Part 4

557 41 1
                                    

Happy Reading
-
-
-

"Kau tersenyum?"

Kini Lalisa menelan salivanya, kembali tegang seperti saat pertama kali kakinya melangkah kedalam ruangan ini. Mata tajam milik kucing betina itu sama sekali tidak memancarkan keramahan.

Tanpa menunggu jawaban Lalisa. Kim Jennie beralih mengorek sesuatu di sampingnya: mencari sesuatu dalam tasnya.

Saat aktifitasnya masih berlangsung, "Keluarlah, atau kau ingin aku meninggalkanmu dengan pintu terkunci disini" Tanpa menatap wajah Lalisa, wanita itu masih setia bicara dengan kedinginan dalam suaranya.

Mendengar perkataan itu. Lalisa langsung keluar dari ruangan ini dan beralih mengikuti intruksi yang Jennie berikan: menunggunya di depan pintu ruangan tersebut.

Tidak berselang lama, sebuah kartu akses terlihat didalam genggaman tangan pemilik wajah kucing itu, dan dia dengan cepat menenteng tasnya, dan menutup pintu rungan ini dengan kartu akses itu dengan cara menempelkannya.

Setelah pintu tersebut mengelurkan cahaya merah kecil pada layarnya, Kim Jennie mencabutnya dan memasukkan kartu tersebut dalam tasnya kembali.

Di sisi lain Lalisa memperhatikan aktifitas Kim Jennie dengan patuh. Sampai mata kucing itu kembali bertemu dengan tatapannya "Ayo" ujarnya mengisyaratkan agar mereka berdua beranjak dari sini. 
____

Setelah berjalan hampir lima belas menit lamanya menelusuri lorong-lorong kampus ini, keduanya masih diam sama bisunya di langkah mereka.

"Nanti ketika kau mencapai kamar asramamu. Langsung istirahat dan jangan bergadang" Jennie membuka suaranya, dan untuk pertama kalinya suara itu terdengar ramah.

Mendengar perhatian Jennie. Lalisa memalingkan wajahnya untuk melihat wanita kejam itu. Dia merasakan sedikit kehangatan menembus hatinya.

Perasaan apa ini?

Melihat perubahan Ekspresi Lalisa. Jennie menatapnya sedikit tidak nyaman. Jantungnya sedikit berdebar  "Jangan menatapku seperti itu. Kau seharusnya berkaca dan melihat betapa hitamnya kantung matamu" Ucap Jennie padanya.

Apakah kau baru mengatakan padaku, bahwa kau baru saja perduli?

Lalisa tersenyum mengetahui itu. "Baiklah. Terima Kasih atas perhatianmu" Katanya masih dengan senyumnya yang belum pudar.

Di sampingnya. Kim Jennie hanya diam menatap gadis itu. Sampai akhirnya dia memalingkan wajahnya dan kembali berjalan menatap kedepan.

Di pikirannya sekarang. wajah Lalisa benar-benar sangat cantik. Kim Jennie mengingat detail wajah itu dan baru sadar bahwa perempuan di sampingnya ini benar-benar sesuatu.

Bagaimana tidak? Gadis itu, dia memiliki bentuk wajah dengan Jawlinenya terpahat tegas, di padukan dengan Mata Hanzel berwarna coklat yang mampu  menangkap siapapun untuk jatuh cinta padanya, hidungnya yang mancung terpahat sempurna, dan bibirnya yang warna buah ceri yang merona: Sangat cocok untuk menggoda orang lain untuk mencicipinya.

Menyadari bahwa pikirannya baru saja memuji Lalisa. Sialan! Sejak kapan aku mulai menganggumi orang lain? Jennie Kim menggrutu pada dirinya sendiri. Lalu pergi mendahului lalisa pada langkah kakinya.

Jenlisa: My Senior (back) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang