04

163 32 68
                                    

Fyi, part ini agak panjangan dikit wkwk

[]

"Key, lo beneran pacaran sama Kak Abim?"

Retta heboh sendiri sejak setengah jam lalu. Mereka berempat duduk di kantin langganan seperti biasa.

Retta, Luna, Rheasya, terlihat penasaran dengan respon Keyra. Mereka ingin tahu kejadian kemarin. Se-kepo itu.

Keyra mempoutkan bibirnya. Raut wajahnya menjelaskan seolah tak ingin membahas cowok aneh yang memaksanya untuk dijadikan pacar. Bagi Keyra, kejadian kemarin sangat keterlaluan dan membuat cewek itu tidak nyaman. Huh!

Perlu kalian tahu, Keyra menolak Abimanyu mentah-mentah!

Bagaimana tidak? Cowok asing yang tak pernah bicara dan berteman dengan Keyra, lalu tiba-tiba cowok itu ingin menjadikan Keyra sebagai pacarnya? Apa itu terlihat wajar? Yang ada sangat aneh, layaknya orang gila.

"Gue dipaksa pulang bareng sama Kak Abim, ya gue tolak, lah! Gue takut." curhat Keyra, dia memegang sedotan lalu diaduknya segelas es susu yang tak dingin lagi.

Cewek itu hilang selera makan.

Retta menggeleng, tak habis pikir dengan ungkapan sahabatnya. Kalau Retta jadi Keyra, sudah pasti Retta senang bukan kepalang dan menerima ajakan apa pun asalkan bisa bersama cowok ganteng seperti Abimanyu dkk.

"Astagaaa, kenapa nggak lo iya-in aja? Cowok macam Kak Abim nggak pernah lho jalan sama cewek apalagi punya pacar. Ini rekor, sih, menurut gue."

"Ya udah, lah. Lagian hak Keyra juga untuk nolak ajakan Kak Abim." Luna menghela napas jengah. Kalau Retta sudah membahas cowok, pasti pembicaraan tak akan selesai. Memangnya tak ada topik lain, ya, selain membahas cowok?

Retta berdecak. Bibirnya memperlihatkan senyum mengejek untuk Luna. "Halah. Udah, deh, Lun. Beda cerita kalau Kak Jeyson yang kayak gitu. Lo mau juga, kan?" 

Demi apa pun, sekarang Luna rasanya ingin menampol bibir mungil Retta.

Rheasya yang sedari tadi menyimak percakapan mereka pun kini mulai jengah. Kesal. Pasalnya, dia jadi teringat kejadian semalam di mana sang pacar tiba-tiba memutuskannya secara sepihak, ini sudah kali ketiga cewek itu putus hubungan. Ya walau tak ada kolerasinya juga, sih, dengan pembicaraan sahabatnya.

Rheasya memijit pangkal hidungnya dan berkata, "Bisa stop bahas cowok? Gue muak. Cowok-cowok lagi pada aneh."

Setelah Rheasya mengatakan itu, para sahabatnya terdiam sembari memandang bingung ke arahnya. "Lo kenapa, Rhe?" tanya Keyra.

"Jangan bilang...," Retta menggantungkan kalimatnya yang belum usai.

"Lo putus, ya?" timpal Luna, menebak. Rheasya mengangguk. Wajahnya terlihat muram ketika Luna mengatakan itu.

Keyra mengelus salah satu tangan Rheasya yang duduk di hadapannya. Cewek itu tersenyum hangat, berusaha menenangkan. "Yang sabar, mungkin Kak Zidan bukan cowok yang tepat buat lo."

"Benar. Masih banyak cowok yang mau sama lo, Rhe. Lo cantik, nggak neko-neko, rajin juga. Mana ada cowok yang nolak lo?" Retta ikut menenangkan, hingga membuat sakit di hati Rheasya sedikit berkurang.  

Kali ini Luna merasa setuju dengan ungkapan Retta, dia mengangguk.

Senyuman kecil terbit di bibir Rheasya. Matanya menatap satu persatu sahabatnya yang selalu ada setiap saat. "Makasih, ya, kalian udah nenangin gue."

Terlihat anggukkan kecil dari mereka. Rheasya merasa bersyukur memiliki sahabat yang selalu peka dan mendengarkan keluh kesah dengan senang hati. Mereka saling melengkapi, sampai membuat orang lain iri terhadap persahabatan mereka.

The Different Brother [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang