03

165 37 60
                                    

-o0o-

Argan mendorong-dorong bahu Abimanyu untuk segera melanjutkan permainan pesawat kertas. Kali ini giliran Abimanyu yang harus menerbangkan pesawat kertas itu.

"Bisa diam nggak, Nyet? Heboh banget elah!" seru Kevin sembari menoyor kepala Argan.

Argan meringis, mengusap kepalanya yang sedikit nyeri. Mereka bertujuh berjalan di pinggir lapangan basket lalu berhenti membentuk lingkaran.

Para siswa-siswi berlalu lalang untuk segera pulang dari sekolah, namun sesekali menatap mereka. Apalagi ada beberapa siswi yang sengaja berhenti sebentar di pinggir lapangan sembari berbisik demi melihat tujuh cowok yang sedang berdiskusi.

"Kali ini apa tantangannya?" tanya Yudistira, menggaruk kepala belakang yang tak gatal. Sebenarnya dia kesal karena belum mendapat giliran memainkan tantangan tersebut.

Permainan ini dimainkan secara acak, tak berurutan siapa pemainnya. Bahkan bisa saja satu orang mendapat jatah dua kali main. Yang jelas, permainan ini dari keisengan otak Jeyson, berupa menerbangkan pesawat kertas hingga pesawat itu berhenti pada sang target, siapa pun itu orangnya. 

Mereka bertujuh saling melirik satu sama lain, berharap ada yang memberi tantangan.

Dua detik setelahnya, Andhika tersenyum miring, mata cowok itu tertuju pada pesawat kertas yang dipegang Abimanyu. "Kalau pesawat kertas itu mendarat di salah satu cowok, lo harus bilang 'i love you'. Kalau mendarat di salah satu cewek, lo harus jadiin cewek itu pacar selama sebulan. Deal?" kata Andhika.

Awalnya tampang Abimanyu terlihat ogah, sepersekon kemudian matanya melirik Andhika. Dia merasa tertantang. Sebelah alis cowok itu terangkat. Menarik.

"Oke, siapa takut?"

Abimanyu berdecak, tangannya bersiap untuk menerbangkan pesawat kertas. Jelas, dia tak ingin seperti pengecut.

"Sialan, kalau begini mending gue aja yang terima tantangan." Merasa tak terima karena tantangan yang semakin seru, Kevin berkacak pinggang. Dia pun menyesal sudah mendapat tantangan diawal. Kalau sudah berurusan dengan hal yang berbau 'cinta', Kevin adalah ahlinya. Memangnya cewek mana, sih, yang tak terpikat dengan Kevin?

"Pret, giliran gini aja lo paling semangat. Merasa paling ganteng, lo?"

"Lah, lo katarak? Gue memang ganteng, tanya aja sama cewek-cewek dan jejeran mantan gue di sekolah ini." Astaga, hampir saja Kevin ingin menyekik Argan jika mereka tak mendengar suara Junie yang melerai.

"Udah, udah! Kenapa kalian jadi ribut? Mending kalian kerjain soal-soal kalkulus gue."

"Ogah!"

"Ogah!"

Kevin dan Argan berseru tak suka bersamaan. Mereka paling anti jika berurusan dengan Junie, karena Junie hobi memberi hukuman dengan cara mengerjakan soal-soal sains jika diantara mereka ada yang ribut atau bermusuhan layaknya anak kecil. Cowok pintar kelewat jenius macam Junie Calypso memang agak lain.

Sementara di koridor X MIPA 3, Luna dan Keyra terlihat sedang mencari dua orang yang sudah berjanji akan pulang bersama, naik ojek online.

Tangan Keyra melambai pada dua sosok yang sedang berlari kearahnya dari arah berlawanan, Retta dan Rheasya.

Retta seperti biasa dengan cengirannya, sementara Rheasya datar saja.

Sekarang Retta, Rheasya, Keyra, Luna, berjalan beriringan.

“Pasti kalian nunggu, ya?” celetuk Retta, cewek berambut sebahu sekaligus doyan gosip.

Keyra mendengus asal. “Pake nanya!”

The Different Brother [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang