"Mana gelang yang aku kasih semalam?"
Gagap segera menyergap Assa. Gadis itu berusaha menyembunyikan tangannya dari San.
"It―tu"
"Kenapa nggak kamu pakai?" suara pria itu turun menjadi lebih rendah. Alis San sedikit menukik, dia akan menghilangkan panggilan 'Kak' ketika sudah kesal.
Sial! Apa Assa akan dimarahi cuma karena hal ini?!
Kenapa juga Assa jadi takut begini?!
"EH?APA-APAAN INI?" Assa berontak melepaskan diri saat San setengah menggendongnya agar naik ke bangku penumpang. Kemudian pria itu memakaikan Assa helm.
"Kenapa nggak kamu pakai?" pertanyaan berulang. Pria itu maju beberapa senti. Menginterogasi.
"Aku―cuma nggak terbiasa. Gelang itu terlalu mahal."
"Kalau gitu kamu harus terbiasa mulai sekarang." San mengangkat tangan kiri Assa "Seperti kamu terbiasa pakai― gelang murah ini."
Pupil Assa membesar, ingin protes.
"Temenin aku sebagai permintaan maaf kamu." sela San.
"Kenapa juga ini jadi salah aku?!" Assa protes.
"Pakai gelang itu termasuk dalam syarat seratus kali cicilan!"
"TAPI ―"
"Pegangan yang erat!" San memang memungut pemaksa pada belakang namanya.
Pria itu sudah berada di belakang kemudi dan melaju kencang membelah jalanan yang masih lenggang. Mau tak mau Assa berpegangan erat pada pundak kokoh San.
Apa San marah?
Assa akui jika pria itu kelihatan cukup―ralat―sangat menyeramkan tadi. Apa San marah cuma gara-gara gelang? TIDAK MASUK AKAL!
Tapi kalau diingat-ingat, Assa tidak ingin melihat ekspresi itu lagi dari wajah San.
Dia menyeramkan saat marah!
Mereka sampai di supermarket kecil yang berada tidak terlalu jauh dari apartemen Assa. Supermarket itu selalu buka 24 jam, memang tidak terlalu lengkap tapi untuk beberapa kebutuhan pokok seperti mie instan, beras dan sayur sudah tersedia.
Tapi, mau ngapain San kesini?
Pikir Assa.
Gadis hazel itu turun dari bangku penumpang dan membuka helm.
Sial! Dia belum cuci muka!
"Kemari―" San sudah turun dari motor dan melepas helmnya. Pria itu mengambil bucket hat yang tadi dikenakannya dan memasangkan itu di kepala Assa.
"Sebenernya aku kesal banget kak Assa nggak pakai gelang yang aku kasih." San merapihkan jaket Assa yang sedikit tersingkap. "Tapi karna wajah bantal kak Assa cantik banget pagi ini, jadi aku maafin."
Tanpa perlu menunggu, tangan Assa sudah mendarat di kepala San. Memukul pria itu.
Sialan harp seal gila!
"Mau ngapain kesini?!" akhirnya Assa bertanya juga.
"Kita harus belanja kebutuhan dapur."
"Kita? Dapur kamu?" Assa memastikan.
"Dapur kita, aku akan sarapan setiap hari bareng kak Assa."
"APA?!"
"Ini aku anggap cicilan." sela San cepat. Dia tidak ingin mendengar gadis itu menolak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNSÆI (The Sea Within)
RomanceAssa tidak tahu, kenapa dia harus terjebak dalam semua afeksi San? "Berhenti menggangguku sialan! Berhenti bertingkah seolah kita dekat!"