9 Sexy Day

1.2K 177 18
                                    

9 Sexy Day

Di pagi hari weekend, suasana hujan memberikan sentuhan keajaiban pada kota Zenitburg yang masih terlelap. Embun menyelimuti dedaunan dan jalanan, menciptakan pemandangan yang hening dan memukau. Tiap tetes hujan menari lembut di atap dan pepohonan, menghasilkan melodi alam yang menenangkan.

Aroma tanah basah dan segar merasuki udara, menciptakan suasana yang memesona. Jalanan yang sepi memberikan ruang bagi suara hujan untuk menggema dengan lembut, menciptakan simfoni yang menyentuh hati.

Issabella memandang keluar dari jendela yang berkabut oleh tetesan air, menatap deretan pohon yang bergoyang-goyang oleh hembusan angin lembut. Warna-warna dedaunan yang terlihat lebih hidup dan segar setelah hujan sungguh menyenangkan baginya.

Coklat hangat di cangkirnya memberikan kehangatan di setiap tegukan. Rasa manis yang menyatu dengan kelembutan susu membuatnya merasa begitu rileks. Setiap tegukan coklat hangat itu seolah-olah menjadi pelipur lara di tengah suasana hujan yang tenang.

Issa menoleh saat Austin datang dengan wajah kusutnya yang baru bangun tidur. Weekend memang waktu yang pas untuk bermalas-malasan dan bangun lebih siang. Austin duduk di samping Issa dan hendak memberinya ciuman. Namun wanita itu menghindar dan langsung mengambil secangkir kopi yang tersedia di meja.

"Minumlah kopimu!"

"Ini opsi kedua, opsi pertamaku adalah kamu!" Ujar seraya mendekatkan diri kembali, dan kali ini ia berhasil memberi cumbuan lembut. Meresapi bekas coklat yang masih menempel di lidahnya.

"Manis sekali!" Bisiknya setelah pagutannya terlepas, lalu meminum kopi di cangkirnya.

"Kamu selalu menciumku sembarangan!" Issa menutup bibirnya.

"Bibirmu terlalu manis!" Austin terkekeh seraya mengacak rambutnya. Ia menyalakan tv, lalu menarik Issa untuk bersandar padanya. "Mau nonton film?"

"Malas." Issa meletakkan cangkir coklatnya, lalu memeluk Austin seraya memejamkan mata. "Hujan saat weekend, adalah waktu terbaik untuk tidur."

"Jadi kamu mengajakku tidur bersama?" Godanya kembali mendekatkan diri. Membuat posisi mereka merebah pada sofa tersebut.

"Bisa tidak, sehari saja kamu tidak mesum?" Issa mendorong wajah Austin yang kini tenggelam pada lehernya. Pria itu memeluknya dengan manja, seolah dia adalah bayi yang butuh kehangatan ibunya.

"Ini namanya pelukan. Mesum dari mana?"

"Memang kamu pernah berpikir, bagaimana jika ternyata aku ini sudah menikah?"

"Kartu identitasmu belum menikah, dijarimu juga tidak ada cincin."

"Tapi aku penasaran sekali kenapa aku bisa ada di sini Austin. Ini seperti misteri bagiku. Sedikitpun aku tidak bisa mengingatnya." Issa berkata jujur. Dia memang tidak amnesia. Tapi, Issa juga tidak tahu apa alasan semesta melemparnya ke masa depan. Apa memang semata-mata hanya untuk balas dendam?

Issabella bahkan tidak mengingat apa yang terjadi setelah ia merebahkan diri di gudang sekolahnya. Dan bagaimana caranya ia terlempar ke masa depan. Semua yang terjadi sungguh misteri yang sulit di pecahkan.

"Maaf."

"Aku tidak menyalahkanmu! Aku justru bertrimakasih, kamu menolongku. Bayangkan jika yang menabrakku bukan kamu. Kira-kira bagaimana nasibku?"

"Kamu selalu berpikiran terlalu jauh!" Austin menjitaknya. "Percayalah, semua yang terjadi di dunia ini bukan tanpa tujuan." Lanjutnya.

"Mungkin...." Issa menarik nafas panjang.

"Aku lebih penasaran dengan bekas lukamu."

"Aku juga tidak tahu apa yang terjadi padaku. Aku pun bertanya-tanya kenapa bisa ada luka semengerikan itu. Tapi dalam mimpi, aku selalu melihat seorang perempuan berambut panjang. Perempuan itu memukulku, dan menusukku dengan ujung rokoknya."

Let Me Tease YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang