Selamat Membaca!
.
.
.
.
.Pagi ini Delvin dan Gian sudah rapi, hanya tinggal sarapan saja. Mereka keluar dari hotel lalu masuk ke sebuah mobil mewah. Bodyguard lah yang akan mengantar keduanya ke suatu tempat.
Restoran yang sudah mereka sewa untuk sarapan sekaligus meeting dengan salah satu klien penting yang tinggal di kota besar ini. Jadi, tujuan mereka datang ke London tidak hanya mengurus masalah Davi, tetapi juga karena ada meeting penting yang harus keduanya hadiri.
Beberapa menit kemudian, mobil mereka telah tiba di restoran tersebut. Delvin dan Gian turun, berjalan beriringan dengan tampang berwibawa. Keduanya langsung menuju ke lantai 3, tempat VIP yang sudah mereka pesan sebelumnya.
Ternyata, di depan pintu VIP itu sudah ditunggu oleh 2 pelayan. Delvin dan Gian masuk lalu duduk sembari menyilangkan kakinya serta membuka kancing jasnya. Pelayan itu masuk dan bertanya ingin memesan makanan apa?
Delvin yang sudah tau mereka ingin bertanya langsung menyelanya, "Excuse me, please serve your best dish for us."
"Yes sir, we will prepare it right away. Please wait a moment." jawab pelayan 1.
.
.
.
Di kediaman Dirgantara Fam...Para anggota keluarga sedang berkumpul di rumah utama. Setelah makan siang, kami memutuskan langsung menuju ke rumah Liam dan Melody. Mereka akan menunggu kabar dari luar negeri. Hingga saat ini, tidak ada satupun dari kami yang mengetahui kondisi putra sulungnya.
"Dad udah ada kabar dari koko?" tanya Anin menghampiri para orang tua yang sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Belum ada sayang, sabar ya. Ini daddy masih berusaha hubungi koko dan abangmu," jawab Danial mengusap lembut surai panjang putrinya.
"Sini duduk samping mommy," pinta Ariel menepuk sofa sampingnya. Anin nurut lalu bergelayut manja pada lengan sang mommy. "Kangen banget ya sama koko, hm?" sambungnya.
"Koko kan separuh jiwa aku mom," seru Anin.
"Nggak! Pokoknya koko itu cuma milik Gege," sahut Gracia baru saja datang.
"Apasih Ge, koko punya kuu!" seru Anin tidak mau kalah.
"Pokoknya punya Gege titik!" ucap Gracia menghentak-hentakkan kakinya.
"Hei heii kok malah berantem sih, kalian tuh saudara loh. Sini kamu Ge terus maaf-maafan," ujar Ariel menengahi keduanya.
Selalu saja begitu, mau ada atau tidak adanya Delvin, terus-terusan menjadi rebutan keduanya. Belum lagi kalau ada Shani, dahlah pastinya tambah ramai memperebutkan si sulung. Terkadang orang rumah bingung akan tingkah mereka, tetapi Shani masih bisa menahan diri dan terlihat lebih kalem, tidak tantruman.
.
.
.
Kembali ke London...Meeting berjalan dengan lancar, baik Delvin maupun Gian berhasil memenangkan tender terbesar. Pembangunan akan dilakukan pada awal bulan depan. Delvin akan membuat restoran Nusantara khas Indonesia di dalam kota ini. Sementara itu, Gian akan membangun sebuah hotel dengan interior yang berbeda dari sebelumnya.
"Gi suruh salah satu bodyguard kepercayaanmu untuk membeli cemilan buat orang rumah. Terus langsung kirim pulang aja, mungkin kita baru bisa pulang besok atau lusa," ujar Delvin, mereka sedang berjalan menuju mobil untuk kembali ke hotel.
"Oke ko. Habis ini kita mau kemana?" ucap Gian sedikit melirik kearah Delvin dengan wajah datarnya.
"Pulang dulu, sore nanti kita datangi perusahaannya. Aku udah suruh Alex buat awasi dia dari jauh."
Gian mengangguk. Ia pasti ikut apapun yang dibilang kokonya. Tanpanya, ia tak akan bisa seperti sekarang. Yang ia dapatkan saat ini hasil dari kerja kerasnya, bagaimana Delvin terus memberi pengarahan, membantunya cara mengelola perusahaan, semua hal yang ia tahu berkat didikan dari kokonya.
"Makasih ya ko," ujar Gian tersenyum, lalu masuk kedalam mobil.
"For?" Delvin mengangkat sebelah alisnya, pertanda bingung dengan ucapan Gian barusan.
"Semua yang koko ajarkan buat Gian"
Delvin mengangguk mengerti. Kemudian menepuk pelan bahu Gian, "Kita saudara sudah sepantasnya saling membantu. Apa yang kamu dapatkan sekarang hasil kegigihan kamu dalam belajar, koko hanya membantu sedikit. Berterimakasihlah pada dirimu sendiri," ucapnya.
"Pantas saja tuan selalu meminta menjaga mereka semuanya, keluarga mereka sangatlah rukun. Aku berjanji akan mengabdikan diriku, tak apa jika nyawa menjadi taruhannya, asalkan mereka semua aman," batin bodyguard 1.
"Tak akan kubiarkan orang lain mengusik keluarga ini," batin bodyguard 2.
Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, mobil mereka berhenti di halaman hotel. Delvin menunggu Gian yang sedang ngobrol dengan salah satu bodyguard yang mengantar tadi.
Sedikit terjadi perdebatan di hadapannya, di mana mereka tidak ingin meninggalkan keduanya dan memberi usulan untuk yang lain saja yang mengerjakan tugas belanja itu lalu dikirimkan ke Indonesia. Gian pun mengalah dan mengikuti usulan mereka.
Delvin dan Gian pun masuk ke dalam hotel. Mereka menuju unit yang mereka tempati. Hanya memesan satu kamar, yang paling mewah daripada kamar lain. Berhubung hotel ini juga memiliki kerjasama dengan Gian, jadi mereka menempati kamar khusus.
"Koko yakin melakukan hal ini, gimana perasaan kak Davi nantinya kalo pacarnya diperlakukan seperti ini?" ujar Gian mengkhawatirkan kakaknya.
"Haruskah kita bicara dengan baik, jika kamu lihat kelakuannya seperti ini," ucap Delvin menyerahkan tabnya, yang berisi rekaman CCTV.
Gian yang melihat video di layar datar itu menggertakkan giginya. "Kurang ajar, ayo kita kesana sekarang ko," ucapnya emosi.
"Sabar, biarkan mereka bersenang-senang dulu," ujar Delvin bersmirk.
.
.
.
Di kediaman Alexander..."Bang temenin ke rumah om Delvin dong," seru Fiona yang berjalan turun sembari membawa sebuah kotak agak besar.
"Lah bukannya dia sedang ada urusan di luar negeri, emangnya nggak ngabarin kamu?" tanya Leo mengingatkan.
"Oh iya Fio lupaa," keluhnya menatap sedih pada kotak yang ia pegang.
"Itu apa dalamnya mau lihat dong," sahut Vano.
"Gak boleh. Ini mau aku kasih ke om Delvin," ucap Fiona lalu berlari ke kamar lagi.
"Ada-ada aja kelakuannya. Menurut kalian Fiona suka balik gak ya ke Delvin," ujar Gerald.
"Harusnya suka sih pah tapi belum sadar aja," ucap Vano dan Leo hanya mengangguk.
"Menurut feeling mamah sih, Fio juga suka dilihat dari tingkahnya saat habis dianterin atau dapat hadiah sesuatu pasti girang banget tuh anak," sahut Nata yang selalu memperhatikan gerak-gerik putri bungsunya.
"Betul juga, ya kita do'akan saja gimana kedepannya," ucap Gerald mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan penuturan sang istri.
.
.
.
Sore pun tiba, Delvin dan Gian tengah bersiap untuk datang ke perusahaan pria tersebut. Mereka akan membawa 3 mobil sekaligus, 2 di antaranya berisi para bodyguard. Perjalanan tak terlalu jauh dari hotel yang keduanya tinggali. Saat ini, mobil telah berhenti tepat di depan pintu masuk perusahaan itu.Delvin dan Gian turun diikuti oleh 5 bodyguard yang ikut masuk ke dalam perusahaan yang menjulang itu. Para karyawan dibuat kaget dengan kedatangan mereka. Wanita yang bertugas sebagai resepsionis tidak bisa menghentikan keduanya. Alex, yang sudah menunggu di lantai paling atas, memberitahu bahwa di dalam ruangan pria itu ada seorang wanita.
Tanpa mengetuk, Alex langsung membuka pintu dan mempersilakan Delvin dan Gian masuk.
"Vernon Rajata Argantara"
Deg
TBC.
Yuhuu update lagii, seneng nggak?
Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO MUDA & GADIS SMA
Novela Juvenil"Delvin, umur kamu itu sudah matang untuk menikah," omel Mommy Ariel. "Mom, kita kan sudah membahas ini sebelumnya. Aku masih belum menemukan yang cocok dan masih ingin memprioritaskan Bubu." *** "Anak kecil itu selalu dibawa oleh beliau kemana-mana...