Erlan dan Kai berhenti menatap satu sama lain saat Bima memanggil keduanya untuk ikut bersamanya.
Kai melangkah lebih dahulu untuk berjalan bersama Bima disampingnya. Sedangkan Erlan sendiri memilih untuk tetap berjalan dibelakang mengikuti keduanya.
entah mengapa, rasa canggung diantara keduanya tiba-tiba muncul seperti saat tadi. Membuat keduanya menjadi lebih berjaga jarak saat ini.
"kita mau kemana, Bim?" Kai memulai percakapannya untuk menghilangkan detakan jantungnya yang berdegup tidak normal.
"makan malam." jawab Bima sambil tersenyum tipis.
lalu tak lama Bima berhenti didepan pintu yang cukup besar dan tinggi. Kedua orang yang berjaga didepan pintu itu langsung segera membukakan pintu untuk mempersilahkan mereka masuk.
diruang makan yang cukup mewah itu Kai langsung menemukan wanita tua yang membawanya kesini, sedang duduk dibagian paling ujung meja panjang yang berada diruang makan itu.
Kai dipersilahkan untuk duduk disalah satu kursi yang tak jauh dengan kursi yang diduduki wanita tua itu. Dan Erlan duduk dikursi yang berhadapan dengannya, bersama Bima yang duduk dikursi sebelahnya.
nenek menunjukan senyum ramahnya kepada Erlan dan Kai. "silahkan menikmati hidangan kami."
Kai yang awalnya hanya diam menatap semua makanan yang tersedia diatas meja itu langsung menatap nenek. "sebenarnya apa tujuan nenek?"
Kai merasa harus membahas ini agar ia tidak penasaran lagi. Jujur saja, Kai masih tak mengerti semua yang terjadi padanya dalam satu harian ini. Kai merasa semua ini sangat tidak masuk akal.
kembali ke tahun 1997 adalah hal yang paling tidak masuk akal, dan sulit diterima oleh akalnya.
memangnya dia sedang dalam dunia fantasy?
yang bisa time traveler kemana pun dan kembali ke masa lalu?
Kai rasa hal itu hanya ada difilm-film yang pernah ia tonton. Dan sangat tidak mungkin terjadi dikehidupannya.
nenek menaruh pisau kecil yang semulanya ia gunakan untuk memotong daging dipiringnya. Dia mulai menatap Kai yang terus menunggu jawabannya tanpa menyentuh makanannya sedikit pun.
"kalian pasti tau kalau nenek yang bawa kalian kesini." sebuah kalimat pertama yang diucapkan wanita tua itu langsung direspon cepat oleh Kai.
"tapi bagaimana? caranya?"
nenek menghela nafasnya lelah.
sangat bawel.
ucapnya dalam hati dengan kedua bola matanya yang berputar malas. Lalu ia menoleh ke arah Erlan yang hanya diam tanpa bertanya apapun.
"Erlan gak suka makanannya?" tanyanya sambil tersenyum ramah membuat Erlan langsung menatapnya sedikit panik.
"suka kok. Terima kasih, nenek." balas Erlan tersenyum manis kemudian mulai memainkan garpunya diatas makanannya.
Kai yang melihat itu merasa kesal. Sebelum ia mengeluarkan seluruh kalimat protesnya nenek sudah lebih dulu berbicara.
"kalian harus rubah takdir seseorang," ucap wanita tua itu dengan raut datarnya.
Kai yang mendengar itu langsung terkekeh remeh. Lucu sekali, pikirnya.
merubah takdir seseorang? gila.
"kamu pikir aku Tuhan?"
nenek menoleh dingin ke arah Kai sebelum melanjutkan kalimatnya. "takdir orang tua kalian."