36. Passionate 2 - Gracie - Morning Run

3.7K 89 15
                                    

Masih ingat dengan event Pokemon Run pekan lalu? Yep, aku dan adikku, Gracie, dan temannya pula yang bernama Aurelia tengah mengikuti kegiatan morning run atau jogging disekitaran Senayan City. Waktu itu antusias dan keramaian para peserta memang banyak dan ramai, ditambah lagi dengan beberapa maskot Pokemon waktu itu, menjadikannya sebuah acara jogging santai membuatnya seolah tak ingin dilewatkan.

Dalam acara kali ini, aku dan berdua adikku dan temannya tengah dalam lintasan lari santai pagi itu. Ada banyak peserta yang melewati kami, seolah menjadikannya sebagai ajang untuk melatih durabilitas dengan langkah kaki mereka yang cepat dan lincah.

"Ci Lia! Tunggu!", Gracie mengejar temannya yang sedikit lebih unggul di depannya.

"Kan disuruh jalan santai, ci. Kenapa malah lari?"

"Engga, aku cuma mau liat maskot Pokemon-nya ini kok", langkahnya terhenti sejenak, memandangi beberapa orang yang di dalam kostum maskot Pokemon itu. Ada banyak jenis Pokemon disana, namun hanya berjenis tikus listrik alias Pikachu saja.

"Maskot begini jadi keinget waktu di stage ga, sih? Event apa itu namanya, aku lupaa", imbuh Lia mengingatkan.

"Oiyaaaaa, apa yaa?", pikir Gracie

Mendekati garis akhir, kami bertiga semangat untuk menuntaskannya.

"Akhirnya selesai, hufftt..", hela nafas Gracie dalam-dalam.

"Iya nih. Kamu laper ga? Koko laper?", tanya Lia padaku, juga pada adikku.

"Laper nih. Mau kemana kita?"

"Ke.....situ aja deh!", Lia menunjuk ke salah satu pondok makanan yang masih buka, dekat dengan pintu keluar event ini.

"Oh, oke"

Yah, sekiranya lari pagi kami berakhir, kami berbelok menuju ke sebuah food court untuk memboyong makanan untuk mengganjal lapar.

"Pesen apaan ci?"

"Kamu mau pesen apa? Koko? Pesen aja, aku bayarin"

"Ga, biar koko aja bayarin", kataku.

"Gapapa, ko. Kalian pesen aja, aku yang bayar.."

"Yaudah. Mas, chicken katsunya satu. De, kamu pesen apa?"

"Mmm.. Aku samain aja kayak abang aku, kak..", ucap Gracie menyamakan pesanan denganku.

"Kalo aku takoyaki ya, kak"

Setelah mendapatkan pesanan kami, menunggu pun bukan sesuatu halangan. Alhasil, sambil melepas penat, Gracie mengeluarkan kipas portabelnya dari dalam tasnya. Hal ini serupa dengan yang dilakukan Lia.

"Ko"

"Iya de?"

"Panas ga?"

"Panas sih, kenapa?"

"Nih", Gracie mengarahkan arah hembusan kipas kecilnya padaku selama beberapa menit.

Berteduh dibawah hembusan kipas portabelnya, mungkin sedikit membantu. Meski tak sekencang ekspetasiku hembusannya, setidaknya sedikit mendinginkan tubuhku yang panas dan berkeringat ini.

"Tumben baik sama koko?"

"Dih, kemaren aku beliin makanan untuk koko itu apa?"

"Kebetulan kah?"

"Tau ah. Orang lagi baik, dibilang tumben"

"Udah-udah, jangan marah-marah, nanti cantiknya hilang..", ucapanku itu, bersambut dengan tanganku meremas pantatnya.

Seketika Gracie menoleh dengan sedikit geram. Tangannya terangkat, bak bersiap untuk dilayangkan ke wajah.

"Ish! Gausah remes-remes pantat aku ya!", ucap Gracie lirih dan hampir memukulku.

Prove me wrong or reveal me goodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang