***
Erine POVDia, sudah berada dirumahku selama kira-kira 2 jam, hingga matahari sudah tenggelam sekarang. Kegiatannya hanya mengobrol dengan bunda, topik mereka berdua sedari tadi hanya membahas tentang keluarga Oline dan bagaimana sekolahnya, aku serasa menjadi patung disini, hanya pajangan.
Mereka sih harusnya tau, aku baru saja pulang dari dokter, dan butuh istirahat, tapi kenapa mereka nggak nyuruh aku istirahat? kalau misal, aku berjalan tanpa pamit dan tanpa izin dari bunda, pastinya aku akan dimarahi, dan topiknya pasti sama, tentang tata-krama.
Kulihat secara tidak sengaja, dia terlihat melihat jam tangannya, pastinya untuk ngecek jam dong.
"Ehm, permisi tante, ini bentar lagi jam setengah tujuh, kalo boleh, saya ijin mau pulang dulu tante, Erine juga baru aja pulang dari dokter, biar istirahat dianya," Idih, bayangkan, dia mengatakan itu sambil melihatku, dan dia dengan bangganya tersenyum hingga menunjukkan gigi gingsulnya. Aku baru tahu dia mempunyai gigi gingsul, itu sedikit membuatku tertarik sih...
"Nggak usah terburu-buru pulang, nak. Katanya mau ngelamar anak tante, ketemu dulu sama ayahnya!" Ucap bundaku dengan antusias,
"HUEK, JIJIK, BUNDA SAMA AJA AH!" Kataku sambil beranjak dari dudukku, aku sudah tak betah disini, aku berjalan menuju kamarku. Belum saja sampai dikamar, baru sampai tangga bayangkan, bundaku sudah berteriak:
"Mau kemana? kalo ke kamar, bunda bilangin ke ayah kalo kamu sering ikut balapan ya!"
Huft, mau nggak mau, aku berjalan kembali mendekat ke bunda, mereka berdua terlihat tertawa sambil memandang satu-sama lain.
"Erine sering balapan tante?" Ucapnya sambil menahan tawanya, apa? kau meremehkanku?
"BUNDA JANG-"
"Iya dong, tapi balapannya sama temennya doang."
"Balapan apa tante?"
"Balapan keong!" Setelah mengatakan itu, mereka berdua tertawa lagi, lebih kencang daripada sebelumnya. Mereka berdua juga menatapku yang sedang berdiri, mereka menatapku dari atas hingga bawah, kemudian mereka saling bertatapan dan menertawakanku lebih kencang lagi. Apa yang lucu?!
"Bunda mau aku ngapain sih?"
"Aduh, udah nak Oline, perut tante kram!"
"Hahaha, iya tante, perutku juga udah kram!"
"Eh, kamu tadi nanya apa?"
"Bunda mau aku ngapain?"
"Kamu tolong siapin makanan yang tadi udah bunda masak, sama tambahin 1 piring ya!"
"1 piring lagi? buat siapa bunda?" Tanyaku kebingungan tentunya.
"Buat dia dong!" Ucap bunda sambil menunjuk Oline menggunakan dagunya. Orang yang baru aku kenal beberapa hari ini, sekarang, dia akan ikut keluargaku makan malam bersama?
"Loh? bunda? kita baru kenal di-"
"Udah, kerjain aja, bunda ngga mau ada protes ya?" Kebiasaan bunda yang memang aku benci, motong orang yang sedang berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lampu Merah (Orine)
Fanfiction- Oline Macario Vanisa, siswi pindahan yang bertemu Catherina Vandesca Natio pada hari pertamanya bersekolah di Jakarta, ia tidak mengetahui perjalanan hidupnya akan berubah sangat drastis sejak bertemu perempuan yang tak pernah ia pikirkan akan had...