Obsession (ThoxGem)

1.2K 58 9
                                    


Disebuah sekolah lebih tepatnya di bagian belakang sekolah yang lumayan sepi, terdapat anak kelas 1 yang sedang kebingungan sembari melihat sekelilingnya, pemuda kecil dengan mata berwarna emas yang terhalang kacamata rabun sedari tadi berdiri seperti menunggu seseorang.

Tepat beberapa jarak dari pemuda tadi terdapat pemuda lagi namun sedikit lebih tinggi dan mengenakan topi yang dimiringkan, mata hijau zamrudnya menatap anak yang sedang kebingungan di sekitar kawasan terlarang itu, akhirnya pemuda beriris hijau zamrud itu keluar dari tempat persembunyiannya, dengan perlahan dia mendekati pemuda kecil yang masih sentiasa berdiri menghadap berbalik dari dirinya.

Gempa selaku pemuda tersebut tidak menyadari ada seseorang yang sedang berjalan kearahnya sembari memegang pisau, entah apa niatan remaja hijau itu, dia perlahan mendekati gempa dan dengan sekali pusingan dia memutar badan gempa menghadap kearahnya.

Gempa terkejut apabila mendapati seorang senior tiba tiba memutar badannya serta mengancungkan pisau dihadapannya, matanya melebar melihat betapa dekatnya pisau tumpul tersebut di depan wajahnya.

"Hah...gempa..~"

Seniornya itu bersuara sembari mendongak menatap wajahnya yang mulai berkeringat dingin, bisa dilihat wajah seniornya memerah serta pupil matanya telahpun berubah menjadi bentuk hati.

Gempa yang melihat hal tersebut panik, dengan sekuat tenaga ia berusaha mendorong tubuh seniornya itu, setelah beberapa kali mencoba akhirnya genggaman senior pada dirinya lepas, gempa menggunakan kesempatan itu untuk lari menjauh dari senior hijaunya itu, tak lupa ia mengambil tasnya dan memecut lari darinya.

Thorn selaku senior gempa hanya tersenyum (sange) dia berjalan perlahan mengekori gempa dari belakang, pisau berkarat tadi masih ia genggam, untung saja keadaan sekolah sepi karena siswa telahpun pulang kerumah masing masing.

Gempa berlari hingga akhirnya dia sampai tepat di pintu keluar gedung sekolah, namun sesaat itu ia dibuat terkejut dan makin panik.

"A-apa yang..."

Pintu gedung sekolah mereka tertutup oleh rantai dan gembok yang besar, mustahil bagi gempa membukanya tanpa kunci, gempa semakin panik apa bila mendengar suara langkah kaki dari arah belakangnya, dengan mata berair dia berlari kesebuah loker dan bersembunyi di Sana, ia bisa mendengar jelas suara langkah kaki yang menggema di sekitarnya diikuti senandung kecil.

Saat suara itu melewati loker yang ia tempati, gempa berusaha mungkin menahan suaranya daripada keluar, bahkan tanpa ia sadar dia malah menahan nafas. Gempa menutup rapat matanya serta mulutnya dengan kedua tangannya, air matanya bercucuran karena kepanikannya naik drastis.

Tak lama suara langkah kaki itu hilang, gempa menghela nafas lega dan mengatur nafasnya sebisa mungkin, dadanya telah sesak karena menahan nafas apalagi sekarang ia berada di dalam loker yang bisa dikatakan sempit, dengan perlahan dia membuka pintu loker, meneliti setiap inci koridor memastikan bahwa Thorn tidak mengikutinya lagi, perlahan ia keluar dari loker sembari mengatur nafas, gempa menggenggam erat bagian dadanya yang mulai membaik.

PANG!!

Sasaat sebelum gempa berjalan dia merasakan sesuatu menghantam kepalanya kuat, pusing dan sakit mulai menyebar kearea kepalanya dan akhirnya dia jatuh tidak sadarkan diri, bahkan sedikit darah keluar dari kepalanya yang terlihat membiru.

Thorn selaku orang yang memukul gempa akhirnya tersenyum puas, dia menghempas tongkat baseball yang ia gunakan untuk memukul gempa dan mengangkat gempa yang tidak sadarkan diri itu ke gendongannya, dielus wajah yang sedikit tembam itu, pipi serta hidungnya yang memerah dan sedikit lembab karena air mata, bibir kecil dan pink yang memancing hasrat siapa saja.

-OneShoot & art-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang