Assa akhirnya menerima handphone pemberian San dengan syarat cicilan yang dikatakan pria gila itu. Dia juga pergi ke kantor dengan San lagi setelah drama perkelahian seperti biasa di depan apartemen Assa ketika San akan berangkat ke kantor, berakhir dengan Assa yang kalah.
Bagaimanapun, Assa memang sangat membutuhkan handphone sekarang. Menyicil kedengarannya tidak buruk, karena Assa bisa membagi uang untuk yang lain bulan ini.
"Handphone baru?" tanya pak Jo.
Assa mendadak gugup ditanyai begini.
"Apa aku boleh minta nomor pak Jo? Handphoneku rusak dan kartunya hilang." Assa menyodorkan handphonenya pada pak Jo.
Pria itu mengambilnya untuk mengetik nomor. "Tidak simpan nomorku di email?"
"Ah itu, nomor pak Jo yang tersimpan di emailku masih yang lama. Aku belum sinkornkan juga." Pak Jo hanya ber hm ria setelahnya.
"Eh? San? Kenapa cuma ada nama San disini?"
Ingatkan Assa untuk segera mensinkornkan kontak handphonenya segera sebelum itu jadi masalah. Lagipula, Kenapa San menyimpan kontaknya sendiri di handphone itu?
"ah anu itu―"
"Kak Assa, dipanggil untuk rapat program."
Revi muncul bak dewi penolong. Assa segera mengambil handphonenya dari tangan pak Jo dan berlari menyusul Revi.
Dia harus traktir Revi nanti siang, sebagai ucapan terimakasih!
Rapat program menandakan jika keberangkatan sudah menghitung hari. Persiapan sudah dimulai dan mereka akan semakin sering melakukan rapat seperti itu hingga sore.
"Kita akan kesana minggu depan. Sudah ada audiensi ke pemerintah lokal dan suku adat. Kita dapat tempat sementara waktu untuk tinggal di rumah tetua disana, tadi saya baru cek foto rumahnya dan cukup baik dan muat untuk lima belas orang."
"Untuk minggu pertama dan kedua akan ada kegiatan apa saja ya pak?" itu Assa.
"Edukasi masyarakat, workshop dan training untuk warga juga ditutup dengan perayaan hari besar adat disana."
Rapat itu berlangsung hingga makan siang. Assa meregangkan sendi-sendinya yang kaku akibat duduk terlalu lama.
Gadis hazel itu sepertinya mengurungkan niatnya ke kantin. Persetan dengan rencana mentraktir Revi, untung dia belum mengutarakan niat itu tadi.
Assa butuh tidur sekarang dan mengisi ulang energinya sebelum rapat kembali.
Merebahkan kepala sebentar di atas meja bukanlah hal yang buruk. Maka Assa membiarkan kantuk membawanya ke alam mimpi. Bahkan rasa keroncongan di perutnya bisa dia abaikan.
Sekitar lima belas menit, Assa melayang ke alam mimpi dan kembali sadar saat mencium aroma parfum yang sangat dia kenali. Ini adalah wangi linen.
San?
Perlahan membuka mata hingga manik hazelnya menangkap wajah damai dan tampan yang akhir-akhir ini sering sekali mengganggu hari-hari Assa.
San, tertidur tepat di sebelahnya dengan wajah mereka yang saling berhadapan.
Tampan!
Dilihat darimanapun, pria arang itu memang tampan. Hidungnya yang mancung, bulu matanya yang cukup lentik dan jangan lupakan dua tahi lalat kecil yang berada di bawah mata kanan San.
Setidaknya jika San diam seperti itu, orang tidak akan mengira jika gila, pemaksa, menyebalkan dan sinting adalah nama akhirnya.
Tapi, kenapa San bisa ada disini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
INNSÆI (The Sea Within)
RomanceAssa tidak tahu, kenapa dia harus terjebak dalam semua afeksi San? "Berhenti menggangguku sialan! Berhenti bertingkah seolah kita dekat!"