Chapter 5

45 5 2
                                    

Di dapur cafe itu, kini seorang gadis sedang meringkuk di pojok ruangan. Ia menangis terisak dengan tubuh yang bergetar dengan hebat. Keringat dingin mengucur dari pelipisnya. Dia sangat ketakutan. Semua bayang - bayang yang telah ia lupakan kembali hadir.

"Lisa lo kenapa?" tanya Jihyo. Teman Lisa sekaligus pemilik cafe ini.

Lisa tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Pandangan matanya tidak fokus. Ia gelisah dan nampak begitu ketakutan. Jihyo terus berusaha membantu gadis itu untuk kembali sadar. Ia tahu kondisi Lisa yang begini, artinya kecemasannya sedang kambuh.

Berkali-kali Lisa berusaha membersihkan tubuhnya menggunakan lap. Ia seperti sedang panik dikerubungi semut.

Jihyo berusaha meraih telfon yang ada di meja kasir untuk menghubungi suaminya. Namun baru menekan satu angka nol, ia mendengar suara benda jatuh. Dengan tergopoh - gopoh, Jihyo kembali ke dapur. Di sana sudah ada pecahan beling di lantai, berdampingan dengan Lisa yang terbujur tak sadarkan diri.

"LISA!!! "

...

Setelah sekian jam berada dalam gelap hilang kesadaran, perlahan-lahan Lisa membuka matanya. Ia berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan pandangan matanya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah lampu putih menyala terang. Menatap ke arah lain, ia dikelilingi oleh sebuah korden berwarna hijau kebiruan. Ini adalah ruang perawatan darurat. Sejujurnya Lisa tidak ingat kenapa bisa terbangun di tempat ini.

"Lisa? Lo udah bangun? "

Jihyo yang baru saja datang sontak berlari kecil menghampirinya. "Lo nggak papa?"

Lisa mengangguk dan tersenyum. "Kenapa gue ada di sini?"

"Tadi tiba - tiba aja lo pingsan Lis"

"Oh iya?"

"Ada apa sampai lo jadi begini? "

Pertanyaan Jihyo membuat Lisa terdiam. Teringat akan hal mengejutkan yang tadi ia alami seketika membuatnya ingin muntah.

"Nggak papa kok Ji. Gue cuma kecapekan aja mungkin? "

Jihyo melihat tangan Lisa gemetar. Bibirnya digigit sampai memerah. Semua itu membuatnya yakin kalau ada hal tak mengenakan yang menimpa gadis itu. Bukan semata-mata karena lelah.

"Lis, lo masih nggak percaya ya sama gue? "

Wajah Jihyo nampak kecewa. "Ini udah sekian lama kita bareng, tapi lo nggak pernah terbuka sama gue... "

Lisa menggeleng. Ia menggenggam tangan Jihyo dengan lembut.

"Gue cuma nggak mau nambah pikiran. Lo bawa nyawa dalam tubuh lo. Jadi gue rasa lo nggak perlu terlalu tahu masalah gue"

Jihyo memutar matanya. Ini adalah kesekian kalinya Jihyo mendengar jawaban serupa keluar dari mulut Lisa.

"Terserah lo aja deh, Lis. Nanti kalo ada apa-apa gue gak ikut-ikut! "

Lisa terkekeh. "Iya, gak akan gue ajak-ajak lo! "

Dengan santainya, Lisa turun dari ranjang kemudian meregangkan badannya seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Jam berapa ini? Pulang yuk! "

Dan mereka pun keluar bersama dari area rumah sakit setelah membayar biaya perawat. Sepanjang perjalanannya menuju halte, Jihyo tak henti-hentinya memandang Lisa yang hanya diam sementara ia sibuk berceloteh ria.

"Sorry ya gue jadi ngerepotin... "

"Lo beneran udah sehat? " Jihyo mengabaikan perkataan Lisa.

Nobody Knows You're a JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang