Chapter 07: Langit dan Laut

48 8 0
                                    

Erlan dan Kai berhasil keluar dari sekolah itu. Beberapa menit yang lalu Erlan berpamitan pada semua mahasiswa sekaligus Kalanie, satu-satunya orang yang berseragam sekolah disana.

Erlan juga meminta maaf pada mereka karena sudah membuat salah paham. Dan permintaan maaf itu langsung diterima oleh para mahasiswa itu. Erlan sangat bersyukur bahwa mereka tidak merasa curiga sama sekali pada dirinya yang baru saja berbohong pada mereka.

tetapi ada satu yang masih mengganjal dipikirannya.

sang Ayah--- tidak, orang yang bernama Sarendra itu tak berbicara apapun saat ia berpamitan dan meminta maaf pada mereka. Dia hanya terus diam dengan sorot mata dinginnya menatap Erlan.

seperti memberi tatapan bahwa dia tidak mau melihat Erlan masuk ke dalam pandangannya lagi.

Erlan membuang nafasnya yang terasa berat. Kepalanya tiba-tiba terasa pening saat memikirkan orang dengan nama Sarendra itu.

"kenapa lo harus potong ucapan gue?"

Erlan menoleh ke sampingnya, perempuan yang sejak tadi ikut berjalan disampingnya baru saja mengeluarkan suaranya semenjak mereka berhasil keluar dari sekolah.

Erlan menatap perempuan dengan kedua mata yang terlihat menatap kosong jalanan didepan mereka.

"dia Ibu lo?"

langkah perempuan itu terhenti, membuat Erlan ikut menghentikan langkahnya untuk menghadap pada perempuan yang sekarang sedang menatapnya dengan air mata yang sudah menggenang dipelupuknya.

"kalau lo gak potong ucapan gue, gue akan tau dia Ibu gue atau bukan." Kai. Perempuan yang sedari tadi hanya diam mengikuti Erlan sejak mereka keluar dari sekolah itu menatap sendu kedua mata sang Pemuda yang lebih tinggi darinya.

Erlan terus memperhatikan wajah itu dalam beberapa detik. Sebelum akhirnya membuang pandangannya. "dia pasti bukan Ibu lo."

Kai langsung merubah tatapannya menjadi dingin. "kenapa lo bisa seyakin itu?"

"kalau dia Ibu lo, kenapa lo gak bisa ngenalin dia?"

skakmat. Kai jelas tidak bisa menjawab apapun atas kalimat yang baru saja keluar dari pemuda ini.

karena nyatanya, Kai memang tidak sama sekali mengenali Ibunya sendiri.

Kai membuang pandangannya ke sembarang arah. Air matanya tak mampu lagi ia tahan saat itu juga.

saat dirinya menangis seperti ini, biasanya selalu ada sang Ayah yang menemani disampingnya.

tetapi, ia bahkan tidak tahu dimana Ayahnya berada sekarang.

bagaimana keadaan Ayahnya sekarang?

apa Ayahnya sedang mencarinya sekarang?

Kai sungguh merindukan Ayahnya. Entah sudah berapa jam ia menghilang dan muncul ditahun ini.

"gue mau balik."

ucapan yang terlontar dari mulut perempuan itu sukses membuat Erlan berdecak. "gak akan ada yang bisa bantu kita buat balik."

"kita bisa sampai kesini pasti juga bisa untuk kembali ke tahun 2024."

"lo gak ngerti ya kenapa lo bisa ada ditahun ini?"

"nggak! dan gue nggak mau tau kenapa gue bisa ada disini!"

Erlan bisa melihat kilatan yang ada dikedua mata milik perempuan itu. Deru nafasnya seperti tidak beratur, kedua bahu kecil itu juga naik turun menandakan bahwa dia sedang dalam emosinya.

kedua tangan itu bergerak mencengkram pelan kedua bahu yang lebih kecil. "lo sekarang ada ditahun 1997. Pasti ada alasan kenapa lo harus kembali kesini."

Blue, 1997.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang