Hampir tengah malam, renjun terbangun dari tidurnya.
Melirik kearah jaenan yang terlihat sangat lelap tidur di sebelahnyaRenjun usap wajah balita tampan tersebut, jaenan menjadi segalanya bagi renjun sekarang, renjun tak tau pasti apa yang akan terjadi jika tak ada jaenan kala itu, tapi satu hal yang pasti jaenan sangat menyelamatkan hidupnya.
Renjun ambil ponsel yang terletak pada meja disebelah ranjangnya, ia menduduki diri dan bersandar pada dinding kamar sembari mengotak atik benda tersebut
Setelah merasa selesai, renjun kembali meletakkan ponselnya dan memeluk jaenan untuk kembali tidur menunggu pagi datang.
Pagi ini jaenan akan dititipkan kepada sepupu perempuan renjun, yaitu winter.
biasanya memang winterlah yang menjaganya namun karena winter harus bekerja juga sehingga waktunya sedikit terbatas untuk menjaga anak lelaki tersebut , renjun rasa ia harus mencari baby sister.Sesuai agenda semalam, renjun menyiapkan rapat dan materi dengan cukup baik, ia presentasi dengan sangat lancar tanpa ingin membuat atasannya kecewa
Setelah rapat selesai, renjun membereskan beberapa berkas yang ia siapkan tadi
" sekretaris Huang ingin makan siang bersama?" Ajak shotaro, salah satu teman kantornya
Renjun tersenyum tipis sembari menggeleng " aku harus menyiapkan pertemuan Tuan park, kalian duluan saja ya" Shotaro mengangguk sembari membalas senyumannya, dan berpamitan untuk pergi
Haechan tiba tiba saja datang menghampiri renjun dan menyodorkan tangannya
"Kenapa?" Tanya renjun"Pergilah makan dengan yang lain, aku bisa menyiapkan pertemuan tersebut "
Toh di pikir pikir tugas haechan dan renjun sama, hanya saja dari awal Tuan park memang mengusulkan untuk haechan yang selalu bersamanya, ntah bepergian keluar kota atau hanya sekedar untuk menjadi teman pertemuan
"Tak apa, lagipula aku biasa makan sedikit telat" jawab renjun menimpali
Ia berjalan melewati haechan, sungguh ia tak keberatan dengan pekerjaannya ini, semuanya bisa renjun handle sendiri
Ia berjalan menuju ruang Tuan park, presedir perusahaan. Mengetuk pintu beberapa kali dan membukanya dengan pelan
"Tuan akan saya siapkan makan siang" tutur renjun kepada presedirnya
Tuan park yang tadinya sibuk dengan beberapa kertas kini menatap kearah renjun, pria yang sedikit berumur tersebut menggeleng pelan
"Atur saja jadwal saya siang ini, pastikan malamnya kosong, saya perlu istirahat " jawabannya, renjun mengangguk ragu dan kembali ke meja kerjanya
Renjun memandangin daftar jadwal milik Tuan park, presedirnya terlalu banyak jadwal namun tidak bisa menjaga diri ia sedikit khawatir apalagi dengan kondisinya yang baru saja renjun lihat.
Renjun hubungi haechan dengan segera, ia menyambar ponsel miliknya dan meletakkannya pada telinga kanan disaat melihat bahwa panggilan yang ia tuju tersambung
" haechan, Tuan tidak ingin makan lagi, aku sedikit khawatir karena ia terlihat sangat pu-
Suara pecahan gelas membuat perkataan renjun terputus, dengan cepat renjun berlari kearas sumber suara
Ia membuka pintu ruangan milik Tuan park dan menemukan atasannya itu tergeletak di lantai dengan pecahan gelas disampingnya
"Haechan panggil ambulans sekarang"
is that your baby?
" jaenan di mana ya, papa tidak melihat jaenan, jaenan dimana yaa"
Pukul 18:45
Renjun sudah kembali pulang sejak pukul 17.00 tadi, ia membiarkan winter pulang lebih cepat dan memilih menghabiskan waktu bersama jaenan
" ini dia !!" Renjun mendekap jaenan kedalam pelukannya sembari menggoyangkannya kekanan dan Kekiri hal itu berhasil membuat balita tersebut tertawa gembira didalam pelukan ayahnya
"Kita makan pakai apa ya malam ini?jaenan mau apa?" Tanya renjun sembari menatap putranya itu
"Mam nuget " renjun tertawa kecil disaat jaenan menyebutkan makanan kesukaanya sebagai menu untuk makan malam hari ini
"Lalu papa?" Tanya renjun lagi, jaenan meletakkan jari telunjuknya di ujung dahi bertindak seolah olah tengah berpikir
" mam ayam papa" renjun mengangguk sembari tersenyum, ia gandeng tangan kecil tersebut untuk membawanya ke meja makan
Renjun dudukkan jaenan pada kursi makan miliknya, belum sempat renjun menyiapkan makan malam
Ponsel miliknya lebih dulu menyapa, renjun lihat nama haechan lah yang tertera disaana, dengan secepat mungkin renjun mengangkat panggilan tersebut
" ya haechan?"
Renjun mencengkeram ujung meja disaat ia mendengar kabar dari sebrang sana, ia menutup mata dan menghela nafas pelan
" baiklah, aku kesana 5 menit lagi" tutur renjun, sebelum akhirnya ia mematikan panggilan tersebut
Ia tatap jaenan yang menatapnya sembari tersenyum " jaenan, kita makan di luar ya hari ini?"
Renjun dengar sorak gembira dari mulut kecil jaenan, renjun dengan cepat berlari untuk berganti pakaian, memasang jaket untuknya dan untuk jaenan pakai, lalu menggendong jaenan kepelukannya mengunci pintu dan memasuki mobil untuk pergi menuju rumah duka.
Presedir Park meninggal, kabar itulah yang haechan sampaikan di ponsel tadi, 5 menit di perjalan akhirnya renjun sampai di rumah duka.
Sudah banyak orang orang yang berdatanganRenjun gengangam tangan jaenan, ia berjalan memasuki rumah duka dengan jaenan disampingnya
"Jangan lepas tangan papa ya?nanti jaenan hilang, papa susah mencarinya" Sang lebih kecil mengangguk, bertanda ia mengerti perkataan sang papa
Selama didalam jaenan benar benar menuruti perintah sang papa, bahkan ia memegang pakaian renjun dengan kuat dikala ada saat gengangam sang papa harus terlepas
"Haechan " panggil renjun disaat melihat Haechan berdiri didepan karangan bunga, kurang lebih 5 menit renjun berbela sungkawa oleh keluarga presedir Park, lebih tepatnya istri dari Tuan park
"Sudah selesai?" Tanya Haechan, renjun mengangguk ia menatap haechan sembari tersenyum tipis
Renjun mengelus punggung haechan mencoba membuatnya lebih tabah " presedir pasti ditempatkan di tempat yang layak"
haechan mengangguk ia menggigit bibir bawahnya menahan tangis, setengah hidup haechan dihabiskan hanya untuk melayani Tuan park tentu saja banyak hal yang Tuan park lakukan untuk haechan selama itu pula, tak heran jika haechan merasakan kesedihan seperti yang dirasakan oleg keluarga yang berduka.
"Papa jae lapar " jaenan menarik pakaian renjun beberapakali, renjun mengusap kepala jaenan pelan
"Baiklah baiklah " jawab renjun, ia menatap haechan setelahnya "ingin makan bersama?" Tanya renjun, haechan menggeleng
"Aku akan menyambut anggota keluarga yang lain, kau pergi saja" haechan merendahkan badannya, menyamakan tingginya dengan jaenan
"Jae ingat paman?" Tanya Haechan sembari tersenyum tipis, yang ditanyai hanya mengangguk sembari memeluk kaki papanya
Renjun terkekeh pelan melihat jaenan yang terlihat sangat iba melihat raut wajah haechan yang menyedihkan
"Papa, paman sedih" tutur jaenan pelan, bahkan ia tak yakin ucapannya bisa terdengar oleh papanya itu