Jaenan sakit.
Tengah malan anak semata wayang Renjun itu terbangun dan mulai mengeluarkan sebagian isi perutnya yang membuat Renjun panik bukan kepalang.
Tanpa memperdulikan penampilan, pada jam 01:23 dini hari Renjun langsung membawa jaenan ke rumah sakit.
Selain jaenan yang muntah muntah, suhu tubuhnya juga meninggi.Setelah di bawa ke ruang UGD, dokter memutuskan jaenan untuk di rawat selama kondisinya membaik.
Anak lelaki itu mengalami masalah dalam pencernaannya, namun dokter juga mengatakan kepada renjun untuk tenang karena kondisinya masi bisa di bilang cukup baik karena dengan segera di bawa ke rumah sakit.Jaenan di tempatkan pada ruangan kelas 1, renjun memilih untuk tiduran di sofa sembari menatap putranya yang terbaring di kasur serba putih tersebut.
Renjun menghela nafas pelan, ia mengingat bagaimana kondisi ibu jaenan disaat Renjun memutuskan untuk merawatnya seorang diri.
Hatinya masi saja sakit setiap kali mengingat kondisi perempuan tersebut.
Renjun raih ponsel yang terletak di atas meja, ia lihat jam yg menunjukan pukul 5 pagi.
Renjun rasa ia harus meliburkan diri untuk beberapa hari ini, jaenan tak mungkin ia titipkan dengan kondisinya yang sekarang.Renjun mencoba menghubungi haechan untuk meminta izin untuk meliburkan diri, selain itu renjun juga harus meminta izin kepada ke2 atasannya yaitu jaemin dan juga jeno.
Tapi mengingat waktu masi menunjukan pukul 5 pagi, renjun tak yakin mereka semua akan menjawab panggilannya.
Renjun akhirnya beranjak dari tempatnya membaringkan diri, ia hampiri jaenan terlebih dahulu dan mulai melangkah keluar ruangan.
Ia berjalan di sekitar rumah sakit, menikmati embun pagi yang terasa sangat dingin di permukaan kulit.
Langkah renjun terhenti, tak kala melihat jeno, atasannya tengah duduk berdiam diri sembari menatap langit yang mulai membiru
Dengan langkah yang pelan, renjun mendekati pemuda tersebut dan menepuk pundaknya "Tuan"
Dapat renjun lihat raut terkejut dari wajah jeno, namun dengan segera pula ia menetralkan wajahnya " sekretaris Huang?" Gumam jeno disaat melihat sosok yang memanggilnya adalah renjun
Renjun tersenyum tipis, ia menduduki diri disamping jeno namun masi memberi jarak untuk keduanya " kau sakit?" Tanya renjun secara spontan, lagi pula pertanyaan seperti itu wajar di tanyakan jika bertemu dengan org lain di rumah sakit.
Jeno menggeleng, ia membenarkan kerah bajunya yang sedikit melusuh " kau sendiri?" Tanya jeno, renjun mengangguk mengerti
"Anakku sakit, baru saja aku ingin menghubungi Tuan untuk meminta di liburkan beberapa hari namun ternyata sudah bertemu disini" canda renjun sembari terkekeh pelan
Jeno menatap renjun lamat, dirinya begitu tak percaya bahwasanya pria yang lebih kecil di hadapannya ini sudah memiliki keluarga
Merasa di perhatikan, renjun menyentuh wajahnya, takut takut ada sesuatu yang menempel disana " Apakah wajahku terlihat kusam " gumam renjun pelan, jeno tersenyum tipis namun dengan segera menggeleng
"Tentu saja, kau bisa libur untuk merawat anakmu" tutur jeno.
Renjun mengangguk bertanda ia mengerti.
Setelah ucapan itu keluar dari mulut jeno hanya ada kehening setelahnya
Renjun tak tau harus mengatakan apalagi, dia bingung"Istrimu juga disini?" Tanya jeno secara tiba tiba, renjun menatap jeno tak percaya
"Ahh tidakk Tuan" balas renjun dengan cepat yang membuat jeno menyatukan alisnya.
"ibunya sudah tidak ada"
Jeno mengulum bibirnya mendengar perkataan renjun, merasa tak enak hati " aku minta maaf, sungguh "
Renjun tertawa canggung menerima permintaan maaf tersebut
" jeno" suara lain memecah kecanggungan antara mereka.
Baik renjun maupun jeno membalikan tubuh untuk melihat siapa yang memanggil pria yg ada di samping renjun.
Mata renjun membulat sempurna, ia melihat giselle dengan pakaian dokter tengah berdiri tak jauh di belakangnya dan juga jeno.
Gisellepun ikut terkejut atas kehadiran renjun disana, ia mematung melihat sosok yang selama ini ia hindari tepat ada di depannya.
Renjun tak ingin jeno merasa curiga atas dirinya dan giselle, ia jugaa masi membutuhkan giselle untuk memperjelas keadaanya jadi biarlah renjun yang mengalah hari ini.
" Tuan aku permisi dahulu ya, semoga harimu menyenangkan " pamit renjun, ia berjalan melewati giselle dengan tenang tanpa mau membuat sang empu merasa waspada atas kehadirannya.
Is that your baby?