Hari ini adalah kedatangan dari Viscount Berlin ke kediaman keluarga Evonny. Sekitar jam 10 pagi, sebuah kereta kuda milik Viscount Berlin telah sampai didepan gerbang keluar Evonny. Seseorang pria tinggi keluar dari dalamnya. Penampilan yang tidak bisa dilewatkan mata, sosok pria tinggi tegap dengan tubuh yang terbentuk, rambut blonde yang mengkilap diterpa cahaya, dan mata hijau zamrud yang indah. Benar benar visual yang memanjakan mata.
Niel yang telah menunggu kedatangan Viscount Berlin pun berjalan kearahnya untuk menyambut dengan baik.
"Tuan Viscount Berlin Jerf', selamat datang dan terima kasih telah sedia menerima undangan saya..." ucap Niel sembari memberikan hormat.
"Yaa... kembali kasih atas undangan anda Tuan muda Evonny, saya cukup tertarik akan kerja sama ini..." balas Berlin.
"Silahkan Tuan Viscount, saya akan menghantarkan anda ke tempat bicara kita..." Niel dan Berlin pun masuk, dan mereka akan berbicara di taman.
Sebenarnya para bangsawan bisa menyuruh pelayan mereka untuk menyambut tamu, tapi Niel ingin memberikan sebuah kesan berbeda. Terbilang bahwasanya Niel masih belum memiliki pangkat, pangkat Marquess hanya milik orang tuanya jadi lebih baik Niel berlaku sesuai pangkatnya yang lebih rendah dibandingkan Viscount Berlin.
Saat telah di taman, para pelayan sudah menyajikan hidangan berupa milk tea dan cinnamon roll cake buatan Niel. Lebih tepatnya ajaran Niel, karena ia hanya mencoba membuatnya semalam sebagai uji coba. Yang akan disajikan itu baru saja dibuat pagi ini oleh para pelayan yang diajarkan Niel.
"Silahkan... Tuan Viscount..." Niel mempersilahkan Berlin untuk duduk dahulu.
"Terima kasih... Bisa kita langsung mulai saja, saya kurang terbiasa untuk basa basi" balas Berlin dan Niel pun langsung mendudukkan dirinya dihadapan Berlin.
"Baiklah... Tuan Viscount Berlin, saya La' Niel Evonny ingin mengajukan permintaan kerja sama dalam mengelola tambang di daerah barat yang saya beli dari Baron Gall's. Jadi apa anda bersedia untuk menjalin kerja sama ini?" Niel memulai pembicaraan ini.
"Pertama tama, saya menginginkan bukti kepantasan anda dalam bisnis ini, dan alasan mengapa saya harus menerimanya. Kedua, saya ingin bukti dari kualitas tambang tersebut terlebih lagi setelah mendengar rumornya. Dan yang terakhir berikan saya kesepakatan yang adil menurut anda..." suara Berlin terdengar berat dan serius.
Niel jujur sedikit gugup dengan keadaan ini, terlebih lagi aura yang dikeluarkan oleh Berlin yang sangat mengintimidasi. Wajah serius nya membuat tenggorokan Niel terasa kering untuk berbicara. Dengan sekuat tenaga ia mencoba mengatasinya.
"Baiklah pertama, mengapa saya pantas dan alasannya... Disini memang umur serta pencapaian saya masih rendah, namun bukan berarti kinerja saya juga rendah. Didikan keluarga saya bukanlah sembarang, tentu saja saya juga memikirkan matang matang untuk masalah kedepannya. Jadi bisa dikatakan bahwasanya saya cukup pantas untuk anda terima dalam kerja sama ini, terlebih lagi saya juga ingin mematahkan rumor itu.
Kedua, bukti dari kualitas tambang itu akan kita dapatkan setelah penjelajah tambang selesai. Setidaknya 3 hari dari sekarang hasilnya akan keluar. Jika memang hasilnya buruk maka buruk juga citra saya, tapi saya bukan orang yang asal asalan.
