Chapter 3: Selamat Datang di Sokcho

7 0 0
                                    

“Welcome to Sokcho,” kata Jungsoo ketika mereka berbelok, keluar dari highway dan memasuki sebuah kota.

Sokcho (속초) adalah tujuan turis yang lumayan populer karena letaknya yang dekat dengan Gunung Seorak, Ulsanbawi dan pantai-pantai populer di Korea. Terletak sekitar 190 km sebelah timur Seoul, kota ini bisa dengan mudah dicapai dalam 2,5 jam naik mobil. Perjalanan Faye dan Jungsoo sendiri hampir 3,5 jam karena mereka berangkat langsung dari Incheon Airport dan menyempatkan berhenti di rest area.

Faye menoleh ke luar jendela dan melihat hamparan salju di sekelilingnya. Kontras dengan pemandangan kota besar di Seoul dan dataran yang cenderung flat sepanjang perjalanan, daerah Sokcho lebih dinamis. Pegunungan di satu sisi, dan pantai di sisi lainnya. Sebuah kota kecil, jika dibandingkan Jakarta, yang tenang di pinggir laut timur. Sokcho Fish Market yang menjual seafood, restaurant yang beraneka ragam, serta toko-toko yang menawarkan barang-barang unik berderet di sepanjang jalan. Diselingi dengan sekolah, rumah ibadah dan penginapan.

Mobil yang dikemudikan Jungsoo berbelok ke satu penginapan yang memiliki huruf alfabet Latin pada papan namanya. Penginapan yang didominasi warna biru, dan terletak tidak jauh laut dan dermaga.

Faye mengenakan jaketnya kembali dan turun dari mobil, mengikuti Jungsoo ke resepsionis. Ada sebuah payung berwarna kuning tersandar di dekat bilik yang kosong. Jungsoo menekan bel yang ada di atas meja. Lalu seorang anak kecil memunculkan kepalanya, mengintip dari balik pintu.
Jungsoo berbicara sesuatu dalam bahasa Korea, yang ditangkap Faye sebagai permintaan memanggilkan orang tuanya. Tidak berapa lama, seorang lelaki keluar. Jungsoo mengurus proses check-in, sementara Faye berjalan keliling lobby dan restoran mengamati keunikan penginapan tersebut.

Namanya hostel, tapi buat Faye, tempat ini lebih mirip motel atau hotel bintang dua. Tempatnya bersih. Ada banyak hiasan di lemari yang ada di lobby, sementara di restoran, hiasannya dipajang di rak dekat pintu dapur. Ketika diamati, banyak dari hiasan ini adalah sumbangan dari para pengunjung hostel tersebut yang datang dari seluruh dunia. Menarik juga.

“Faye.”
Suara Jungsoo membuyarkan rangkaian pemikiran Faye.
“Check-innya sudah selesai. Ini kunci kamarmu,” kata Jungsoo, sambil menyerahkan sebuah kunci dengan gantungan kayu. Nomor kamarnya terukir di sana dengan warna hitam dan font yang membuatnya seakan ditulis tangan.
“Terima kasih.”
“Kopermu sudah diletakan depan pintu kamar.”
“Okay.”
“Sampai ketemu makan siang?”
Faye mengangguk, dan Jungsoo pun berlalu.

Faye naik ke lantai tiga dan menemukan kopernya di depan sebuah pintu berwarna biru cerah. Laut terlihat dari jendela di sepanjang koridor, yang ternyata hanya dipisahkan oleh dua jalur jalan raya dari sisi belakang penginapan tersebut.  Kota yang menarik untuk jadi tempat tinggal, pikir Faye. Atau destinasi melarikan diri.

The Scented Thing Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang