Tapi gadis itu urung menjawab, dia terus menutupi wajahnya tapi isakannya mulai terdengar samar.
"Kak?" sadar dengan apa yang San dengar, pria arang itu mulai khawatir. Takut jika terjadi sesuatu pada Assa sebelum dia sampai.
"Apa terjadi sesuatu sebelum aku sampai?"
San berusaha keras menangkup wajah Assa dan akhirnya bisa melihat jika mata gadis hazelnya sudah merah dan tergenang.
"Kak Assa kenapa nangis?" San tidak bisa menahan dirinya untuk tidak membawa gadis itu dalam dekapan.
"Hiks―ini karna debu, sialan!" Assa membenamkan wajah seluruhnya pada dada San. Terlalu malu. Wangi linen yang kuat langsung menyerang indra penciuman Assa.
Ini wangi San!
"Iya, iya. Itu debu sialan." San terkekeh kecil dengan tangan yang masih mendekap Assa. Rasa khawatirnya perlahan sirna.
Sekitar sepuluh menit dalam posisi yang sama, rintik hujan adalah yang menyadarkan mereka berdua.
"Eh, hujan?" San melonggarkan pelukan. Pria itu membuka bomber jaketnya dan memakaikan segera pada Assa. Tidak ketinggalan, helmnya juga.
"Nangisnya nanti dilanjut part dua ya sayang? Kita pulang dulu."
"SAYANG KEPALAMU!" Assa masih sempat-sempatnya menjitak kepala San sebelum naik ke boncengan dan mereka beranjak pulang ke apartemen Assa.
Rintik hujan berubah menjadi guyuran deras saat motor sport San keluar dari persimpangan jalan. Setengah badan mereka―ralat―itu hanya San sudah basah kuyup saat motor itu berhenti di depan apartemen Assa.
Assa buru-buru turun dan masuk ke elevator, San mengikut dari belakang.
"Mau ngapain kamu masuk?!" Assa menghalangi jalan San yang sudah membuka helm nya.
"Kamu tega nyuruh aku pulang? Aku basah kuyup karna kamu." membuat suaranya sedramatis mungkin.
Assa pura-pura tidak dengar.
"Cuma boleh sampai ruang tamu!" pintu elevator terbuka dan Assa segera masuk ke dalam apartemennya diikuti San.
"Aku mau mandi. Mana jaketku? Ini dingin banget!" San tidak mengindahkan. Sekujur tubuhnya memang menggigil.
Wajar saja, pria itu cuma pakai kaos putih tipis sementara bomber jaketnya dia berikan pada Assa. Tubuh gadis itu bisa dikatakan kering.
"Be―bentar! Aku ambilin handuk!" Assa berlari kecil mengambil handuk untuk San.
San segera masuk ke kamar mandi yang berada di luar kamar. Gadis hazel itu kembali ke kamar lagi untuk mengambil jaket yang pernah diberikan San padanya saat kemeja gadis itu terkena kuah tomyam. Itu adalah jaket denim yang terlihat mahal.
Assa berjalan ke dapur untuk membuat dua cangkir coklat hangat. Agaknya dia merasa sedikit berterimakasih dan juga sedikit bersalah pada San.
'Sepertinya San masih lama?'
Assa memutuskan untuk berbaring sebentar di sofa sambil memainkan handphone. Dia berniat ingin meminum coklat hangat itu bersama San.
Saat San keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai jeans. Pria arang itu melihat Assa tertidur di sofa dengan layar handphone yang mengulang-ulang hal yang sama.
'Sudah berapa lama si bodoh itu tertidur?'
San mendekat pada Assa, berniat membangunkan tapi dia urungkan. Pria itu melihat dua cangkir coklat yang sudah tidak mengepulkan awan panas lagi. San jadi teringat piring kotor yang masih menumpuk di wastafel gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNSÆI (The Sea Within)
RomanceAssa tidak tahu, kenapa dia harus terjebak dalam semua afeksi San? "Berhenti menggangguku sialan! Berhenti bertingkah seolah kita dekat!"