berdiri lalu mengambil kunci motornya. "Eh maaf jadi curhat malem malem gini, kalo gitu gua balik dulu ya."
Zanna mengangkat tangan nya tinggi tinggi dan memperlihatkan kunci apartemen miliknya.
"Udah gua duga lu akan langsung cabut."
"Hah?." Sannan bingung bukan main karena Zanna tiba tiba bersikap aneh.
"Kebiasaan buruk lu tuh! Kalo apa apa tuh dengerin sampe abis dulu Pak Sannan Adhikari! Gua di suruh nikah sama mama... dan emang niat nya mau di jodohin hehe...." Wanita itu terus menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Terus??." Tanya nya mendengarkan.
"Gua nunjukin foto lu, terus bilang kita bentar lagi tunangan." Jawab nya enteng.
Sannan menggeleng tidak percaya. "Kalo bercanda jangan sampe level ini Na... ini tuh hati na hati!."
"Liat aja chattan gua sama mama." Zanna melemparkan ponsel nya ke depan Sannan membiarkan pria itu melihat sendiri dengan mata kepala nya.
Sannan yang hendak pergi kembali duduk dan membaca bukti chatt mereka berdua dengan serius, di sana bahkan mama dan papa Zanna setuju setuju saja bahkan suruh segera mengenalkan mereka pada Sannan.
"Ini prank kan.. pasti fake chatt inimah. Nggak! Gua lagi mimpi sih inimah."
▪︎BRUUGGH.
Sannan yang semula duduk di sofa kini terjatuh ke lantai karena perempuan itu mendorong nya, "AAWWWWWW!!." Sannan menatap Zanna tidak percaya.
"Upssie.. kekencengan ya?? Kayaknya bukan mimpi sih kalo sakit." Sannan masih menatap tidak percaya.
"Jadi kapan kita nikah sayang?." Zanna dengan sengaja menggoda Sannan.
"Sayang??." Sannan bertanya ulang takut takut telinga nya salah dengar.
"Iya sayang.. kapan kita nikah..?". Tegas Zanna.
"NIKAH SEKARANG! AYO NIKAH!!!."
▪︎KRRRIIINGGGGGGGGG KRRRIIIINGGG
Alarm berbunyi dengan kencang membangunkan Sannan dari tidurnya, mata nya mengerjap berkali-kali lalu menatap plafon kamar apartemen yang ternyata milik nya.
"Mimpi doang... agak sakit ternyata ya pas sadar cuma mimpi."
'Pantesan kerasa nyata gua jatoh dari kasur tapi milih lanjut tidur'.
■■■
Hari hari terus berlalu, dari kejauhan Sannan melihat Zanna bisa tersenyum lebar seperti biasa bersama rekan tim nya. Bukanya merasa kesal tapi ia hanya terus memikirkan apakah ia hanya sebatas mainan nya saja selama ini? Apa selama menjalani hubungan Zanna tidak memiliki perasaan sama sekali untuk nya? Apa hanya dia yang benar benar berharap lebih? Meskipun ia tahu memang dalam hubungan ini dari awal tidak boleh melibatkan perasaan tapi ternyata Sannan yang jatuh hati terlebih dahulu...
Ponsel Sannan menunjukan notifikasi masuk, ia membuka pesan singkat dari teman nya.
"Gak usah galau lagi. Malem ini kita happy happy!."
"Happy happy endas mu!." Sarkas Sannan.
Meskipun begitu malam nya ia tetap ikut teman nya karena sudah di undang, seperti biasa happy happy yang di maksud bukan happy happy refreshing otak dengan kegiatan positif melainkan clubbing. Iya clubbing!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hehe! Jangan lupa vote, comment, and follow!!!-chianim
KAMU SEDANG MEMBACA
My subby my hubby: cemburu kak?? (Clear!)
ContoKali ini Sannan benar benar menunjukan sisi lain yang tidak pernah di lihat oleh Zanna, nyali nya yang besar sama dengan rasa cemburu nya yang besar, tak lupa pula ego nya yang tak kalah besar dan mungkin ada sesuatu yang cukup besar yang tidak bisa...