Chapter 4

54 5 2
                                    

Di bulan Agustus musim panas 6 tahun yang lalu. Tepat setelah kenaikan kelas juga masa penerimaan siswa baru SMA Internasional.

'Bruk'

"M-maaf aku nggak sengaja"

Jimin mengernyit pada tangannya yang terasa dingin. Di sana ada noda es krim berwarna merah jambu. Tak hanya menodai tangannya, namun juga pada dasi dan blazer nya. Ia lalu memicing pada gadis yang tak sengaja menabraknya barusan.

Gadis berambut coklat pekat sebahu. Memiliki sepasang mata yang besar dengan bola mata yang sepekat warna rambutnya. Bibir ranum itu bergetar, sambil kedua mata pekat itu memperhatikan seragam Jimin yang kotor. Ia mengenakan seragam berwarna biru navy, menunjukkan bahwa dirinya masih kelas 1.

"Lo punya mata nggak sih?" Jimin berbicara dengan nada yang agak meninggi.

"M-maaf... " jawabnya dengan kepala tertunduk dan tangan gemetar.

"Cuma maaf nggak bisa bikin seragam gue balik jadi bersih lagi ya?! " suara Jimin terdengar dingin. Gadis itu dengan panik merogoh saku blazer nya. Ia mengeluarkan selembar sapu tangan berwarna kuning cerah. Dengan kepala tertunduk, kemudian menyerahkan benda itu kepada Jimin.

Jimin hanya memperhatikan sapu tangan itu tanpa ada niatan untuk menerimanya. Di sekeliling sudah ada beberapa orang bergerombol menggunjing tentang mereka. Jimin bersedih sekilas.

"Cih! Udah nggak perlu repot-repot! "

Setelah berkata demikian, Jimin pergi begitu saja karena tak nyaman dilihat oleh murid - murid lain.

Ia meluncur menuju toilet untuk membersihkan noda es krim di tangan dan seragamnya. Sebenarnya ia tak masalah dengan kotoran es dingin ini, toh tak begitu menyisakan noda membandel. Yang ia permasalahkan adalah gengsi. Jimin terlalu gengsi untuk membiarkan orang lain melihat ia tak berbuat apa-apa ketika orang lain melakukan kesalahan terhadapnya. Nanti personanya sebagai Badboy bisa tercoreng. Jimin tidak mau ketakutan orang-orang terhadapnya menurun.

Di saat ia sedang membersihkan noda - noda itu, Jimin tak sengaja mendengar percakapan dari kamar mandi siswi yang ada di sebelah. Suaranya menyalur dari ventilasi yang ada tepat di atasnya.

'BRAKKK'

"OH JADI INI ANAK BARU YANG UDAH BERANI CAPER KE KAKAK KELAS ITU??!! "

Suara lantang seorang gadis terdengar menggema hingga toilet laki-laki. Jimin tidak bisa membayangkan sekencang apa suara di dalam toilet perempuan jika saja pada posisinya sekarang bisa mendengar dengan jelas suaranya. Jimin tidak mau ikut campur hingga...

"Gila ya? Narsis banget lo dengan tampang kaya begini berani caper ke kakel? Apalagi kakelnya Kak Jimin? Serius loh? "

'Wahhh... ' Jimin berseru dalam hati mendengar namanya disebut. Ia jadi bisa dengan mudah membenarkan kesimpulan bahwa gadis yang sedang dilabrak di toilet perempuan ini adalah gadis yang tadi menabraknya.

"Iya, ngaca dulu donk. Rambut lo kucel, mukanya dekil, badan krempeng macam sapu lidi begini? Mending lo mikir berkali-kali deh sebelum bertindak? " sahut yang lainnya.

"Lagian kalau gue jadi lo, gue sih prefer pakai kerdus buat nutup kepala daripada mesti nunjukin muka begini di depan umum. Iyuh, kelihatan banget anak orang miskin! " ucapan jahat keluar dari mulut lainnya.

Jimin menaikkan alisnya mendengar percakapan itu. Terdengar begitu jahat, karena sesungguhnya gadis yang tadi menabraknya tidaklah sejelek itu. Memang seringnya pembully itu ucapannya hiperbola.

"Siapa nama lo? Lisa? Kok nggak cocok sama muka sih? Hahahaha"

"EH DENGERIN YA KALIAN SEMUA, TANDAIN INI YANG NAMANYA LISA! JANGAN ADA YANG BERANI DEKAT-DEKAT SAMA DIA APALAGI SAMPAI BERTEMAN! KALAU SAMPAI BERANI, KALIAN JUGA GUE TANDAIN!!! "
Setelahnya terdengar suara gebrakan lain, diiringi dengan gerombolan suara sepatu yang bersahutan menjauh dari toilet.

Nobody Knows You're a JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang