Delapan Belas

473 68 4
                                    

#Part ini khusus membahas Davi dan seseorang yang jauh disana. Soalnya momennya pas😆

"Mana yang lain?"

"Masih di luar," balas Vano.

Mereka berjalan beriringan menuju sofa dimana semua orang sedang berkumpul. Mereka banyak mengobrol sampai mengabaikan yang lainnya.

"Van, menetap disini kan? Bisa kali kita kerjasama," ucap Delvin. Bisnis harus terus berjalan apapun kondisinya.

"Kemungkinan iya sih kak. Boleh tuh, nanti kita atur aja jadwalnya," balas Vano antusias. "Asik juga punya kakak ipar kayak lo," ucapnya.

"Waduhh dapat lampu hijau nih," balas Delvin tertawa geli. Dia menyenggol lengan Leo dan hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Asiikk saudaranya udah tinggal orang tuanya nih," ucap Delvin semangat dengan bibirnya terus saja tersenyum.

"Happy banget lagi ngomongin aku ya," ucap Fiona yang berdiri dibelakang mereka bertiga.

Delvin, Vano dan Leo langsung menghadap ke belakang. Tersenyum kikuk padanya yang seolah-olah kepergok habis melakukan sesuatu.

"Gua gak ikut-ikutan ya kak," ujar Vano dan Leo bersamaan. Mereka langsung menyalami semua orang yang sedari tadi menatap mereka.

"Kenapa kok diam aja," ujar Fiona menatap lekat Delvin yang malah mematung.

"Ni anak makan apa kok bisa secantik ini," ucap Delvin dalam hati.

Matanya tidak berkedip melihat penampilan Fiona yang berbeda dari biasanya. Hari ini dia terlihat sangat cantik dan menawan.

"Koko!"

"Eh iya-iya kenapa?" tanyanya setelah tersadar dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tersenyum canggung dihadapan mereka semua.

Danial dan Ariel cuma bisa geleng-geleng kepala. Setelah sekian lama tidak melihatnya bertingkah seperti itu. Rasa senang hinggap di hati keduanya, tidak sabar melihat kelakuannya yang lain.

Kemudian Delvin duduk disebelah Ariel. Menggaet tangan mommy dan sedikit menyembunyikan wajahnya.

"Aku malu," ucapnya lirih. Ariel hanya senyum senyum saja menanggapi pernyataan putranya.
.
.
.
Acara reunian dan bakar-bakaran sudah dimulai. Para ibu-ibu dan anak perempuannya sedang membakar makanan dan ada juga yang sedang buat minuman. Sedangkan di gazebo para bapak-bapak sedang temu kangen sambil bahas bisnis. Tidak jauh berbeda ada 3 orang laki-laki dewasa di dekat kolam renang yang sedang ngobrol santai.

"Gua gak nyangka ternyata lo anak dari Pak Keenan," ujar Vano.

"Tau sendirilah peraturan keluarga gue gimana. Koko doang yang diperkenalkan ke publik," balas Gian.

Vano dan Gian teman semasa kuliah dulu. Gian tidak memakai marga di namanya. Jadi tidak ada yang tau. Sempat beredar berita di media sosial tentang dirinya yang sering terlihat bersama dengan seorang laki-laki dan publik berasumsi miring. Bahkan Vano sendiri sempat mendengar berita itu dan sekarang sudah terjawab semuanya. Laki-laki itu ialah Zevan adik pertamanya.

Delvin hanya diam saja, menyimak pembicaraan keduanya. Lalu dimana Leo dan Zevan? Mereka berdua disuruh bantu bantu disana. Tidak lama dari itu Davi menghampiri mereka bertiga sembari membawakan minuman dan cemilan.

"Mumpung kalian berdua lagi ngumpul disini. Kakak cuma mau ingetin kalo 2 hari lagi acara ulang tahun sekolah akan diadakan. Semuanya udah siap kan dek," ujar Davi menepuk bahu Gian selalu pemilik hotel tersebut.

"Aman kan, sesuai request kalian," balas Gian dengan senyuman.

Delvin mengangguk lalu berdiri didepan Davi memegang kedua bahunya dan menatap matanya.
"Kak, jangan dimasukin ke hati ya yang dibilang daddy tadi. Aku dengar semuanya dan aku juga tau daddy gak bermaksud ngomong gitu.."

CEO MUDA & GADIS SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang