bab 3

50 24 20
                                    

- Happy reading -

Zaki menatap pemaparan materi yang disampaikan Tari. Sejujurnya ia sedikit menaruh rasa kagum pada gadis itu, namun ia tepis karena tak ingin merusak komunikasi sebagai teman.

"Lo pada heran gasi? Selama tiga hari kita ngisi materi di desa ini, Tari selalu jarang kumpul bareng tim, bahkan pulang pun juga telat." Ucap Angga, hal itu mendapat persetujuan dari mbak Nunung.

"Mungkin aja emang sibuk Ga, makanya ga kumpul bareng kita," balas Zaki.

"Ini sibuknya beda Ki, kadang gue ngeliat kalo Tari lagi ngomong-ngomong sama pemuda desa sini, cowo," timpal Nunung.

"Yaudah terserah Tari sih, itu hak dia juga," balas Zaki tak terima, rekan kerjanya ini seperti menyudutkan Tari karena tak berkumpul. Lagian juga itu hak dia.

Zaki melengos meninggalkan dua rekan kerjanya, ia duduk di Gazebo dekat gerbang, menikmati semilir angin yang berhembus menerpa wajahnya.

Hingga, dirinya tak sadar bahwa waktu break telah tiba. "Tumbenan lo ga ikut kumpul Zak," tanya Tari sembari duduk di gazebo.

Zaki menoleh ke sumber suara, menatap wajah Tari yang masih menunggu jawabannya.

"Lagi pengen sendiri tar," balasnya.

Tari menepuk pundak Zaki lalu tersenyum mengatakan, "lo ga sendiri, masih ada gue."

Zaki menatap lekat manik mata milik Tari yang juga menatapnya, sekilas senyum hangat milik Zaki tak dapat ia tahan. "Lo selalu ngatain hal itu Tar, gue harap lo nepatin itu meski lo tau gue sudah terlibat jauh perihal perasaan ini," batinnya.

Dari kejauhan, Adam melihat interaksi Tari dan Zaki. Hal itu membuat Adam mengurungkan niatnya menghampiri Tari, lelaki itu memilih menaiki sepeda ontelnya untuk meninggalkan kantor desa, tentunya ia melewati gerbang berusaha untuk menutupi dirinya agar Tari tak melihatnya.

Kini, Adam berada di ladang hendak mengarit mencari makan untuk kambingnya. Entah, ketika melihat Tari yang tengah memegang pundak lelaki itu, ada rasa tak pantas dalam diri Adam. Hari ini, ia juga berniat tak ingin kembali lagi kesana.

Menghabiskan waktu di ladang dengan mencari rumput. Dibawah teriknya matahari, keringat mengucur di dahi Adam. Capil nya tertinggal di aula sana, dan sengaja tak ingin kembali untuk mengambil.

"Dam! Ga mau balik ke aula kantor desa kamu?" Teriak salah satu pemuda, tak lain dia adalah Reval, teman masa kecilnya.

"Nggak Pal, mau ngarit buat kambing saya," balas Adam yang juga berteriak. Mendengar itu, Reval mengangguk dan melanjutkan mengendarai motornya menuju kantor desa.

Selama materi, seperti biasa dan selalu. Tari mencari sesosok Adam, namun tak kunjung ia temukan. Materi kali ini disampaikan bidang peternakan terkait cara ternak kambing cepat gemuk dan hasil panen maksimal.

"Pasti ibu-ibu bapak-bapak disini rata rata punya kambing bukan?" Tanya pak Erik selaku pemateri.

"Sudah pak!" Seru warga menjawab antusias.

"Nah, embek nya gemuk gak pak bu?" Tanyanya lagi, ia mencoba berbaur dengan warga.

"Nggak pak! Embek saya kurus jadi saya namain Engkring," jawab salah satu pemuda laki-laki yang mengacungkan tangannya. Lantas jawaban tersebut mengundang gelak tawa warga dan juga panitia yang geleng-geleng kepala.

"Tunggu, siapa nama kamu?" Pak Erik menghampiri barisan lelaki itu, memberikan satu mikrofon padanya.

"Nama saya Repal pak," ucapnya di mikrofon.

36;40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang