Alarm handphone yang berdering nyaring adalah suara pertama yang ditangkap pendengaran Assa. Mata hazelnya setengah terbuka, pegal masih terasa di sekujur tubuh Assa. Entah karena apa, mungkin karena kelelahan menghadapi tiga anak magang yang terus saja mengusik pikirannya sejak semalam.
Tangan ramping itu bergerak cepat menjangkau nakas, mengusap kasar layar handphonenya tanpa mengangkat wajah sedikit pun dari bantal.
Alarm ditunda
Assa berusaha duduk tegap, tapi masih terlihat melawan kantuk.
Sepertinya semalam dia mimpi buruk.
Mimpi di kejar anjing laut harpa yang gila bernama San.
Tunggu?
Kenapa Assa jadi memikirkan anak magang itu di pagi hari?
Mandi dan bersiap, adalah hal yang sebaiknya Assa lakukan sekarang. Hari ini mereka ada rapat penting untuk program pemberdayaan masyarakat baru di wilayah pesisir.
Jangan sampai Assa telat dan diamuk Pak Jo pagi-pagi.
Maka gadis itu segera bangkit dari tempat tidur, menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.
Rutinitas begini sudah menjadi makanan sehari-hari. Adegan malas bangun, saat tubuh Assa menghkhianati pikiran. Pikiran Assa ibarat semut yang selalu ingin bekerja keras tapi tubuhnya adalah siput yang lambat dan ringkih.
Hanya butuh tiga puluh menit bagi Assa untuk mandi dan berpakaian rapi. Sekarang gadis hazel itu sudah berada di balik pantry dapur.
Assa tinggal sendirian omong-omong. Keluarganya berada di Grasswall, desa kecil dengan pusat kota Oakbank, sekitar delapan jam perjalanan dengan bus dari tempat kos Assa sekarang.
Sembari mengoleskan selai coklat kesukaannya pada roti, tangan Assa yang satunya bergerak di atas layar handphone untuk terhubung dengan seseorang di seberang.
"Halo? Kamu lagi dimana?"
Assa menggigit tepi rotinya, mengambil posisi duduk di bangku makan. Assa selalu tergila-gila dengan coklat. Dia mengoleskan selai manis itu tebal-tebal ke rotinya.
'Ini baru sampai kamar inap Bunda, tumben pagi ini bangun telat.' Pasha, adik laki-laki Assa menyahut dari seberang.
"Bawell! kamu juga tumben hari ini telat ke rumah sakit?"
'itu karna aku lagi libur, tau!'
Assa yang sedang minum menjeda tegukannya dari gelas, melihat sekilas pada kalender.
Apa sekarang tanggal merah?
"Nggak ada tanggal merah tuh, kamu bolos yaa?" bersiap ingin memarahi Pasha.
'Anak kelas tiga lagi ujian akhir kak, aku kelas dua! Jadi libur!' Pasha menyelah cepat.
Assa diam-diam mengulum senyum bangga pada adik bungsunya itu. Biarpun Pasha masih remaja, tapi adik Assa itu sangat telaten dan dewasa dalam menghadapi keadaan yang menimpa mereka sekarang.
Kadang Assa suka kebingungan siapa yang lebih tua diantara dia dan Pasha karena adik laki-lakinya itu bisa menjadi sangat dewasa dalam berpikir.
"Oh." Assa ber Oh ria sambil membawa gelas dan piring bekas makan ke wastafel, menyiram sedikit dengan air. Nanti dia akan menyuci itu sepulang kerja.
"Bunda baik-baik aja kan?"
Sudah hampir setengah tahun, perempuan yang disayangi Assa itu terbaring sakit. Pagi-pagi begini biasanya Bunda masih tidur, tapi Assa tidak bisa menunggu sampai Bundanya bangun. Bisa-bisa dia telat ke kantor nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNSÆI (The Sea Within)
RomanceAssa tidak tahu, kenapa dia harus terjebak dalam semua afeksi San? "Berhenti menggangguku sialan! Berhenti bertingkah seolah kita dekat!"