Dan yang ketiga, kesepakatan ini adalah 50/50, setiap pihak harus terlibat didalamnya. Tidak ada pemaksaan dalam berkerja. Waktu kerja fleksibel, tidak ada tuntutan. Kedua belah pihak tidak dapat memaksa pihak lainnya untuk mengerjakan tugas diluar waktu yang tersedia. Dan tidak ada tuntutan untuk kedua pihak, serta kerugian hanya akan saya tanggung sendiri tanpa melibatkan anda.
Jadi... Bagaimana tuan Viscount Berlin Jerf'?" Niel menjawab dengan tenang dan datar.
Berlin yang melihat itu sedikit tertegun akan nyali anak didepannya ini. Umurnya masih muda namun kata katanya tersusun dan padat. Belum lagi ia menjelaskan dengan tenang dibawah tekanan Berlin. Sebuah senyuman miring muncul di wajah Berlin.
"Baiklah jawaban mu cukup memuaskan, aku akan terima kontrak kerja sama ini..." balas Berlin.
Niel dan Berlin pun saling menjabat tangan sebagai bentuk formalitas. Lalu Berlin mulai membaca persyaratan serta kontrak yang akan ia lakukan.
"Ngomong ngomong Tuan Viscount, ada belum menyentuh minuman dan makanan anda, saya bisa merasa tersinggung jika begini" ucap Niel belaka, ia hanya ingin melihat reaksi Berlin.
"Haha.. kau benar maafkan aku, tapi sepertinya ini menu baru yang belum pernah ku lihat" Berlin melihat tampilan hidangan didepannya.
"Yaaa... Itu memang menu baru, buatan ku. Bagaimana jika anda mencoba nya sebagai orang pertama..." Niel mempersilahkan Berlin menyantapnya.
Berlin pun mencoba kue dan teh itu, mukanya mungkin datar tapi senyum kecil dan matanya tidak bisa berbohong. Dan Niel tersenyum bangga melihat itu.
"Baiklah ini rasa yang unik dan enak, ternyata kau memiliki banyak bakat Tuan muda..." Berlin menyukai rasa baru ini di lidahnya.
"Terima kasih atas pujiannya Tuan Viscount..." balas Niel senang.
'Hahaha.. ide ku tidak buruk juga rupanya.... Memang diri ku ini sangat hebat dan diandalkan... Hahahaha!!!...' jiwa sombong Zian meronta ronta didalam diamnya.
"Tuan muda Evonny, lebih baik anda memanggil nama saja. Lebih lagi kita akan bekerja sama... Benarkan?" Berlin sedikit jenuh dengan kata 'Viscount' berulang kali.
"Maaf tuan Viscount, saya harus menghormati anda. Namun anda bisa memanggil saya Niel secara langsung" Niel tidak ingin jika ada orang yang menganggap ia tidak sopan. Belum lagi usia Berlin lebih tua darinya, secara fisik sihhh.
"Jika kau ingin dipanggil nama, maka panggil saja nama ku. Tidak usah terlalu formal... " balas Berlin.
"Jika anda memaksa, saya akan memanggil anda Tuan Berlin saja.. bagaimana?" tanya Niel.
"Hilangkan saja 'Tuan' nya, cukup nama saja... Karena aku sedikit lelah dipanggil Tuan" balas Berlin.
"Tidak bisa Tuan Berlin....." Niel ingin mengerjainya sedikit.
"Niel Evonny!, apa kau ingin aku berhenti bekerja sama dengan mu?" Berlin sedikit kesal sepertinya.
"Tentu tidak, tapi bagaimana jika saya memanggil anda tanpa 'Tuan' diusia kita yang berbeda..." jawab Niel.
"Yaaa sudah bagaimana kalau 'Kak' saja?" Sepertinya Berlin akan mendapat adik kecil...
"Baiklah Kak Berlin...." balas Niel bercanda.
Dan entah sejak kapan mereka menjadi akrab secepat ini, lalu menyudahi pertemuan disore hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fellin Fate (Transmigrasi BL) [HIATUS]
FantasyKehidupan seorang mahasiswa yang harus menempati tubuh seorang tokoh dalam sebuah novel yang ia benci. Ia harus mengubah sebuah takdir yang bertentangan akan hidupnya. Ia harus dapat menjalani hidup yang damai. Apakah ia berhasil untuk mengubahnya...