"Suruh aja bang Vano yang beliin," ucap Fiona menatap abangnya. "Sebagai permintaan maaf yang tadi," ucapnya lagi yang masih ngambek dengan abang pertamanya.
"Janji ya habis itu dimaafin," ujar Vano menatap adeknya.
"Iya buruan ihh, Fio udah laper," balasnya cemberut. Kemudian Vano dan Leo beranjak untuk membelikan ayam goreng kesukaan si bungsu.
"Lucu sekali anak ini," batin Delvin tersenyum.
"Kayaknya koko beneran suka deh," ucap Gaby, Shani, Feni dan Aura dalam hati.
"Lebih baik nanti aku tanyain sama abang deh," batin Davi yang melihat interaksi keduanya.
"Om.."
"Saya sudah pernah bilang jangan panggil om," ucap Delvin malas.
"Loh om kan memang udah om-om," ucap Fiona cekikikan.
"Dek gak boleh gitu," tegur Nata sembari menggeleng.
"Tapi ma, om-om yang ini tuh beda meskipun udah tua tapi tetap ganteng," ucap Fiona dan itu berhasil membuat Delvin salting tapi dia tetap harus terlihat cool didepannya.
"Kalo salting salting aja om, gak usah ditahan juga," ucap Fiona tertawa sambil menekan-nekan pipi Delvin dengan jari telunjuknya.
"Nggak siapa yang salting. Emm saya pergi ke toilet sebentar," ucap Delvin gagap.
Pada saat ingin masuk ke toilet karena tidak fokus jadinya menabrak dinding sebelahnya.
"Om nggak papa kan," ujar Fiona khawatir.
"Saya.. Saya gak papa kok," balasnya lalu masuk toilet. Setelah masuk dan mengunci pintunya, dia merutuki dirinya yang malah bikin malu. Tidak tau kenapa dia bisa se salting ini hanya dengan gadis SMA.
"Astaga Fio, kamu benar-benar bikin jantung saya nggak aman," ucapnya sendiri sembari mengusap dadanya dengan senyuman yang masih menghiasi bibirnya.
Merasa sudah cukup tenang dirinya pun keluar. Duduk kembali ke tempatnya. Delvin menatap gadisnya yang sedang asik dengan makanannya. Dia hanya diam memperhatikan, senyum tipis terbit saat Fiona makan dengan mulut belepotan.
"Emm enak banget," ucapnya mengelus perutnya.
"Udah kenyang," kata Delvin, sang empu hanya mengangguk. Delvin meraih tisu dan membersihkan sisa makanan yang masih menempel disekitar mulutnya.
"Ngantuk, om elusin kepala aku dong. Tapi om jangan pulang yaa.." ucap Fiona merengek sambil mengembungkan pipinya.
"Iya saya temani," balasnya. Tangannya terus menerus mengusap usap kepalanya. Hingga gadis itu terlelap dalam tidurnya.
"Ekhmm.. Semuanya kami pamit dulu ya, semoga Fiona segera sembuh," ucap Davi senyum sambil melirik adeknya yang masih diam saja disana, lalu berdiri buat pamitan.
"Iya miss, terimakasih sudah datang menjenguk putri kami," ucap Gerald dengan senyuman.
Setelah mereka keluar, Delvin juga ikut keluar menghampiri saudaranya di depan pintu ruangan.
"Kalian langsung pulang jangan melipir," ujar Delvin pada mereka dan dibalas anggukan. "Bodyguard udah siap didepan buat kawal kalian pulang, kalau udah sampai kabarin dan satu lagi kalau terjadi apa-apa dijalan langsung hubungi koko," sambungnya mengusap kepala mereka semua termasuk Davi yang notebanenya lebih tua darinya.
"Nggak sopan," ucap Davi menatap Delvin yang acuh. "Masih marah?" tanyanya.
"Jangan dibahas sekarang," balas Delvin menatap balik kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO MUDA & GADIS SMA
Teen Fiction"Delvin, umur kamu itu sudah matang untuk menikah," omel Mommy Ariel. "Mom, kita kan sudah membahas ini sebelumnya. Aku masih belum menemukan yang cocok dan masih ingin memprioritaskan Bubu." *** "Anak kecil itu selalu dibawa oleh beliau kemana-mana...