9. E-Class non-rank - Collaboration Series - Inisiasi part II

11.9K 64 7
                                    

(Partner collab : Gifterm . Part sebelumnya bisa dibaca di:
https://www.wattpad.com/story/358579030?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=share_reading&wp_page=reading&wp_uname=Raja5inga&wp_originator=A%2F4%2BuY%2FubZvEDvkuDAi0KPVS5Ht05YZmvrbc9iTineJCiUXzDJgYdmQybcm%2FJkJkO5Vqu3uySwLuzdng3v0NIqtZGYGGZ%2BUuO0i2637WlYB2hwdM7tNfu88vjVxP8ydh

---**---

Hari demi hari berlalu, Anin kini tak lagi penasaran akan apa yang menjadi rahasia dari salah satu temannya yang tampak tak pernah lagi mengandalkan se-bercakpun ekonomi dari orang tuanya. Berkat Cynthia, kini ia mengerti akan ada harga untuk sebuah barang atau jasa. Semakin berharga benda itu, maka semakin tinggi juga daya jualnya.

"Semenjak itu, aku jadi mengerti mengapa Ci Cynthia kelihatan ga pernah lagi ngandelin duit orang tuanya. Memang sih gaji di JKT48 lumayan. Tapi karena salah perhitungan, keuangan ku tipis.."

"Ada benarnya juga aku mengandalkan Ci Cynthia sebagai penolongku. Tapi ya--soal yang kemarin itu, aku masih cukup terkejut juga.."

"Kemarin uangku sedikit banget, mungkin sekitaran 253.000,- an begitu buat makan sehari masih kurang. Tapi setelah aku dibayar kemarin, isi dalam rekening digitalku naik jadi 271.064.000,- . Ini lebih dari cukup, malah aku bisa jajan lagi seperti dulu..", dalam hati kecilnya ia bergumam, seraya mengintip kedalam ponselnya. Pikirnya diawal ia memilih orang yang salah. Setelah semua berlalu, ia sadar jika tak ada salahnya juga mengikuti sekte yang masih asing di telingaku ini.

Diatas meja káfe itu, Anin melamun dalam kesendiriannya. Kali ini, Cynthia sedang tidak bersamanya. Agaknya ia perlu teman untuk curhat, walau pada akhirnya ia monolog sendiri saja.

"Mending mesen kopi deh..", gumam Anin, lalu gadis itu beranjak menuju meja kasir.

Ia kemudian mulai menghampiri dan memesan segelas kopi darinya. Harganya cukup serupa dengan káfe-káfe lainnya.

Selesai memesan kopi itu, dengan hati-hati ia membawanya kembali ke mejanya. Suasana diluar káfe agak dingin, menjelang angin kencang bertiup dari sisi ke sisi lainnya, hingga tiba rintikan hujan menyerbu dengan derasnya.

"Braghh!", tiba-tiba, seorang pemuda berkulit gelap pun tak sengaja menabraknya, hingga minuman yang ia bawa pun terjatuh lalu tumpah. Tampak laki-laki itu seperti sehabis berlari ataupun terburu-buru.

"Agh! Maaf, aku ga liat ada kakak disini..", ucapnya. Tanpa disadari, Anin dan pemuda itu sama-sama saling berjongkok hendak mengambil sesuatu.

"Ehm, gapapa kak..", ia membalas. Lalu tanpa kesengajaan bersama, mereka berdua kembali menatap satu sama lain, dan agak mematung disana.

Anin menatapnya seperti ada sesuatu yang ia ingin tanyakan. Tertegun diam, namun setelahnya ia beranjak berdiri. Senyum di wajahnya kembali mekar, bahkan masalah kecil seperti ini pun tak menyulut kobaran api didalam hatinya.

"Kak.. Anindya...?", ucap lelaki itu ikut berdiri mengikutinya.

"Maaf!", lelaki itu berniat 'tuk sedikit membungkuk, namun Anin segera mencegahnya.

"Aah, gapapa! Gapapa kok, gapapa!", ia tersenyum, seakan mempertegas perasaannya yang baik-baik saja.

"Maaf udah bikin repot..", ujar lelaki itu mengambil minuman itu. Dan lagi, Anin merebut minuman itu kemudian membuangnya ke tempat sampah. Setelahnya ia kembali, ia melihat lelaki itu seperti benar-benar bersalah padanya. Tisu yang ia ambil beberapa helai pun dipakainya membersihkan lantai káfe tersebut.

Usai membuang, dirinya kembali menuju kasir untuk memesan satu cup kopi hangat lagi.

"Udah kak, gapapa kok. It's okay!", ucap Anin meyakinkan.

Prove me wrong or reveal me goodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang