Tujuh

968 106 9
                                    

Lanjut guys. Pertemuan yang tak disengaja. Selamat Membaca!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pada saat dipertengahan jalan. Dia menepikan mobilnya. Pandangannya melihat ke depan, di sana ada sebuah mobil yang berhenti. Tapi dikelilingi oleh orang berbadan kekar. Kemungkinan begal. Mana jalanan sepi, ini termasuk jalanan yang jarang dilewati. Delvin memilih pulang lewat jalan pintas.

Saat dia ingin putar balik lewat jalan tadi. Netranya melihat seorang gadis yang dipaksa untuk keluar oleh salah satu dari mereka. Matanya melotot saat gadis itu ditampar gitu aja dan anehnya dia langsung terdiam dengan mata kosong.

"Udah gak beres nih"

Delvin langsung memakai hoodie dan topinya agar menutupi identitasnya. Dia keluar dari mobil dan mengambil ancang-ancang untuk menendang lelaki itu yang sedang mencengkram tangan si gadis.

Bugh!

Brak!

Setelah cengkraman tangan si gadis terlepas, Delvin langsung menarik tubuh gadis itu ke belakang tubuhnya. Dia mempersiapkan kuda-kuda terbaiknya untuk melawan 6 orang sekaligus. Saat Delvin mendapat perlawanan duluan, baru dia juga mulai melawan balik. Dia berdoa semoga para bodyguardnya segera datang. Ia sempat melihatnya tak jauh dari mobilnya namun hilang gitu aja entah kemana.

Kini hanya tersisa 3 saja namun dirinya juga sedikit kewalahan. Sudah lama tak turun tangan langsung, badannya jadi agak kaku, tapi dia harus tetap bertahan. Tanpa dia sadari dari arah belakang, ada yang menendangnya sampai membuat dirinya tersungkur ke aspal. Disaat akan dikeroyok, tiba-tiba para bodyguardnya datang melindungi sang Tuan. Mereka datang terlambat bukan karena lalai. Tapi saat dijalan dihadang oleh sekelompok orang berjubah hitam yang menghalangi jalan.

Delvin menghindar dari orang-orang yang sedang adu otot. Mundur ke arah gadis itu, ada beberapa memar di bagian wajahnya dan sudut bibirnya sobek. Karna tak sempat menghindar jadinya kena pukulan. Kemudian menarik gadis itu masuk kedalam mobilnya.

"Hei, kamu gak papa kan?"

Karena tak kunjung mendapat jawaban. Delvin memasangkan seatbelt untuk gadis itu, dari tatapan matanya kosong. Mungkin masih shock dengan kejadian barusan. Kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan tempat tersebut. Dirinya bingung mau dibawa kemana gadis ini. Setelah berpikir panjang, dia memutuskan untuk membawanya pulang saja. Ingin mengantarkannya pulang pun dia gak tau dimana alamat rumahnya.

Butuh waktu 1 jam untuk sampai ke rumahnya. Sepanjang jalan hanya hening. Sesekali dia menoleh ke samping. Masih diposisi yang sama dengan tatapan yang masih kosong. Delvin merasa prihatin dengan gadis ini, tapi apa yang bisa dia perbuat. Ini kesekian kali dirinya menoleh ke kiri. Terlihat si gadis sudah tertidur, ya walaupun dalam tidurnya seperti gelisah.

Mobilnya memasuki pekarangan rumah. Menghentikan mobilnya tepat didepan teras. Ternyata kepulangannya ditunggu oleh ke-4 adiknya. Delvin hanya memperlihatkan senyum terbaiknya. Dia memutari mobil untuk membuka pintu dan menggendong gadis itu ala bridal style.

"Ini siapa?" tanya Felia.

"Wajah Koko luka gini, kenapa?" khawatir Shani.

"Gaby, malam ini kamu tidur sama dia dulu ya, nanti Koko ceritain," ucap Delvin sambil berjalan menuju kamar Gaby.

Gaby dan Aura lebih memilih duduk di sofa ruang keluarga, sedangkan Felia dan Shani dibawah menyiapkan air hangat untuk mengompres wajah Delvin serta menyiapkan obat-obatan juga. Dia merebahkan gadis itu di kasur, tiba-tiba tangannya digenggam erat oleh gadis tersebut.

"Ja-jangan pergi a-aku ta-takut"

"Mereka udah gak ada," ucap Delvin sambil mengelus tangan gadis itu dengan lembut.

Dirasa gadis itu sudah tenang, Delvin melepas genggaman tangannya. Habis itu menaikkan selimut sebatas dada, kakinya melangkah keluar kamar, sebelum menutup pintu dia sempat melihat gadis itu sebentar.

"Semoga dia gak trauma," batinnya.

Ketika sampai dibawah, dia sudah disambut oleh adik-adiknya. Duduk si sebuah sofa single dan bersandar serta memejamkan matanya sebentar. Ada sebuah kain yang menyentuh wajahnya, Delvin membuka mata. Terlihat Felia yang sedang mengompres wajahnya.

"Kok bisa sih sampai seperti ini, kalian tadi ngapain?"

"Koko gak tau siapa gadis itu, tadi tuh lewat jalan pintas kalian pasti taulah ya itu dimana. Gak jauh dari Koko berhenti tuh ada sebuah mobil hitam yang udah dikerumuni orang-orang berbadan kekar. Sepertinya begal, gadis itu sempat kena tampar karna memberontak. Karna gak tega, akhirnya Koko bantuin deh," jelas Delvin.

"Tuh anak masih keluyuran jam segini mana masih pake seragam sekolah lagi," ujar Delvin lagi. Heran dengan anak-anak jaman sekarang.

"Lah iya jugaa, seragam di sekolah Koko kan itu"

"Hmm, Gavin tidur di kamar kan?"

"Iya, tapi dikamar Gracia, ada Anin juga"

"Lah tumben akur"

"Entah, terus itu anak gimana kalo ortunya nyariin?"

"Ya dipulangin dong Gaby, apa mau dijadikan adek?"

"Ya enggak lah"

"Udah sana pada tidur, Koko mau buat kopi dulu"

"No! Kebiasaan banget sih," kompak mereka ber-4.

"Etdah buset, bisa gitu yak"

Delvin menghampiri adeknya, mencium keningnya secara bergantian. "Goodnight sayang," ucapnya disertai elusan di kepala.

"Night Koko," balas mereka bersamaan.

Delvin berjalan ke dapur mengambil segelas air putih beserta cemilan lalu membawanya ke kamar. Setelah Delvin menghilang dari pandangan mereka. Barulah mereka juga masuk ke kamar masing-masing.

Dia memilih untuk mandi, beberapa saat kemudian Delvin keluar dan menuju walk-in closet. Mengambil piyama yang ingin dia gunakan. Setelah selesai dengan urusan pribadinya, ia membawa minum dan cemilan serta beberapa berkas yang belum selesai ke balkon.

"Huft, lama-lama pacaran sama kertas kalo kayak gini terus," ucap Delvin menghela nafas. Tangannya meraih berkas kantor yang tadi belum sempat dia sentuh.

"Perusahaan Alexander mengajukan kerja sama," gumamnya.

*****

Pagi telah tiba, Delvin sedikit bangun kesiangan. Dia buru-buru mandi habis itu menyiapkan segala hal untuk hari ini. Ponsel yang biasa ia taruh di nakas tak terlihat. Meraba kasurnya dan ya dapat.

Delvin memasukkan beberapa berkas ke dalam tas kerjanya. Sibuk dengan berkas yang ingin dia bawa sampai lupa belum pakai dasi. Tanpa berlama-lama, dasinya ia kalungkan di leher. Tangannya menenteng tas dan jam kerjanya.

"Mom..." ucap Delvin sambil menuruni tangga.

"Mommy!" panggil Delvin lagi.

"Apa sih Ko, lagi di dapur," sahut Ariel yang sedang masak dibantu oleh art juga.

"Mom pasangin dasi Delvin dong, tolong"

"Kamu gak lihat tangan mommy lagi kotor, makanya nikah biar bisa dipasangin sama istrinya"

"Dahlah itu mulu yang dibahas," ucap Delvin lalu pergi ke kamar adeknya.

TBC.

Yuhuu up lagi, masih dengan cerita yang sama.
Btw, gue ada cerita baru lagi nih. Enaknya dipublish kapan guys?

Judulnya perjodohan, kali ini gue mau yang GxG. Ku sebut sebagai si dingin dan si bar-bar. Kira-kira siapa yang akan jatuh cinta duluan, bu bos ceo atau leader geng motor?

Komen guys, mau dipublish kapan?

CEO MUDA & GADIS SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang