"kak Sagaraaa!"
Sarendra atau yang lebih sering orang-orang memanggilnya Endra itu menundukan wajahnya lelah. Haruskah mereka hanya ingin sampai ke ruang kepala sekolah saja se sulit ini?
Sagara. Pemuda yang sekarang namanya sedang diteriaki itu malah memasang wajah tebar pesonanya sampai Endra ingin sekali menghantam wajah itu sekarang juga.
"Sagara." panggilnya dingin kepada teman yang sudah bersamanya sejak jaman smp itu.
"bentar, Dra, bentar!"
Sagara bersusah payah memimpin jalan teman-temannya sambil terus bilang 'permisi' pada murid-murid yang mengerubungi jalan mereka.
"kak Sagara ganteng banget sih!"
"iya makasih yaa misi dulu."
"kak Sagara please sms-an sama aku!"
"iya entar yaa aku lewat dulu boleh nggak?"
"kak Sagara ayo tukeran sms!"
"boleh-boleh, tapi misi dulu bisa nggak cantik?"
"KYAAA KAK SAGARA BILANG AKU CANTIK."
"AKU JUGA MAU DIBILANG CANTIK KAKK."
"AKU JUGA AKU JUGA."
"IYAAA MISI DULU YAA CANTIK-CANTIK." Sagara ikut menaikan suaranya yang mana malah semakin membuat riuh para kaum hawa disana.
"ini kayaknya nggak akan nyampe deh, Bang." Mahesa, salah satu diantara mereka menatap miris pemandangannya didepan.
Satria yang merupakan ketua anggota mereka pun akhirnya turun tangan. Pemuda itu memanggil Endra untuk berbicara.
"Dra, lo bisa nggak ke kepsek sendiri?" tanyanya.
"sama lo gak bisa?"
"gue urus disini, Dra. Please ya bicara sama kepsek?"
Endra menghembuskan nafasnya berat. Situasi sekarang benar-benar membuatnya menjadi emosional.
ingatkan padanya bahwa ia nanti akan meninju wajah Sagara setelah ini.
"Iya."
"thanks banget. Lewat belakang aja Dra."
Endra langsung beranjak darisana seperti yang diperintahkan Satria. Halaman belakang memang ada tangga jalan pintas menuju lantai dua. Tetapi jika mereka lewat sana dan membawa Sagara sama saja tidak mengubah apapun.
Endra tak menyadari bahwa saat ia keluar dari kerumunan itu ada seseorang yang langsung mengikutinya diam-diam dengan memakai almet biru yang sama dengan miliknya.
Sagara, Sagara, gue gak sabar buat nonjok lo setelah ini.
Endra berjalan dengan terus menandai wajah sagara dipikirannya.
enaknya nonjok dibagian mana ya, Gar?
pipi? hidung? rahang?
apa satu badan aj---
Bruk!
Endra langsung menarik pergelangan tangan itu dengan cepat.
Syukurlah, tidak sampai jatuh.
sedangkan perempuan didepannya ini mencoba menarik nafasnya yang tak beraturan. Tangan satunya dia pakai untuk menyentuh dadanya yang terasa berbunyi sangat kencang.
tabrakan tadi begitu kencang karena dirinya yang berlarian tidak melihat sekitar.
dia kembali terfokus menatap pemuda didepannya yang sedang menatapnya dengan tangan yang masih menahan pergelangannya itu.