11

3 2 0
                                    

"Bukan urusanmu!"

"Sarapan bareng aku terus nanti aku antar biar sempat." Tawar San.

Assa melirik jam tangannya. Masih ada satu jam setengah lagi dan sepertinya memang cukup untuk mengisi perutnya yang kelaparan juga.

"Kemari―" Assa merebut spatula dari tangan San.

"Kamu potong sawi putih sama wortel yang ada dikulkas sana, biar aku buatin sayur."

Gadis itu sudah menggantikan posisi San menggoreng telur. Manik arang pria itu berbinar setelahnya. San cepat-cepat menyuci sawi dan wortel lalu memotongnya.

Assa sudah selesai dengan telurnya dan memutuskan menggoreng beberapa ayam. San semakin kegirangan melihat itu.

Setelah hidangan selesai, Assa mengambil posisi duduk berhadapan dengan San. Gadis hazel itu bisa melihat bagaimana manik arang San berbinar melihat ayam yang masih hangat di atas piring.

"Kamu keliatan lapar banget." Sebenarnya berniat meledek San.

Tapi bukan San namanya jika tidak tahu malu. San tidak perlu menunggu untuk dipersilahkan. Dia sudah mengambil nasi, sayur dan lauk. Makan dengan lahap.

"Thank you kak Assa." Tersenyum tampan pada Assa, hingga gadis itu terpaksa meminum susu coklat yang baru dia buat karena tersedak ketampanan San.

"Kamu tinggal sendiri juga?" tanpa sadar bertanya pada San. Kalau diingat-ingat ini pertama kalinya Assa bertanya pada pria itu.

"Hmm!" San menyahut sambil mengunyah makanannya.

"Orang tuamu?"

"Mereka tinggal di tempat lain."

"Jadi kamu sewa apartemen juga?"

"Tumben kak Assa nanyain aku." San sudah menyeringai. Assa cepat-cepat menjaga ekspresinya.

"Sialan San!"

"Kalau kak Assa? Kenapa tinggal sendiri?" pria arang balas bertanya.

"Keluargaku tinggal di tempat lain juga." balas Assa enteng.

San tidak bertanya lagi setelah itu. Dia kembali melanjutkan makannya lalu meminum susu.

"Mau kuantar kemana hari ini?"

"Ke komplek Bougenville"

"Mau ngapain kesana?"

"Bukan uru―"

"Aku harus tau orang yang aku antar mau ngapain kesana." sela San cepat. Dia sudah hapal betul template 'bukan urusanmu' milik Assa itu.

Tapi gadis itu urung menjawab.

"Aku pergi sendiri aja kalau gitu." Assa menyudahi sarapannya. San menahan cepat tangan Assa.

"Kak Assa, apa kita seasing itu?" ada nada lain yang terselip dalam pertanyaan San. Assa mengangkat wajahnya dan kemudian bersitatap dengan San.

"Sejak kapan kita dekat?" manik hazel itu terlalu dingin.

"Apa sesulit itu cuma buat jawab kak Assa ngapain kesana?" rahang San mengeras. Jelas jika pria itu tengah menahan rasa kesalnya.

Assa menghembuskan napas kasar. Dia berusaha melonggarkan pegangan San di lengannya.

"Pulanglah San, jangan ganggu aku lagi. Jangan kesini, ini bukan urusanmu." Assa menarik tangannya perlahan dari San.

"Mengenai cicilan itu akan aku berikan setiap pagi ke kantor, aku akan membawakan sarapanmu dan makan bersamamu."

"Jadi pulanglah. Jangan merepotkan dirimu sendiri." tapi San tidak ingin mendengarkan Assa. Pria itu balas menariknya mendekat hingga dahi gadis itu membentur dada bidang San.

INNSÆI (The Sea Within)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang