[ 05 ]. Kembali Tersiksa

20 8 0
                                    

Karang merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan lamat. Pikirannya tertuju pada seorang gadis yang baru ia kenal akhir-akhir ini.

Entah mengapa ia malah memikirkan Buih. Ia baru mengenal gadis itu, tetapi ia merasa Buih itu perempuan yang berbeda.

Tanpa sadar, ia terkekeh geli.

"Lucu juga tuh cewe," Gumamnya.

Karang juga terpikirkan pada saat kejadian dimana ia menyelamatkan Buih yang ingin mengakhiri hidupnya. Mengapa gadis itu melakukannya? apa yang terjadi dalam hidupnya? masalah seperti apa yang membuat gadis itu ingin mengakhiri hidupnya? Karang masih tidak mengerti.

Apalagi perilaku Hegian yang menurutnya agak aneh. Seperti ada sesuatu yang laki-laki itu rahasiakan, tapi ia tidak tahu apa itu. Ia juga tidak mau manaruh rasa curiga terhadap temannya. Ia percaya padanya karena ia sudah cukup lama mengenal Hegian. Karang berusaha berfikir positif.

Karang menggelengkan kepalanya berusaha menepis pikiran-pikiran itu. Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Mikir apaan sih gue."

Ia beranjak bangun dari tempat tidurnya, lalu pergi ke kamar mandi.

Kurang dari sepuluh menit, akhirnya Karang selesai mandi. Ia keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer nya, sembari menggosok rambutnya dengan handuk kecil.

Setelah itu, Ia pun bersiap-siap menggunakan pakaiannya. Karang mengenakan hoddie hitam dan celana jeans panjang hitam. Tak lupa ia juga menyemprotkan parfum kesukaannya diseluruh bagian pakaian, dan menyisir rambutnya sembari melihat pantulan dirinya di kaca.

Sudah siap dengan penampilannya, Karang mengambil ponselnya yang tergeletak diatas nakas. Ia membukanya dan mengirim pesan kepada seseorang.

Karang hanya membaca chat terakhirnya, lalu segera memasukkan ponselnya ke dalam saku hoddie yang ia kenakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karang hanya membaca chat terakhirnya, lalu segera memasukkan ponselnya ke dalam saku hoddie yang ia kenakan.

Ia menuruni tangga dengan santai. Tetapi saat baru saja ia menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir, ia melihat Laut berjalan mendekatinya.

Laut berdiri dihadapannya, membuat langkahnya seketika terhenti.

"Lo mau kemana?"

"Bukan urusan lo."

Laut hanya terdiam sembari terus menatap Karang.

"Rang?"

"Apa?"

"Gue mau.... minta maaf," Ucap Laut dengan pelan.

"Buat?"

"Karena waktu itu gue udah buat lo marah, dan gue juga udah keterlaluan sama lo."

"Ngapain minta maaf? gak guna juga. Lagian udah biasa begitu," Jawab Karang menatap datar Laut.

"Gue gak bermaksud begitu... gue cuma khawatir sama lo, gue takut lo kena marah dan dipukul."

Meeting In The Rain And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang