Melihat kulitnya yang seputih susu serta jari jarinya yang kecil, renjun menangis tepat disebelah bayi kecil yang tergeletak begitu saja.
Jujur , renjun bahkan tak pernah mengharapkan hal hal diluar dugaan seperti ini terjadi pada kehidupannya, tapi apa boleh buat?nasib mengatakan renjun haruslah menjadi orangtua dari bayi kecil yang ibunya akan menjadi tulang belulang di bawah tanah sana.
Renjun angkat bayi tersebut sembari memandanginya dengan mata yang penuh air mata " Aku harap aku bisa memberimu segala hal, jaenan"
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun.
Kini usia jaenan tepat 2 tahun, ia sudah berjalan dan mulai belajar berbicara sepatah dua kataJenan yang terbilang aktif sangat membuat renjun kewalahan karena harus mengimbangi antara pekerjaan dan juga anaknya
"Kau yakin akan menjaganya Mark?" Tanya renjun kepada tetangga sebelah rumahnya
Yang di panggil dengan nama Mark mengangguk sembari tersenyum lebar " dengan senang hati aku menjaganya " jawab mark dan menggendong jaenan kearah renjun
"Asal papanya juga ingin aku jaga" Sambungnya lagi dan membuat renjun yang mendengar hal itu mendelik kesal
Renjun merapikan setelan kemejanya, ia memukul bahu Mark pelan atas jawaban dari ucapan Mark tadi " papa jaenan ini bisa menjaga dirinya sendiri tuan Mark"
"Aku pergi dulu, jika ada apa apa tolong kabari dengan segera" renjun pergi meninggalkan kedua pria berbeda umur itu didepan pintu
Ia harus bekerja di sebuah perusahaan, jika kalian bertanya renjun bekerja apa, dia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan yang bisa di bilang cukup besar
Jadwalnya pagi ini hanyalah menyiapkan beberapa materi untuk rapat esok hari dan mengunjungi karyawan baru.
Renjun memasuki ruang kerjanya yang menjadi 1 dengan ruang presedir perusahaan, namun ruangan tersebut terbagi lagi dengan pintu masuk ke ruang presedir yang lebih luas di dalamnya.
Renjun mengotak atik komputer dan menyiapkan berbagai materi untuk dirinya presentasi bersama atasannya esok hari.
Pagi ini jadwal presedir perusahaan kosong, dari maka itu belum ada tanda tanda akan kehadirannya jadi renjun bisa lebih bersantai dalam mencatat materi.Suara ketukan meja membuat perhatian renjun teralih " selamat pagi Tuan" sapa renjun kepada Lee Haechan
Pria yang selalu bersama Tuan presedir, atau biasanya para karyawan memanggilnya sekretaris 1.
Walaupun jabatannya sama dengan renjun, namun Haechan yang lebih dulu lah bergabung dengan perusahaan sehingga bisa dibilang dia atasan renjun."Presedir ada jadwal hari ini?" Tanya Haechan, renjun menggeleng pelan
Hari ini jadwalnya benar benar kosong, sehingga presedirnya itu bisa sedikit berleha lehaHaechan mengangguk "atur jadwal dengan dokter sore ini"
"Baik tuan" Renjun membungkukkan badan disaat melihat Haechan mulai melangkah pergi
Setelah kepergian haechan, Dengan cepat renjun meraih telepon yang ada di samping kiri mejanya, menekan beberapa angka sehingga tersambung dengan telepon lain di sebrang sana.
Tepat pukul 15.00 renjun keluar dari ruang kerjanya, ia meraih ponsel gengangam yang ada disakunya dan menekan nomor telepon milik Haechan
"Sore tuan, aku hanya ingin memastikan apa presedir Park sudah menemui dokter Oh ?" Ujar renjun sembari melangkahkan kaki menaiki lift yang baru saja terbuka
Ia tersenyum tipis disaat berpapasan oleh beberapa karyawan lainnya
"Ahh begitu, baiklah tuan terimakasih " Sambung renjun disaat menerima jawaban dari Haechan, ia menghela nafas pelan disaat mendengar bahwasanya Tuan park tidak menghadiri pertemuan tersebut.
Sejujurnya ia sangat menduga bahwa atasannya itu tidak akan pernah pergi ke dokter manapun karena hal ini tidak terjadi hanya 1kali"Kak renjun " renjun menoleh disaat ia mendengar namanya diteriaki oleh seseorang "Kau akan pulang?" Sambungnya, renjun melirik jam tangan dan menggeleng dengan ragu
"Aku harus keruang koperasi, memberi ini" renjun mengangkat satu berkas yang sedikit tebal untuk menunjukkannya kepada jisung, adik kelasnya dulu dan sekarang satu perusahaan dengannya
Mereka berjalan beriringan sembari membahas beberapa hal, banyak yang jisung tanyakan kepada renjun mulai dari pekerjaannya bahkan jaenan termasuk dari pembicaraan mereka.
Hingga sampailah jisung dan renjun didepan sebuah ruangan dengan identitas "koperasi "
" baiklah sampai jumpa kak" Ujar jisung, ia tersenyum tipis dan melanjutkan langkahnya sedangkan renjun hanya diam menatap kepergian jisung
"Jisung!" Panggil renjun sebelum pria itu lebih menjauh dari pandangannya " chenle baik baik saja, dia hidup dengan sangat sehat dan bahagia" tutur renjun lalu memasuki ruangan koperasi tak peduli bagaimana reaksi dari adik kelasnya itu