Seperginya Rose, Jimin yang sedang duduk termenung di atas sofa harus dikejutkan dengan kehadiran beberapa orang asing, beserta ayahnya di belakang.
"Jadi kurang lebih begini kondisi apartementnya. Sudah dibangun sejak lama, dan jarang dilakukan renovasi karena memang di bangun menggunakan bahan-bahan berkualitas. " sang ayah menjelaskan itu kepada para orang asing berbaju rapih itu. Jimin yang ada di sana hanya bisa memperhatikan beberapa orang yang kini dengan seenaknya masuk ke kamar hingga menyentuh beberapa barangnya.
"Oh iya, kenalin ini anak saya, penghuni lama apartemennya"
"Ohh jadi ini, makasih ya udah rawat tempatnya dengan baik, " jawab orang asing itu sembari menjabat tangan Jimin.
"Kalau begitu, silahkan kalau mau lihat-lihat! " kata Jihyun.
"Pa! Apa-apaan ini?! " kata Jimin kepada sang ayah, ketika para orang asing itu kini sedang memeriksa area kolam renang.
Pria paruh baya itu menghela nafas sebentar. "Maafkan Papa ya, Papa tahu ini sulit buat kita. Tapi inilah salah satunya jalan yang bisa Papa tempuh untuk menyelamatkan keluarga kita dari krisis. "
"Papa ngomong apa sih? Orang-orang itu siapa? Mereka mau apa kesini? "
Jihyun tak kunjung menjawab. Ia menyibukan diri memindah barang-badang milik Jimin. Tentu saja hal itu membuat Jimin tak suka. Seseorang siapapun itu harus meminta ijin kepadanya.
"Papa ngapain sih?! " ia berusaha mengambil tasnya yang dibawa Jihyun.
'Ceklek'
"Oke Pak! Kami ambil! " Tiba-tiba seorang datang menginterupsi.
Jihyun hanya berdehem sekilas lalu menatap pada Jimin. Tangannya menyodorkan tas hitam itu.
"Barang-barang kamu, segera dikemasi ya! "
Di rumah..."Maaf kalau ini terlalu berat buat kamu, Jim. "
Jihyun menepuk perlahan bahu Jimin sebelum pergi meninggalkan ruangan untuk menemui seorang tamu. Tamu yang merupakan orang asing tadi, ternyata akan membeli apartemen pribadi yang semula Jimin tinggali.
Atas semua yang telah terjadi, sepertinya Tuhan belum puas untuk mengujinya. Dengan ditambah lagi, kehilangan apartement yang telah ia tempati selama bertahun-tahun itu. Dengan segala kenangan yang telah ada di sana. Jimin hanya bisa merelakan semua.
Kembali ke dalam kamar, ia hanya bisa menatap nanar barang - barangnya yang kini sudah di pindah ke rumah. Ada gitar, komputer, laptop, tumpukan baju, buku, PlayStation, koleksi legonya dan beberapa tumpuk barang tersier lainnya. Kebangkrutan sang ayah berangsur kian memburuk. Pria itu terpaksa menjual beberapa properti dan saham demi menutup hutangnya pada beberapa investor asing. Sementara pemasukan dari rumah sakit ibunya hanya mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody Knows You're a Jerk
Teen FictionDosa yang pernah ia lakukan di masa lampau itu membuat Jimin tidak pernah tenang dalam hidupnya. Kemanapun ia melangkah, karma seakan mengikutinya. Kehidupan indahnya sebagai anak tunggal kaya raya, haruslah berubah drastis ketika Corona melanda sel...