Jimin pulang dengan wajah dipenuhi perban dan plester. Masuk ke dalam kamar, ucapan Donghyuk kembali terngiang.
'Masalah kalian ini memang ada di masa lalu. Tapi lo harus tahu, sebesar apa lo dulu pernah ngehancurin Lisa!
Gue mau lo tanggung jawab! Jangan kabur! '
Ia tidak sepenuhnya mengerti arti ucapan pria itu karena tak mendapatkan penjelasan lain selain tatapan mengintimidasi. Mungkin pria itu mau Jimin meminta maaf hingga Lisa memaafkannya.
Di dalam kamar, Jimin berbaring. Menikmati ranjang empuknya yang masih bisa ia rasakan. Kamarnya sudah kembali dalam keadaan rapih karena pekerjaan Dami. Termasuk kotak kayu itu, sudah tidak ada kehadirannya di ruangan ini. Mungkin Dami telah membuang atau membawanya, Jimin tidak peduli.
"Jimin? "
Sang ayah tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.
"Wajah kamu kenapa? " Jihyun terkejut melihat wajah Jimin yang dipenuhi memar, plester dan perban.
"Jatuh, " jawabnya singkat.
"Lain kali lebih hati-hati ya? Terus sekarang gimana keadaan nya? "
"Nggak papa. Papa ada apa kesini? " tanya Jimin langsung pada intinya karena sang ayah jelas terlihat hanya berbasa-basi. Tak serius mengkhawatirkannya.
Jihyun menghela nafas sejenak. Ia benar-benar mempersiapkan diri untuk mengatakan hal ini kepada putranya.
"Papa butuh mobil-mobil kamu"
"Maksudnya? "
...
Hanya bisa menatap nanar kunci mobil beserta surat-surat pentingnya kini ada di tangan sang ayah. Belum cukup dengan apartemen yang raib, kini Jimin juga harus merelakan koleksi mobil kesayangannya dijual oleh sang ayah. Ia menghela nafasnya dengan kasar dan pergi dari sana setelah berpapasan dengan tamu yang merupakan pembeli dari mobil itu. Dari dalam kamar, ia mendengar deru mesin yang bersahut-sahutan berasal dari koleksi mobil sang ayah dan dirinya yang kini sedang dikeluarkan dari garasi. Ada sekitar 20 mobil kini telah berpindah tangan.
'Cklek'
Jihyun masuk sambil menenteng kunci mobil rang rover merahnya. "Yang ini nggak jadi Papa jual" Pria itu melemparkan kuncinya kepada Jimin.
"Papa minta maaf." Lagi-lagi hanya itu yang bisa sang ayah katakan. Setelahnya ia pergi begitu saja, meninggalkan Jimin dengan kunci mobil yang digantungi boneka anjing warna kuning. Jimin berjalan gontai lalu mendudukan dirinya di samping ranjang. Kepalanya masih terasa pusing karena pukukan dari Lisa, juga karena permasalahan hidupnya.
Ia merasa sudah tak punya apa-apa lagi. Sang Ayah sudah menjual segalanya, termasuk koleksi jam tangan Jimin, juga koleksi lukisan mahalnya. Sejujurnya ia sangat paham kenapa hal demikian bisa terjadi. Tentu saja karena hutang pada investor asing yang jumlahnya begitu membludak itu, belum juga membayar pajak. Entah sejak kapan sang ayah menabung semua hutangnya.
Tapi yang Jimin tidak mau paham adalah, kenapa ia juga harus merasakan penderitaan ini? Ia terlalu egois.
Jimin pun menghela nafasnya. Ia berniat untuk tidur saja semalaman hingga pagi. Namun matanya menolak untuk terpejam. Kesadarannya terus saja kembali ketika bayangan Lisa yang menangis datang menghampiri.
"Arggghh anjing!!! "
Dengan kesal Jimin melempar bantalnya ke sembarang arah. Tak menyerah, Jimin kembali berbaring. Hingga beberapa saat kemudian, akhirnya kedua matanya terasa berat. Jimin akhirnya tertidur.
'PRANG'
Suara benda jatuh itu membuat Jimin terlonjak. Dengan cepat ia bangun dari ranjang dan keluar dari kamarnya. Mencari suara di mana keributan berada, Jimin mendapati kini kamar Sang ibu dalam keadaan ramai.
![](https://img.wattpad.com/cover/311274404-288-k155654.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody Knows You're a Jerk
Teen FictionDosa yang pernah ia lakukan di masa lampau itu membuat Jimin tidak pernah tenang dalam hidupnya. Kemanapun ia melangkah, karma seakan mengikutinya. Kehidupan indahnya sebagai anak tunggal kaya raya, haruslah berubah drastis ketika Corona melanda sel...