02 : Pertama kali kita (akan) bertemu

250 26 0
                                    

#🎀 : Jangan lupa vote okayy! 😁

"Muka lu kenapa kak? Suram amat kayak belum bayar cicilan motor" tanya si anak kedua dari keluarga Al Mahdi, mohammad Syarif Al Mahdi Atau biasa dipanggil Syarif. Usia nya hanya berbeda 4 tahun dari [Name]. Kelas 10 dan bersekolah di Madrasah Aliyah negeri di bandung, Jawa Barat. Dan hobinya sering ngerusuh di rumah, kadang suka gangguin [name] atau Zahra

"Gpp" jawab [Name] dengan singkat sambil menyeruput teh hangat yang sudah berada di meja 10 menit lalu

Suasana malam hari yang cerah di teras rumah keluarga Al - Mahdi  tidak mengubah mood [name] yang suram sejak siang tadi.

"Alah, cewek mah ribet setiap ditanya kenapa malah bilang 'gpp' " cibir Syarif sambil meraup kacang goreng yang berada di toples.

"Udah sih kak syar, jangan ganggu kak [name] lagi mumet tau pikiran nya" kata  Zahra yang memang berada di dekat Syarif

.

.

"Gua masuk kamar duluan yaa, mau tidur." [Name] pun bangkit dari kursi teras lalu masuk ke dalam rumah menuju kamar nya

"Kak [name] kenapa sih ra? Kok dia jadi bad mood gitu hari ini? Gak biasanya kayak gitu" tanya Syarif ke Zahra

"itu karena kak [name] pengen di jodohin sama ayah"

"Hah?! Serius lu!"

"Kapan Zahra boong."

"Sama siapa?"

"Ustadz Sae. "

"HAH?! SERIUSAN?! kak [name] bakal dijodohin sama abang nya kak rian? Yang alim itu?! Omaigat... "

Jelas Syarif Kaget mendengar nya karena ia tahu betul sifat kakak nya dan ia juga tahu bahwa pasti [name] akan menolak dengan alasan ia sudah punya kekasih yang jelas jelas hubungan nya tidak direstui oleh sang ayah

"Terus bang Kaiser apa kabar nya? Dia udah tau belum..?" tanya Syarif dengan pelan karena ia takut pembicaraan nya akan didengar Utsman

Zahra hanya menggeleng "belum, orang ayah ngasih tahu nya baru tadi siang. Jelas lah kak [name] gak bakal ngasih tau ke bang kai." katanya

"Ck, pasti bang kai bakal kecewa berat sih kalau sampai dia denger kak [name] dijodohin sama orang lain" ucap Syarif sambil membayangkan bagaimana wajah kecewa Kaiser saat dia tahu kabar tersebut.

"Tapi aku setuju sih kalau kak [name] dijodohin sama kak Sae." kata Zahra memecah kebisuan

"Loh? Kenapa? harusnya lu lebih kasian ke bang kai lah, kan dia yang ditinggal Nikah sama pacar sendiri"

Zahra hanya menghela napas lalu melanjutkan pendapat nya

"Iya sihh aku juga kasian sama bang kai karena 'ditinggal nikah sama pacar nya sendiri' cuma, abang nyadar gak sih? kalau hubungan mereka aja udah salah dari awal. Kenapa? Ya karena kan abang tau sendiri kalau bang kai itu bukan orang islam. Dan kak [name] udah pasti dia itu orang islam. Jadi ya hubungan mereka itu udah jelas salah. Salah banget malah. Terus yang kedua, bang kai tuh orang nya kalau marah main fisik, dia juga suka minum minum, tatoan. pokoknya udah berandalan banget dehh. Jadi aku juga kurang suka sama dia"

"Iya juga sih.... Cuma gua heran aja loh kok kak [name] mau mau aja gitu pacaran sama dia. Mana hubungan nya udah sampai 2 tahun.. "

"Tapi Cinta itu buta kak--"

"Kak [name] bukan buta tapi bego. Mau mau aja pacaran sama si berandalan." potong Syarif dengan kesal.

"Stt.." Zahra mengisyaratkan Syarif agar berhenti membahas Kaiser karena sang bunda sedang berjalan menuju teras tempat mereka sedang bersantai.

"Anak anak bunda lagi pada ngomongin apa sihh? Kayak seru banget" kata Aisyah, sang ibunda yang datang sambil membawa sepiring pisang goreng dan secangkir kopi untuk Utsman.

