Hari ini adalah 1 bulan setelah kontrak mereka berakhir, hubungan mereka juga ikut berakhir...
Tak di sangka sangka ini lah rasa dan sensasi dari sesuatu yang berakhir, seperti ada yang hilang, dan ada yang kurang, baik dalam hal ini maupun itu.
"Gimana? Pet kesayangan lu waktu itu." Ucap seorang wanita yang berdiri di hadapan Zanna sambil menyesap americano nya.
Zanna melirik nya sinis karena tahu betul bahwa pertanyaan ini cepat atau lambat akan di lontarkan. "Gak gimana gimana..." Balas nya malas.
"Gak lu lanjut kah??." Pertanyaan nya semakin intens seperti wartawan membuat Zanna memutar bola matanya malas.
"Nggak. Sama aja kek pet pet yang lain, pergi abis kontrak selesai."
Teman nya menggebrak meja pelan namun masih terdengar. "Lu juga nggak ada inisiatif sih." Ucap nya terlalu gemas dengan pasif nya Zanna dalam mengejar 'anak anjing' nya.
"Udah nyium bau bau kegagalan sih, jadi gua ya gituu... nyerah aja gituu."
Teman nya menghela napas kasar lalu menatap Zanna, jujur saja Zanna juga terlihat menyayangkan hubungan mereka sebatas kontrak tapi mau gimana lagi?. Ia merasa tidak ada hak juga untuk lebih dari sekedar dom nya. "Tapi sayang banget lohh." Ucap nya mengakhiri topik 'anak anjing' Zanna.
"Mo gimana lagi?? Udah lah jan bahas tuh orang." Zanna benar benar terlihat malas.
Karena suasana akan menjadi canggung ia langsung menjentikan jari nya. "Fine fine. Malem ini kita cari subby baru lagi! Makan makanan enak! Party sampe gilaaakk!!."
"Sounds good! Let's goooo!!!!."
■■■
Di sisi lain, hanya kita yang tau apa yang terjadi...
Mulai sekarang ini adalah rahasia di antara kita, teman Sannan dan Sannan.
Sannan menjalankan bidak nya di atas papan kotak kotak berwarna hitam putih di sore yang cerah lalu menyesap kopi yang teman nya buatkan, pria di depan nya sudah menunggu kesalahan yang akan Sannan lakukan untuk menuju kemenangan nya.
"Gimana hubungan lu sama sih Jannah." Ucap nya membuat Sannan salah melangkah.
"Bangsat." Sungut Sannan.
Pria itu menjalan kan bidak nya dengan muka mengejek. "Skakmat! Yahoooo." Teriak pria itu membuat Sannan lebih kesal.
"Woi gimana? Jawab dulu." Sungut nya.
Sannan menggeplak tangan pria itu yang hendak mengambil jajanan nya. "Nama nya Zanna anjir bukan Jannah."
"Mo Jannah kek... Zanna kek... Jono kek.. Jeno kek.. gak perduli gua! Yang penting lu sama dia gimana sekarang?." Tanya nya masih penasaran.
Sannan menghela napas kasar, lalu kembali menarik napas dalam dalam... "LU BERHARAP APA ANJIR?! DARI AWAL JUGA CUMA TINTA HITAM DI ATAS KERTAS PUTIH." Balas Sannan kesal.
Pria di depan nya bergeleng malas. "Haelah! Segala tinta tinta kertas kertas tai anjing. Gua tau lu liat itu kertas lebih dari sertifikat tanah, lu kan udah terlanjur naksir berat sama tuh cewek."
Jleb, straight to hati meongiel Sannan.
Sannan menggaruk kepala depan nya sambil melihat burung puyuh yang sedang bertengger di halaman depan di rumah pria itu, lalu menjawab dengan cengengesan. "Ya gimana ya, gua liat liat dia biasa aja mungkin karena dia famous dan sering ngejalanin hubungan kek gini jadi gua pun bukan sesuatu yang bisa bikin dia stay."
Diam diam pria itu cekikikan dengan omongan yang Sannan lontarkan barusan.
Ralat lebih tepat nya ia menertawakan Sannan yang resmi menjadi Sad boy juga seperti nya.
"Kata gua sih lu kena karma dah ahahahhaha."
Sannan menatap nya kesal lalu menggelepak kepala pria itu. "Lu lama lama kek anjing ya! Gak usah bikin gua tambah susah move on dah mending lanjut lagi gua yang putih sekarang!."
Mereka berakhir... benar benar berakhir...
Apa benar berakhir?? Jinjjah real kaah??.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hallo readers. Ehe makasih yang udah mampir! Makasih buat yang stay nungguin. Makasih juga yang udah mau komen!Follow buat bonus chapter biar nggak ketinggalan update an terbaru nya!.
Salam hangat dari CHIAAAAAAAKKKKK
KAMU SEDANG MEMBACA
My subby my hubby: cemburu kak?? (Clear!)
Storie breviKali ini Sannan benar benar menunjukan sisi lain yang tidak pernah di lihat oleh Zanna, nyali nya yang besar sama dengan rasa cemburu nya yang besar, tak lupa pula ego nya yang tak kalah besar dan mungkin ada sesuatu yang cukup besar yang tidak bisa...