04 : Senin

281 30 8
                                    

Hari senin pun tiba, hari yang paling sejuta umat benci. Siapa sih yang gak benci hari senin. Termasuk [Name] ia adalah salah satu umat manusia yang paling malas dengan hari senin. Jadi pagi itu ia harus bangun lebih pagi untuk berangkat ke kampus supaya tidak terlambat.

"Eh tuan putri udah bangun, gimana mimpinya semalem?" Sapa Syarif mengejek saat melihat [Name] bersiap berangkat ke kampus.

"Berisik."

"Daripada kamu gangguin kakak kamu, mending kamu anterin Zahra deh bang." kata Ustman sambil menyeruput kopi

"Loh kenapa? Bukannya Zahra udah punya motor?"

"Motor Zahra rusak, mesin nya susah di nyalahin. Ayah hari ini bakal bawa motor nya ke bengkel." Jawab Utsman yang di balas anggukan oleh Zahra.

"Ayah, Bunda [Name] berangkat dulu" kata [Name] sambil berpamitan kepada Utsman dan Aisyah

"Iya kak hati - hati"

.

.

.

.

.

"Bisa gak kita batalin aja perjodohan ini?"

"Maksud kamu?" 

"Aku gak pantes jadi calon Istri kamu."

Sae terdiam saat mendengar jawaban [Name]

"... Maaf saya gak bisa"  Jawab nya

Sang puan hanya menghela napas panjang saat melihat Calon tunangan nya membelakangi diri nya

"Oh ya [Name], mulai sekarang kamu harus berhati hati dengan kekasih mu, Kaiser. Sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu yang buruk ke kamu"

Mata [Name] langsung melebar mendengar nama kekasih nya itu disebut oleh calon tunangan nya.

" Tahu apa kamu tentang Kaiser?? Kaiser gak seburuk itu. Jangan bilang kamu tahu Kaiser dari ayahku. Yang notabene nya dia di 'cap jelek' oleh Ayahku" kata [Name] dengan suara dingin.

Tatapan [Name] sangat berbeda ketika kekasih nya itu di pandang buruk oleh orang lain. Itu yang Sae rasakan meski ia tidak menatap [Name] secara langsung.

"Dan asal kamu tahu, Kaiser yang ku kenal tidak seburuk yang kamu pikirkan." lanjut [Name]

Keheningan terjadi sesaat setelah [Name] menlanjutkan perkataannya

"Saya harap kamu menerima perjodohan ini, [Name]." Kata Sae sambil meninggalkan [Name] sendirian di taman belakang

.

.

.

"Bang? Kok melamun sih?" Suara Rin menyadarkan Sae yang sedang melamun.

"Eh?"

"Lagi mikirin perkataan [Name] kemarin ya bang?" Tanya Rin sambil duduk.

Ya, Karena waktu itu [Name] meminta berbicara 4 mata dengan Sae namun ia menolak jika hanya mereka berdua tanpa ada yang mengawasi. Akhirnya Rin menawarkan diri untuk mengawasi mereka dari jauh sementara mereka dua membicarakan apa yang harus dibicarakan. Dan mau tidak mau Rin mendengar semua pembicaraan mereka.

Sae hanya terdiam kemudian mengangguk

"Maklum sih bang, [Name] itu emang bucin banget sama Kaiser, hubungan mereka aja hampir 2 tahun-"

"Apa? 2 tahun?"

"Iya. Mau sekasar apapun Kaiser ke [Name], dia bakal semakin jatuh cinta" jawab Rin
("Emang boleh se 'Bulol' itu sama Kaiser, [Name]?") - Batin Rin

Ya habibati (Itoshi Sae X Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang