Jeno dan giselle duduk berdua dengan di selimut kedinginan embun pagi
Mata giselle sembab sempurna, jeno tau itu.
"Ku dengar kau datang menemuiku semalam" tutur jeno memecah keheninganGiselle mengangguk sebagai jawaban, wajahnya kini menunduk, ia meremat ujung bajunya.
Kata kata yang sudah ada dipikirannya mendadak kelu untuk di ucapkan.
Dari mana dan sampai mana ia harus menjelaskan kepada lelaki di sebelahnya ini"Kau tau aku sangat menunggu kabarnya bukan?" Sambung jeno pelan. Ia sedikit menghela nafas melihat giselle yang sepertinya masi enggan untuk buka suara
Giselle lagi lagi mengangguk, ia dongakkan wajahnya dan menatap jeno cukup lama
" kau tau aku membencimu kala itu, amat sangat?"
Alis jeno menyatu, dia kebingungan karena kenapa giselle tiba tiba membencinya
Giselle menatap kearah jeno " kenapa kau tak ingin bertanggung jawab?kenapa kalian harus putus?kenapa dia memilih orang lain?kenapa kalian bisa seegois itu?itu semua terus terusan berputar di kepalaku saat itu"
Wajah kesal Giselle yang tadinya terpampang, kini menatap jeno dengan ragu.
Dapat Giselle lihat bahwa pria di hadapannya ini sangat kebingungan atas apa yang di ucapkannya"Kau mengerti?" Tanya Giselle dengan was was
Jeno mengulum bibirnya " tunggu, bertanggung jawab untuk apa?"
Jantung Giselle berdegup dengan kencang, jeno tak tahu?bagaimana bisa?
"Kau gila?!karina hamil kala itu saat dimana kalian memilih untuk mengakhiri hubungan kalian sendiri "
Bak tersambar petir di siang hari, jatung jeno terasa enggan untuk berdetak
"Kau tak tau jeno?! Oh tuhan lihat pria ini! Seharusnya aku memang membunuhmu "
Giselle menangkup wajahnya menahan tangis, bagaimana bisa jeno tak tahu tentang kehamilan karina?
Bahkan wanita itu sudah tak ada di dunia ini pun jeno tak tahu?Beberapa tahun lalu karina mengatakan padanya bahwa ia hamil, perempuan itu menangis semalaman di rumah Giselle,
Dengan status masi berpacaran dengan jeno, tentu saja Giselle ingin meminta pertanggungjawaban, tapi apa boleh buat?karina mengatakan bahwa mereka sepakat putus dengan saat yang bersamaan dan karina memilih untuk pergi keluar negeri setelah semua itu"Hamil?aku bahkan tak pernah menciumnya"
Kecewa?tentu, jeno amat sangat kecewa. Dalam sudut pandang jeno, Bisa d bilang ia di campakkan begitu saja, karina memutuskan hubungan mereka sepihak dan pergi menghilang setelahnya.
Apa yang jeno harapkan?apa karina akan kembali padanya?tidak, kabar bahwa wanita itu sudah memiliki anaklah yang lebih dulu menyambut harapan jeno sekarang
"Jeno!?" giselle menggeleng menatap jeno dengan mata yang membulat
Jeno mengusak rambutnya yang tadi tertata dengan rapi " aku bersumpah Giselle, aku tak pernah melakukan apapun kepadanya, dia hanya meminta untuk putus lalu hilang entah kemana"
Giselle mengusap air matanya, lalu anak siapa yang di kandung oleh karina saat itu?pantas saja ia menolak disaat giselle akan meminta pertanggungjawaban kepada jeno
"Wanita itu sempat merasa depresi atas kehamilannya, ia bahkan enggan untuk makan,minum dan bertemu siapapun.
Permintaannya hanya satu saat itu, pergi jauh dari negara ini.
Dengan kesepakatan bersama, aku membawanya kejepang sembari melanjutkan pendidikanku ""Lalu?dia di Jepang sekarang?izinkan aku menemuinya, sekali saja " pinta jeno, ia harus tau siapa ayah dari yang di kandung oleh karina dan apakah itu alasan karina meminta untuk putus
giselle kembali menitikan air matanya, hatinya begitu sakit mendengar kabar bahwa sahabat yang ia kasihi selama ini telah kembali dengan sang pencipta " pada usia kandungan yang ke 7, karina memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, dia tak banyak bercerita
Ia selalu mengirimkanku pesan singkat, ntah itu bertanya kabar, atau bahkan hanya untuk mengirim foto perutnya yang semakin membesar "Jeno menyimak dengan gelisah, ia benar benar sangat ingin bertemu karina. Hanya itu
"Setlah semua itu, ku pikir dia akan baik baik saja.
Dia berhenti menghubungiku setelah kelahiran anaknya, namun pesan terakhir yang ia kirimkan kepadaku mengatakan bahwa aku tak boleh bertemu keluarganya, ia memintaku untuk menutup mulut atas siapa ayah bayinya dan apa yang menimpanya "Giselle menghela nafas, ia menggenggam tangan jeno, mencoba memberitahunya kebenaran
"Jujur aku saja tak tau apa yang mau di katakan kepada keluarga karina, aku selalu kabur kaburan setiap ditanya, hingga akhirnya aku bertemu salah satu sepupunya kemarin"Giselle menunduk, bahunya bergetar hebat dan tangisnya semakin kencang
Cahaya matahari mulai menaik, dan beberapa orang mulai berdatangan
"Giselle kumohon, apa sepupunya beranggapan aku ayahnya?" pinta jeno
Giselle menggeleng, dengan nafas yang tersendat dia berusaha berbicara " karina sudah meninggal "
Is that your baby?
Udah ketebak kan alurnya??