3.

1.6K 176 7
                                    



***
Authors POV

Sudah 1 minggu berlalu, tidak ada yang spesial pada hari-hari selanjutnya, Oline dan Erine menjalankan aktivitas mereka seperti biasa bersama teman-teman mereka, Oline setiap malam jika bosan akan memilih keluar sendiri menggunakan mobil kesayangannya atau bersama teman-temannya entah pergi kemana, sedangkan Erine, dia lebih memilih untuk belajar hingga larut malam dirumah atau di cafe bersama teman-temannya. Tidak ada interaksi yang spesial juga, dan yang terpenting, tidak ada pertengkaran yang terjadi di antara mereka.

Sangat janggal.

Tapi, ada yang spesial bagi Oline pada Senin sore ini, akhirnya dia memberanikan diri untuk meminta nomer whatsapp Erine dengan alasan ingin meminta jawaban dari PR Matematika yang menurut Oline sangat susah, dan hanya Erine yang bisa ia mintai jawaban dari PR itu, padahal, tanpa meminta langsung pada Erine, ia bisa mendapatkan nomernya lewat grup kelas, entah apa maksud Oline, sepertinya ia sedang melakukan pdkt? atau memang hanya modus?

"Gue mau minta nomer lo, boleh ga?" tanya Oline yang sedang duduk di bangkunya dan berada di samping Erine,

"Buat apa? buat genitin gue? sorry, ga dulu." jawab Erine yang sedang merapikan buku,

"Jangan kegeeran banget kalo jadi orang."

"Di grup kelas kan ada?"

"Takut dikira stalker,"

"0857-"

"Bentar!" Oline dengan terburu-buru membuka handphonenya untuk mencatat nomer whatsapp Erine, bagaimana tidak terburu-buru? aba-aba saja tidak ada, main langsung ngomong aja.


Setelah mencatat nomer whatsapp atau wa milik Erine, Oline berdiri dan menyuruh Erine yang sedang bermain handphone untuk minggir karena dia tidak bisa keluar,

"Minggir,"

"Udah ribet, rese lagi." Erine segera berdiri untuk memberi jalan pada Oline, padahal tanpa Erine berdiri, Oline bisa langsung pergi. Oline menggendong tas miliknya dan berdiri didepan Erine yang tetap fokus dengan handphonenya,

"Balik sama siapa?" sontak pandangan Erine tertuju pada Oline yang sedang tersenyum genit dan berada di depannya, ia terlihat memasang wajah jijik.

"Musnah lo, gue sibuk." Erine kembali fokus pada handphone miliknya, Oline terlihat kesal kepada Erine yang memang tidak memberikan jawaban,

"Sesibuk-sibuknya lo, gue tau mulut lo masih bisa buat jawab pertanyaan gue,"

"Lo mending pulang sama temen-temen lo itu atau gue tendang ya, berisik amat!" yap, setelah tidak terjadi perang dunia selama 1 minggu lamanya, akhirnya perang dunia itu dimulai lagi hari ini, entah mengapa hari ini Erine terlihat emosian, padahal Oline merasa tak ada yang salah dengan apa yang ia ucapkan,

'Pms kali ya? apa kesurupan? freak' batin Oline di dalam hatinya.

"Lagi ga bareng sama mereka,"

"Yaudah lo ngapain masih disini?"

"Dih ngatur?" tanpa aba-aba, Erine langsung meninju perut Oline hingga wajah Oline terlihat seperti sedikit kesakitan, tanpa merasa bersalah, Erine malah kembali fokus dengan handphone yang berada di genggamannya, Oline memegangi perutnya yang terasa lumayan sakit akibat pukulan dari si Erine,

"Awalnya gue mau nawarin lo pulang bareng, tapi, setelah lo ninju gue, mending gue pulang sendiri deh,"

"Siapa juga yang mau pulang bareng sama lo? gue sih ogah,"

"Amnesia?"

"Tck! ngeselin!" setelah mengatakan kalimat itu, Erine membawa tasnya dan pergi keluar dari kelas dan menuju entah kemana,

Lampu Merah (Orine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang