bab 4

33 10 6
                                    

- Happy reading -

"Lagi ada masalah Dam?" Ibunya. Adam langsung menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, ibunya hanya tersenyum menatap putranya.

"Tari tadi kesini nemenin ibu, dia baik ya Dam, kaya Erna," ucapnya antusias, Adam tersenyum miris menatap senyum yang merekah di wajah sang ibu.

"Iya bu," balasnya dengan wajah yang masih tersenyum sendu.

"Kalau dia memang tidak berpihak untukmu, jangan terlalu berlarut dalam kesedihan Dam, terus lanjutkan kehidupan walau tak bersama bukan?" ungkapnya. Adam hanya bisa tersenyum mendengar penuturan ibunya, semoga ibunya tak akan pernah kecewa dengan segala tindakannya.

"Oiya bu, nanti Adam izin buat main sama temen ya Bu di deket alun-alun." Ibunya tersenyum mengangguk mengizinkan permintaan Adam.

💌💌💌

Tari berada di sebuah warung dekat kost-nya. Fikirannya tak bisa fokus terhadap apa yang dikatakan oleh bu Sulis.

"Lagi banyak pikiran ya Tar?" Tanya bu May selaku pemilik warung. Tari hanya tersenyum menggelengkan kepalanya.

Dring

Dering telponnya berbunyi, Tari menatap handphone nya. Tertera kontak sang bunda yang menelponnya. Tari membiarkan panggilan itu, ia memilih untuk mematikan handphone.

"Tadi Adam kenapa ya? Apa ada masalah?" Pikirnya.

"Gue ngerasa Adam ngasi jarak deh, biasanya dia senyum ketemu gue, tapi tadi engga.." pikir Tari sendiri, ia bermonolog. Tari ingin menjernihkan pikirannya, setelah ia membayar makanan yang tadi dibeli, gadis itu beranjak menaiki Upi menuju Alun-alun.

💌💌💌

"Lama banget gue ga ngeliat lo Dam," tepuk Alfin yang merupakan teman masa SMA-nya.

"Sibuk kemaren," balasnya cuek. Wajahnya tampak lesu, ia duduk di kursi.

"Sibuk apa lo? Abis ditinggal Erna lo makin kacau Dam," Amir.

Di atas meja sudah terdapat berbagai macam pil oplosan dan beberapa botol arak. Yang biasanya dikonsumsi oleh teman-temannya, dan juga Adam.

Semenjak kepergian Erna, Adam terkadang sering diajak oleh temannya untuk menikmati jamuan anak muda. Awalnya karena sebuah rasa penasaran, namun berujung keterusan.

Adam tau, hal itu sebuah kesalahan besar. Selain mengecewakan orang tuanya, Adam juga merusak apa yang ada dirinya. Dahulu, ia berjanji bahwa akan melakukan hal yang bahkan Erna benci ketika hubungannya telah usai.

Dan mabuk, termasuk ke salah satu hal itu.

"Jamu gak Dam?" Tawar Amir memberikan sebotol arak.

Tanpa memikirkan resiko, ia menerima uluran tangan Amir. Langsung meneguk tanpa pikir panjang, tentunya hal itu membuat Amir dan teman yang lainnya kaget, karena Adam menghabiskan dalam sekali minum.

Arak berbotol plastik bening tersisa 2, dan lagi lagi Adam mengambil arak itu lalu meminumnya. Teman-temannya tak menghentikan aksi Adam, justru mereka bertepuk tangan menyoraki Adam.

"Hahahha anjir, gini kalo hidup kebanyakan masalah," ucap Alfin menepuk pundak Adam.

"Udah Dam, cukup!" Cegah Amir menghentikan tangan Adam yang hendak meneguk botol ketiga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

36;40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang