Chapter 03: Semoga Bertemu

63 9 0
                                    

Mbak melangkah menuju wanita tua yang duduk dikursi roda itu.

"ada perlu apa ya?" tanyanya dengan ramah mewakili Kai yang hanya menatap wanita tua itu dengan bingung.

wanita tua itu tersenyum. "hanya ingin berbicara sebentar." responnya sambil melihat Kai.

Mbak langsung menjawab dengan senyum teduhnya. "maaf Nyonya, Nona sedang tidak berada didalam waktu untuk mengobrol sekarang."

wanita tua itu mengkerutkan keningnya, merasa sedikit kesal.

susah sekali mengobrol dengan tuan putri ini.

"hanya sebentar. Bisa kah Nona Kailani Marama?" ucapnya kekeh dengan mata yang tertuju tepat pada perempuan yang hari ini baru mencapai usia 20 tahunnya.

Kai yang sedari tadi hanya diam memperhatikan wanita tua itu seketika dibuat terkejut.

bagaimana bisa wanita tua itu tahu namanya?

Mbak yang mendengar itu jelas ikut terkejut. Ia langsung menoleh pada majikannya untuk melihat persetujuan sang Nona.

Kai masih menatap wanita tua itu dengan bingung, ia tak pernah menyebarkan namanya seluas itu. Bahkan tak banyak orang yang mengenali dirinya meskipun ia seorang anak dari pemilik perusahaan yang begitu banyak orang-orang ketahui.

jadi siapa wanita tua ini?

Sebelum akhirnya pintu ruang rawat Ayah terbuka dan muncul lah Dokter yang selama ini menangani Ayahnya dirumah sakit.

dirinya refleks bangkit dari duduknya dan menghampiri Dokter itu.

"Ayah baik-baik aja kan, Dok?" tanyanya khawatir, tangannya kembali bergetar seperti tadi.

Dokter itu terdiam sebentar. Wajahnya terlihat lelah dengan keringat yang masih bercucuran dipelipisnya.

Kai menarik tangan Dokter itu. "Dok, jawab saya!"

Dokter itu menggelengkan kepalanya perlahan. "Ayahmu gak akan lama lagi, Kai."

Kai melepas tangan Dokter itu. Sekujur tubuhnya tiba-tiba terasa lemah, tidak ada lagi tenaga yang mampu menguatkan tubuh itu.

Dokter mencengkram pelan kedua bahu kecil itu. "tolong persiapkan diri kamu. Kami tidak tahu Tuhan akan memanggilnya hari ini,"

Ayah...

Ayah aku mohon...

"atau esok."

.
.
.
.
.

Erlan mengerutkan keningnya bingung.

bagaimana hari bisa berganti begitu cepat saat ia keluar dari rumah sakit?

terakhir ia melihat jam saat berada didalam rumah sakit adalah pukul 7 malam.

mengapa diluar menjadi sangat cerah karena terik matahari yang menyilaukan matanya itu?

ramai suara orang disekelilingnya membuat pandangannya terarah pada beberapa bangunan didepannya.

dimana ia sekarang? mengapa semua terlihat begitu asing dimatanya.

dia langsung berbalik untuk melihat pintu keluar rumah sakit.

kedua bola matanya membesar karena terkejut.

engga. Ini bisa dibilang sangat-sangat terkejut.

dibelakangnya, yang seharusnya adalah bangunan rumah sakit itu malah menjadi sebuah bangunan tua yang terlihat seperti terbengkalai.

Blue, 1997.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang