bab 1

103 38 28
                                    

- Happy reading -

Tari, reporter berusia 21 tahun. Ketekunanya serta keahliannya dalam menulis berita dan bersosial, mampu menghantarkan gadis itu pada profesi yang ia impikan, yaitu dunia media reportase.

Selain ahli dalam dunia menulis, Tari juga ahli dalam dunia fotografi.

Kini, gadis itu tengah sibuk menghidupkan motornya. Bensinnya habis, tentu tidak. Tapi entah mengapa motor matic kesayangannya itu tak hidup, bahkan keringat sudah mengalir dipelipisnya.

"Ah elah, lo kenapa mati sih upi!" Tari menelungkupkan wajahnya pada setir Upi. Upi merupakan panggilan dari Tari untuk motor tercintanya itu, motor yang selalu menemani perjalanannya kemanapun kakinya berpijak.
Lll lll
Dilihatnya jam tangan yang melilit ditangan kanan Tari, menunjukkan pukul 08.32.

Dibawah teriknya panas matahari, ditambah suasana pinggir pasar yang teramat ramai, membuat Tari harus ekstra bersabar mendorong sepedanya yang mogok itu.

"Ya Allah, ada ada aja cobaan buat hari ini." Keluh Tari, tangannya mengusap keringat di pelipisnya menggunakan ujung jilbab segi empat nya itu.

"Habis bensin ndok?" Sapa seorang pedagang sayur, wanita itu sudah berumur namun masih tetap segar dan peduli, walaupun hanya sekedar bertanya.

Tari menoleh ke sumber suara, sambil tersenyum. "Engga bu, gatau ini lagi mogok," balas Tari.

"Sabar ya ndok, disana itu ada tukang bengkel, nanti dibenahi disana aja," balasnya lagi sambil menunjuk ke arah utara, benar saja disana terlihat plang bengkel.

Tari tersenyum melihat itu, akhirnya lelahnya mendorong sepeda kali ini akan berakhir. "Nggeh bu, terimakasih," balas Tari tersenyum begitu manis, senyuman itu pun dibalas oleh ibu-ibu tukang sayur, lalu ia pun pergi dengan sepeda ontel beserta gerobak sayurnya.

Sedangkan Tari, ia sangat bersemangat untuk mendorong sepedanya.

Kini lelahnya terbayarkan, Upi telah dibenahi oleh bapak bengkel itu.

"Ini aki nya mbak yang agak bermasalah," katanya.

"Oalah, saya kira tadi bensinnya habis tapi kok ya pas di cek itu masih penuh, ternyata aki nya toh," ucap Tari sambil nengangguk.

Sekitar 30 menit Tari menunggu, akhirnya Upi kembali sehat dan siap untuk Tari naiki. Dalam perjalanan, Tari mengebut menuju kantor radar.

Sesampainya, ia parkirkan Upi di parkiran dekat pohon, agar jika terik matahari tidak begitu mengenai jok sepedanya.

"Assalamualaikum, maaf gue telat, tadi ada kendala motor." Ucap Tari ketika memasuki kantor. Tari duduk di kursi miliknya, bersandar sejenak lalu membereskan barang di mejanya.

"Waalaikumsalam, pantes lama banget lo Tar," balas Salma selaku editor naskah di Radar.

"Oiya Tar, lo ga lupa kan kalo selama 1 minggu kebelakang ini, lo bakal ngisi sosialisasi di Desa?" Tanya Salma.

"Aman Sal, ga bakal lupa gue, mulai besok kan?"

"Iya, besok tim perwakilan yang kesana mas Angga, mbak Nunung, mas Zaki sama elo." Balas Salma.

"Perwakilan fotografer siapa Sal?" Tanya Tari.

"Kata pak direktur, berhubungan mas Aji ga bisa, jadi elo aja yang ngisi, gitu katanya." Mendengar itu, Tari mengangguk paham. Berarti disana, ia akan mengisi dua materi, yaitu penulisan berita dan dunia fotografi.

Masing-masing tim sudah lengkap, ada 5 materi yang besok akan diberikan selama sosialisasi. Dan sosialisasi ini berlangsung selama 5 hari juga, tentunya 1 hari berisi 1 materi beserta prakteknya.

36;40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang