"Mau beli es krim?" San tiba-tiba saja sudah muncul.
"Enggak!" respon Assa malah terdengar sebaliknya.
"Aku suka rasa matcha!" San menanggapi itu sebagai jawaban iya.
Pria pucat itu setengah menyeret Assa yang berusaha melepaskan diri.
"Aku pesan satu matcha dan―" sedikit berbisik pada Assa "Kak Assa pesan apa?" tanya San.
Assa benar-benar tidak ingin menjawabnya.
"―dan satu coklat." San memutuskan sendiri karena Assa tak kunjung menjawab.
Darimana dia bisa tahu rasa kesukaan Assa?!
"Aku bisa menebak dari banyaknya botol selai coklat kak Assa di dapur." San menjawab pertanyaan Assa yang tidak tersuarakan.
Gadis itu hanya membuang wajah ke tempat lain. Menutupi rasa malunya.
"Aku yang bayar." Assa mengulurkan tangan ingin membayar tunai. Tapi San lebih dulu memberikan kartu kreditnya pada kasir.
"Aku bisa bayar sendiri sialan!" Assa mendorong tangan San.
Petugas kasir itu terlihat sedikit bingung karena Assa tetap bersikeras menyodorkan uang tunainya.
"Pakai kartu saya saja mba." San tidak ingin kalah. Dia menangkup tangan kecil Assa dengan tangan sebelahnya lalu memberikan kartu milik San kembali pada kasir itu.
"Istri saya memang lagi sensi, maaf ya―"
"Iya pak, saya makhlum kok."
"SIALAN!" Assa berontak. Tidak ingin dikira pasangan suami istri.
Tapi San segera mengambil pesanan mereka dan menarik Assa pergi dari sana.
"Kenapa kamu bilang kalau aku lagi sensi?!" Assa protes
"Terus mau dibilang apa? Lagi hamil?"
"SIALAN!"
"Kenapa kamu bilang kalau aku istri kamu?"
"Terus mau dibilang apa? Ibu dari anak-anakku?"
"SIALAN!SIALAN!"
"Hahaha―" San geli sendiri dengan reaksi Assa. Dia membawa gadis itu duduk di salah satu bangku mall. Memberikan es krim coklat yang ada ditangannya pada Assa.
"Makan dulu, biar adem."
Wajah Assa masih tertekuk. Dia masih kesal dengan ucapan San tadi. Apalagi jika mengingat es krim ini dibayar pakai uang San.
"Makan sekarang atau punya kak Assa jadi punyaku juga?" ancam San.
Assa mau tak mau menurut. Dia tidak ingin es krimnya diambil San. Gadis itu cepat-cepat memakan es krim coklatnya dengan wajah tertekuk.
San memperhatikan bagaimana bibir Assa sedikit mengerucut lucu karena kesal. Kening Assa masih memunculkan perempatan tapi tangan gadis itu tidak berhenti untuk menyuap es krim ke mulut.
Cantik!
"Lain kali traktir aku, ganti es krim ini." San paham betul jika Assa menjunjung tinggi harga diri. Walaupun sebenarnya dia tidak ingin gadis itu membayarnya.
Maka setelah perkataan itu, San dapat melihat wajah Assa berubah menjadi sedikit terang.
"Es krimnya enak kak?" tanya San, Assa mengangguk lucu.
Pria itu tidak bisa menahan tangannya untuk tidak mengusap kepala Assa. Dia kelewat gemas.
"Habis ini kita pulang ya." Lanjut San.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNSÆI (The Sea Within)
RomanceAssa tidak tahu, kenapa dia harus terjebak dalam semua afeksi San? "Berhenti menggangguku sialan! Berhenti bertingkah seolah kita dekat!"