"Eh.. Bukan apa apa kok bun heheh" jawab Zahra sambil nyengir

"Kakak mu kemana ra? Kok gak ada? " tanya Aisyah menanyakan keadaan [name] yang biasanya sudah bersantai bersama 2 adik nya.

"Kak [name] tidur duluan bun, cape katanya" Jawab Syarif

"Ooh"

"Kakak mu itu lagi mumet pikiran nya jadi sebisanya kalian jangan ganggu dulu yaa" ucap Aisyah yang dijawab anggukan oleh kedua anaknya

.

.

.

.

.

Didalam kamar, [name] sebenarnya tidak tidur secepat itu. Ia hanya memandangi langit-langit kamarnya
Hatinya sedang bimbang sekarang. Bagaimana bisa, Sang ayah menjodohkan dirinya dengan seorang ustadz muda terkenal bukan cowok pilihan nya sendiri, Kaiser. Kenapa ayahnya tidak memahami perasaannya? Kenapa ayahnya menilai Kaiser dari penampilan nya? Walaupun ia sedikit kasar, ia sebenarnya orang yang baik kok. Ia masih ingat ketika ia terjatuh kaki nya terluka, Kaiser lah yang membelikan plester padahal saat itu sedang hujan. Ia juga sering membawakan bekal setiap harinya untuk [name]. Hubungannya dengan Kaiser sudah berjalan hampir 2 tahun.

Tok tok tok....

....

"Boleh ayah masuk, [name] ? ayah tahu kamu belum tidur"

Ya itu suara Utsman, sang ayah

"Masuk aja yah, engga dikunci" jawab [Name] tanpa bergerak sedikit pun di atas kasur.

Pintu terbuka dan terlihat Utsman yang berjalan menuju tempat tidur dimana putri terbesar nya sedang merenungi nasibnya.

"[Name]... "

Ia tidak menjawab

"Ayah tahu kamu pasti kecewa sekali dengan keputusan ayah.. Tapi ayah hanya ingin yang terbaik untuk mu.. Kaiser.. Dia--"

"Ayah tahu apa tentang Kaiser, dia juga baik kok dengan [name]. Yang jelas [name] tahu siapa Kaiser dan bagaimana sikapnya." Jawab [name] memotong perkataan ayahnya. Ia cukup kesal mengapa ayahnya selalu merendahkan Kaiser.

"Ayah enggak se bodoh itu [name]. Kaiser se 'Brengsek' itu. Buktinya sudah banyak. Ayah tahu ia suka minum minum di club/dijalan, ia juga main kasar dengan wanita, semena mena dengan hidup nya dan satu lagi yang kamu harus tahu [name] , Kaiser itu berbeda agama dengan kita. Jadi mau bagaimana pun kamu memaksa kalian tidak akan bisa bersatu."
Ketika mendengar kata beda agama dari mulut Utsman, kesadaran [name] muncul seketika. Ia ingat mau se effort apapun hubungan mereka, endingnya akan berakhir juga hanya karena perbedaan agama.

"Ayah mohon, tolong turuti keinginan ayah satu kali saja... Menikahlah dengan Sae, dia orang baik... Berpendidikan tinggi, berakhlaq mulya dan satu lagi dia satu agama dengan mu... "

"Memang tahu dari mana ayah bahwa ia itu baik? Ayah saja baru mengenalnya"

"Siapa bilang ayah baru mengenal nya, ayah sudah mengenalnya dari dulu. Jadi ayah sudah tahu pasti sikap nya. Ia suka menyantuni dan menyayangi anak yatim. Menganggap mereka adalah adiknya sendiri, dari ia memperlakukan perempuan. Ia cocok menjadi imam mu [name].... "

"Huft-- terserah ayah saja, lagipula jika aku menolak pun akan dipaksa terus kan? " pada akhirnya ia mengalah kepada Utsman yang sedang tersenyum sumringah di samping nya

"Alhamdulillah Terima kasih Kak... Ngomong ngomong besok ia akan ke sini bersama keluarga nya untuk silahturahmi. Sekalian untuk kalian berkenan satu sama lain "

"APA! "








.





.





.




.


#🎀 : next chapter : 03 : Syaifuddin Ali Adiwangsa.



Ya habibati (Itoshi Sae X Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang