01

16 3 1
                                    

Suhu bumi naik 1,5 derajat celcius dan Thalassa masih disini, terjebak dengan dua orang yang dia sebut 'beban' karna takut-takut mengangkat papan campaign menolak peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Uap baru kota Eastway yang menurut Assa―begitu orang memanggilnya― sangat tidak ramah lingkungan.

Material batubara yang mencemari laut menjadi sumber pencemaran logam berat. Aktivitas dermaga bongkar batubara juga sering menjadi tempat tumpahan batubara. PLTU juga berdampak pada hilang dan berkurangnya akses lahan masyarakat untuk mencari sumber ekonomi seperti nelayan dan petani.

PLTU itu juga penyumbang emisi gas rumah kaca! PLTU adalah silent killer!

Pemerintah Eastway harusnya patuh pada komitmen COC (Conference of Company) 28 untuk lingkungan hidup di seluruh dunia.

"Heh?! Angkat yang benar! Kalian niat nggak sih?!" itu Assa, sudah menarik paksa kedua tangan anak magang didepannya agar mengangkat papan campaign lebih tinggi.

Mata hazel gadis itu berkilat garang. Ada beribu jarum yang rasanya menusuk kepada Assa sekarang. Dia ingin meledak. Sungguh!

Selain karena dua anak magang 'beban' yang ditugaskan untuk dia awasi hari ini, juga karena panas matahari yang menusuk hingga ke tulang.

Biarpun mereka bertiga berada di divisi yang sama. Satu kantor di salah satu lembaga non profit yang fokus pada isu perubahan iklim di Eastway. Tapi Assa bukanlah tipe senior yang ramah pada juniornya, apalagi anak magang yang 'penakut'.

Sebenarnya, Assa mendapat tugas mengawasi dua―ralat― tiga pegawai magang baru di kantor mereka. Satu pegawai lagi tidak kelihatan batang hidungnya. Ingatkan Assa untuk memberi pelajaran tata krama di hari pertama magang pada pegawai satunya nanti.

Matahari naik semakin tinggi, itu terasa membakar bumi turut pula rasa sabar Assa yang hanya setipis tisu dibelah seratus.

"Kenapa aku harus bersama duo beban ini?" keluhnya pelan, meski masih cukup keras untuk bisa didengar dua orang disebelahnya.

"Apa kak Assa sering melakukan ini?" Doni―salah satu anak magang itu bertanya takut-takut. Assa hanya mendengus sebagai jawaban.

Ramah―bukanlah nama tengahnya omong-omong.

"Aku akan pergi sebentar untuk refill air, kalian disini―" menunjuk papan campaign dengan garang "Tetap angkat itu, sampai salah satu dari pegawai PLTU itu keluar,Paham?"

"Pah―" tidak perlu menunggu jawaban keduanya, Assa sudah berlalu pergi.

Dia sedikit menyeret langkahnya yang terasa sangat berat karna terik cuaca siang itu. Dia membutuhkan sekitar sepuluh menit untuk berjalan ke mesin refill air minum dan kembali lagi.

"KAK ASSAIII" itu suara Doni berteriak panik.

Tepatnya minta tolong!

Assa sudah menduga, dua orang itu memang dikirim untuk menyiksanya. Assa bisa melihat perkelahian di depan pintu masuk pembangkit listrik. Papan campaign yang tadi dia suruh angkat tinggi-tinggi sudah terbelah dua.

Sedikit berlari kecil, Assa menghampiri mereka. Revi, anggota magang satunya berdiri diantara dua orang yang Assa kenali salah satunya adalah Doni.

Tidak―tunggu,

Ini bukan perkelahian, ada pria berotot yang tengah memukul Doni main-main dengan papan campaign. Badannya yang besar itulah yang membuat Doni tenggelam, mirip orang yang dipukuli.

"ITU KAK―"

Assa terdorong kebelakang saat ingin menarik kerah pria berambut arang yang sebenarnya tidak Assa kenali.

INNSÆI (The Sea Within)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang