04

13 3 2
                                    

Hari Assa yang panjang dan berat nyatanya tidak berhenti sampai makan siang saja. Saat ini pun, Assa terjebak di elevator bersama dengan pria pucat aka San. Assa akan pergi berkumpul dengan seluruh pegawai kantor, mereka diundang untuk makan malam bersama oleh bu Direktur.

Karena Assa harus mengurus beberapa desain yang akan dikumpulkan besok, dia berakhir ditinggal sendirian di ruang divisi. Saat akan meninggalkan ruangan, siapa sangka San juga keluar dari ruangan magang dengan menenteng tas.

"Kak Assa, ikut malam malam hari ini?" Mereka memasuki elevator hampir bersamaan.

Assa hanya mendengus sebagai jawaban.

"Kak Assa?" San lagi.

"Iya." sahut Assa singkat.

Assa harusnya ingat jika San tidak pernah mau berhenti bertanya sebelum di jawab.

"Ini, pakai ini" San tiba-tiba saja memberikan jaketnya pada Assa.

Assa melihatnya, bingung.

"Kak Assa pede sama baju putih penuh kuah tomyam itu?" San melirik noda merah di sepanjang lengan kemeja Assa. Sudah mengering, tapi terlihat mengerikan.

Assa baru sadar, tapi terlalu gengsi untuk menerima jaket San.

"Nggak perlu."

San merotasikan matanya malas. Sudah menduga Assa akan menolak. Maka pria itu melemparkan jaket denimnya pada Assa.

"Ini termasuk syarat dalam pengembalian handphone. Kalau menolak, handphone kak Assa bermalam di rumahku."

San Sialan!

"Yuk!" San mengabaikan wajah jengkel Assa sepenuhnya. Pria itu menyeringai dan memilih untuk berjalan berdampingan dengan Assa menuju restoran ketika pintu elevator terbuka.

Sesampainya disana, pegawai kantor terlihat sudah berkumpul. Sepertinya memang tinggal mereka berdua yang ditunggu.

"Sudah sampai?" pak Jo melirik sekilas jaket yang dikenakan Assa. "Kamu beneran pacaran sama San?" setengah berbisik.

"Enggak!" suara teriakan Assa tertahan.

Jaket San mengeluarkan aroma khas pemiliknya. Aroma lautan yang segar. Pria yang meminjamkan jaketnya itu turut pula duduk di samping Assa. Terlihat sangat akrab dengan Assa, walau kenyataannya tidak begitu.

Junior sialan!

Assa sudah mengumpat saja di dalam hati. Tidak pernah habis pikir kenapa dia harus terus terlibat dengan San. Assa kan sudah bilang dia alergi orang lain. Assa tidak akan pernah mau berteman dengan si San ini.

Assa melirik San lagi yang terlihat gampang mengakrabkan diri. San yang tanpa tau malu sudah menempeli Assa, membuka buku menu duluan dan tertawa-tawa dengan senior lain. Seperti San sudah bekerja berhari-hari saja di kantor mereka.

Dasar harp seal gila!

"Kak Assa mau pesan apa?" San membagi buku menu yang tengah dipegangnya dengan Assa.

Sedekat ini dengan San, rupanya membuat Assa sedikit gugup.

Dia menjauhkan wajahnya dari San yang terlihat mengikis jarak.

Bahkan ujung rambut pria arang itu sudah mengenai kening Assa.

"Kak?" San memandangnya.

Apa Assa ketahuan tengah gugup?

"Jauhkan wajahmu sialan!" Assa mendorong kening San menjauh. Lelaki itu menyeringai lebar saat menangkap semburat merah di pipi gadis hazel.

"Kak Assa mau pesan apa?" San bertanya lagi. Dia mengulurkan buku menu dengan wajah yang dijaga jauh dari Assa.

INNSÆI (The Sea Within)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang