V-Chap1

10.7K 721 3
                                    

Sebuah ruangan yang didominasi warna putih, bau obat-obatan yang menyengat tercium di ruangan itu.

Sosok Remaja yang saat ini sedang terbaring di brankar rumah sakit, dia terlihat sangat tenang.
Matanya yang tertutup dengan bulu matanya yang lentik, wajahnya yang terlihat damai dan tenang. Begitu indah jika dipandang.

"Eghh..."

Remaja tersebut mulai mengerjapkan matanya. Terlihat manik matanya yang begitu hitam kelam.

Dia Rafael Dwi Pratama...

Rafael Povv

Apa yang terjadi, kenapa gw masih hidup, Bukannya gw harusnya udah mati.

'Ceklek'

"Tuan muda, anda sudah bangun," ujar seorang wanita paruh baya yang terlihatl sudah cukup tua.

Gw ngerasa asing dengan wanita itu, entah dia siapa 'tuan muda?' Panggilan apa itu, bahkan pembantu keluarga bajingann itu tidak pernah manggil gw dengan sopan.

"Tuan muda, apa anda baik-baik saja? tunggu biar bibi panggil dokter dulu."

Gw cuma diam aja, ngga ngerespon sama sekali.

Beberapa menit kemudian, seorang dokter laki-laki yang terlihat masih muda masuk keruangan gw. Wanita tadi juga mengikuti dokter itu dari belakang.

Dokter itu mulai meriksa gw, dan gw juga tetep diam, cuma merhatiin itu dokter. untuk posisi gw saat ini masih rebahan males bangun soalnya.

"Apa ada yang sakit?," tanya dokter itu dengan senyuman yang ramah.

Gw cuma nggelengin kepala, ga ada yang sakit ditubuh gw hanya saja rasa pegal sedikit.

"Bagaimana dokter, apa tuan muda baik-baik saja?" Tanya wanita itu.

"Syukurlah Tuan muda Varrel baik-baik saja, hanya tinggal cedera dikakinya saja yang mungkin masih sedikit membutuhkan waktu untuk penyembuhannya."

Tunggu Tuan muda Varrel, siapa itu? Gw Rafael. Sejak kapan nama gw berubah?.

Mereka natap gw,

"Tuan muda, jika anda memiliki keluhan anda bisa memberitahukan pada saya" ucap sang dokter disertai senyumannya.

Gw cuma natap dia balik, senyuman itu jarang banget gw ngeliat orang yang senyum ama gw.

"Siapa?"

Satu kata terucap dari mulut gw, dokter itu terlihat bingung dengan pertanyaan gw.

"Maksu-"

"Varrel...siapa Varrel?" Tanya gw sedikit lirih.

Dokter itu terdiam, bahkan wanita tadi terkejut dengan pertanyaan gw. Apa yang terjadi sebenarnya?.

"Ekhem...emm tuan muda, apa anda tidak ingat nama tuan sendiri?."

Pertanyaan bodoh macam apa itu, tentu gw inget nama gw!. Bahkan nama orang-orang bajingan itu masih gw inget sampe sekarang.

Gw hanya diam ngga ngejawab pertanyaan tu dokter, mata gw juga cuma natap dia datar.

"Tuan muda, Varrel itu nama anda sendiri. Varrel Alfarez Alexander"
Ujar wanita tua itu, dia natap gw dengan teduh.

Dan Varrel Alfarez Alexander? Sejak kapan nama gw berubah. Gw Rafael, Rafael Dwi Pratama!.

"Tuan muda, sepertinya anda masih belum terlalu sadar, setelah anda koma satu bulan mungkin itu membuat anda sedikit kehilangan ingatan anda" dokter itu mulai bicara kembali.

Koma satu bulan? Gw ga nyangka bisa tidur selama itu, tapi kenapa harus koma? Kenapa ga mati aja sekalian.

"Lebih baik anda istirahat, saya akan datang kembali nanti untuk mengecek keadaan anda."

Dokter itu pun mulai ninggalin ruangan gw, dan gw ga peduli.
Yang gw peduliin saat ini apa yang terjadi dengan gw?

Varrel Alfarez Alexander, nama itu sedikit tidak asing.

"Tuan muda, apa anda membutuhkan sesuatu? biar nanti bibi ambilkan," Ujar wanita tua itu.

"Oyaa, tuan muda barang kali belum ingat bibi, nama bibi... bi irah."

Gw cuma ngangguk, gw ngerasa kalo bi irah ini benar-benar orang baik.

"Air" ucap gw.

yahh setelah satu bulan katanya gw koma tentu saja gw butuh air, tenggorokan gw ini bener-bener kering dan butuh minum.

Bi irah langsung paham apa yang gw ucapin, dia langsung nyiapin air minum yang ada dinakas samping brakar tempat gw tidur.  Gw mulai bangun dari tempat, walau sebenernya gw males pen lanjut tidur lagi tapi demi apapun ni tenggorokan ga nyaman banget.
Bi irah bantuin gw buat duduk, lalu baru ngasih gw air yang gw minta.

"Apa yang terjadi?" Setelah minum gw langsung nanya ke BI irah, gw masih belum paham sama kejadian saat ini.

"Ah...i-itu tuan muda, anda mengalami kecelakaan saat tanding balapan."

Serius? Bukanya gw kecelakaan karna nerobos lalu lintas? tunggu, ini benar-benar aneh dari nama, dan sikap orang ke gw aja udah aneh.
Gw natap tangan kanan gw sendiri, tidak ada perbedaan sama tubuh gw, hanya saja....warna kulit gw lebih pucat dari biasanya. Bukanya warna kulit gw kuning Langsat? Tapi kenapa jadi putih pucat? Apa mungkin faktor gw terlalu lama dalam ruangan? Yahh, itu bisa jadi!.

Bi irah juga natap gw, kaya nya dia bingung Ama sikap gw. Gw natap Bi irah.

"Keluar," satu kata keluar lagi dari mulut gw. Untuk sekarang gw benar-benar lagi pangin sendiri.

"Emm... maksud tuan? Tuan muda menyuruh saya keluar?," tanya dia sedikit kebingungan.

Terlalu banyak bertanya, tentu saja memangnya siapa lagi yang gw suruh selain dia.
Gw natap Bi irah datar, memang tidak sopan natap orang yang lebih tua seperti itu, tapi siapa peduli.

Bi irah terlihat tegang Karna tatapan gw, dia langsung mengangguk.

"B-baik tuan muda, bibi keluar dulu...kalo tuan muda butuh apa-apa tuan muda bisa panggil saya." Ucapnya lalu pergi ninggalin gw sendirian.

Rafael Povv end

Sekarang dia sendirian, dia natap sekitar ruangan yang sedang dia tempati saat ini. Ruangan itu cukup besar, kemungkinan itu adalah ruangan VIP.

Dia menundukkan kepalanya melihat kearah tangannya yang sedang dinfus, satu detik kemudian dia langsung mencabut infus di tangannya tanpa merasakan sakit.

"Merepotkan" ujar Rafael.

"Gw butuh kaca sekarang."

Dia bangkit dari tempatnya untuk mencari kaca, dia berjalan sedikit lunglai.

"Erh..."

Dia berjalan dengan pelan, mengarah ke kamar mandi yang ada diruangan itu.

Didalam kamar mandi dia langsung ke wastafel lalu membasuh wajahnya. Setelahnya dia menatap cermin yang berada didepannya. Dan benar saja...

"I-ini...

||•T.B.C•||


//See yaa~

VARRELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang