04. Heart Rate

152 16 25
                                    


Bener-bener minta tolong buat kalian yang SIDERS Aku nulis dan mikir cuma buat orang-orang yang mau menghargai karya ku. So, cobalah untuk menghargai karya orang lain. Kalian juga menikmati cerita ini kan?

Don't forget to follow me setyiwati


Vallea masih tetap diam, ia enggan bertanya kepada Alvenzo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vallea masih tetap diam, ia enggan bertanya kepada Alvenzo. Gadis itu masih tetap saja memikirkan kejadian tadi di Casino. Kedatangan Jonathan dan Rafael sangat mengejutkan baginya, pasalya dua orang laki-laki itu pasti suruhan ayahnya. Jonathan adalah sepupunya sedangkan Rafael adalah tangan kanan ayahnya. Vallea sudah menebak tujuan mereka kemari yaitu pasti untuk mencarinya.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti, Alvenzo dan Vallea segera turun. Alvenzo berjalan dengan cepat, tidak mau ketinggalan Vallea pun segera menyusul laki-laki itu.

"Kita mau kemana?" tanya vallea menatap bingung laki-laki didepannya. Alvenzo tidak menjawab, ia malah memperhatikan Gedung didepannya. Gedung itu terlihat sudah tidak terpakai, terbukti dengan adanya semak-semak dan ilalang yang mengelilingi Gedung iitu.

"Jika kita didalam nanti kau hanya perlu diam dan tidak usah banyak bicara,"ucap Alvenzo.

"iya-iya!"sahut Vallea. Mereka meneruskan langkahnya memasuki Gedung itu. Perlu diingat, mereka hanya berdua tidak ada anak buah Alvenzo yang ikut. Vallea mengusap bagian belakang lehernya, bulu kuduknya berdiri saat kakinya sudah menginjak lantai didalam Gedung. Ia merapatkan tubuhnya didekat Alvenzo, sebut saja Vallea penakut, karena memang itu faktanya.

"AAHHHKK!!"

Vallea memanggil Alvenzo dengan pelan. Teriakan kesakitan seseorang itu membuat Vallea menjadi lebih takut. "Venzo? Itu suara siapa?" tanyanya.

Alvenzo hanya diam tidak berniat menjawab pertanyaan Vallea. "aku suka panggilan itu." gumam Alvenzo pelan saat mendengar gadis itu memanggilnya Venzo.

Mereka melanjutkan langkahnya dengan pelan. Alvenzo hanya mengandalkan cahaya lampu yang tidak terlalu terang. Mereka menaiki undakan tangga, beberapa menit mereka sudah sampai dilantai dua. Atensi Vallea beralih menatap pintu berwarna cokelat muda yang sedikit usang diujung pojok kanan. Alvenzo melangkahkan kakinya mendekati pintu berwarna cokelat itu diikuti Vallea dibelakangnya. Pintu itu terbuka lebar saat Alvenzo tiba-tiba menendang pintu itu dengan keras.

"Kau gila huh!"

"sudah kubilang untuk diam kan?" Alvenzo menatap Vallea tajam.

"ck! Iya-iya!" sahut Vallea kesal.

Kosong, ruangan itu kosong. Alvenzo segera menghampiri pintu berwarna cokelat di ujung kiri. Kali ini laki-laki itu tidak lagi menendang pintunya, ia memasuki pintu itu dengan perlahan diikuti Vallea dibelakangnya. Benar saja, teriakan tadi berasal dari ruangan ini. Terlihat ada seorang laki-laki berambut pirang yang tengah terikat dikursi. Tangan dan kakinya berlumuran darah, mungkin akibat laki-laki itu kebanyakan bergerak, mengakibatkan rantai yang mengikat tangan dan kakinya itu menggoresnya perlahan demi perlahan.

ALVENZO : The RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang