Chapter 09: Biru Tua

40 8 0
                                    

Kai membuka kedua matanya saat dirasa cahaya matahari yang menembus jendela disana menerpa wajahnya. Ia terbangun, kemudian menatap sekitarnya.

ternyata ia masih berada disofa tempat ia menangis semalaman. Kai bangkit dari posisi tidurnya, dan baru menyadari ada selimut yang sedari ia bangun sudah ada menutupi tubuhnya hingga bagian bahu.

Kai kembali mengingat apa yang terjadi semalam, dan ia hanya mengingat bahwa dia mengobrol dengan Erlan sampai tangah malam.

Kai ingat saat ia menceritakan kedua orang tuanya kepada Erlan.

Kai ingat saat dirinya mulai menangis didepan Erlan saat sedang menceritakan sang Ibu.

Kai ingat saat Erlan memeluknya dengan lembut saat ia tidak bisa mengkontrol tangisannya semalam...

"it's okay. It's not your fault." Erlan mengucapkan kalimat itu dengan Kai yang sudah berada didekapannya.

"but why did i have to be born?" Kai merespon kalimat itu masih dengan air matanya yang terus mengalir sedikit membasahi pakaian pemuda itu."while my mother had to go." sambungnya.

Erlan tidak langsung merespon apa yang Kai bicarakan. Pemuda itu memeluk punggung yang sekarang sedang runtuh itu semakin erat. Memberi kenyamanan pada si pemilik punggung kecil yang sedang berada didekapannya itu agar merasa hangat.

satu tangan Erlan mengelus surai hitam panjang itu dengan lembut. Sesekali ia menghirup udara disekitarnya untuk menetralkan detakan jantungnya yang entah mengapa berdegup begitu kencang.

Erlan hanya berharap Kai yang sedang berada dipelukannya saat ini tidak akan sadar dengan suara degupan jantungnya yang kencang.

walaupun pada nyatanya, Kai yang sedang bersandar pada bahu yang lebih besar itu juga sedang merasakan hal yang sama.

keduanya tidak menyadari akan hal asing yang sama-sama sedang mereka rasakan. Erlan dengan kalimat-kalimat penenangnya yang mampu membuat Kai merasa lebih baik, sedangkan Kai masih terus menyembunyikan wajahnya pada dada bidang itu sampai tak sadar bahwa ia mulai menutup kedua matanya perlahan.

Kai terdiam ditempat duduknya saat beberapa ingatan-ingatan tentang semalam mulai bermunculan dikepalanya.

dia tertidur dipelukan Erlangga?

bagaimana reaksi Erlan saat tahu bahwa ia tertidur dipelukannya?

bagaimana kondisi wajahnya yang tertidur itu?

mengapa ia bisa tertidur hanya karena mendengar suara Erlan yang sedang mencoba menenangkannya?

Kai menutup mulutnya dengan satu tangannya. Kedua kakinya yang berada diatas lantai itu bergerak dengan gelisah.

harus bagaimana ia menghadapi pemuda yang bersamanya sampai tengah malam itu hari ini?

Kai itu adalah tipikal orang yang sangat memikirkan sesuatu. Ucapan orang padanya pasti akan selalu ia ingat, apalagi perlakuan orang terhadap dirinya.

dan perlakuan Erlan semalam padanya apa bisa tidak ia pikirkan lagi? tentu saja jawabannya adalah tidak bisa.

Kai mungkin akan terus mengingat tentang semalam disetiap ia bertemu Erlan.

benar-benar memalukan!

kenapa bisa-bisanya tidur sih?!

Kai terus mendumel dalam hatinya, sekarang bahkan dirinya sedang menundukan kepalanya membuat rambut panjangnya berjatuhan menutupi seluruh wajahnya.

Blue, 1997.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang