Selamat Membaca!
|
|
•
|
|"Apa yang anda lakukan di toilet tadi pagi bersama Fiona"
"Saya hanya buang air kecil biasa, lagi pula saya tidak mengenal yang namanya Fiona," jawabnya.
"Anda mengaku atau CCTV yang bertindak"
Guru baru itu hanya diam saja. Delvin yang merasa tidak dihargai, kemudian beranjak berdiri.
"Anda saya pecat dan pergi jauh dimana tempat yang saya tidak akan pernah melihat wajah anda kembali," ujar Delvin penuh penekanan setiap katanya.
"Tapi tuan, saya benar-benar tidak melakukan apapun selain buang air kecil," ucapnya membela.
"Oh ya, lalu ini punya siapa kalau bukan punya anda?"
Delvin melempar gelang itu ke atas meja. Guru baru itu terlihat sangat ketakutan. Kemudian merogoh sakunya mengambil hp dan menghubungi seseorang untuk segera masuk. Tanpa melepas tatapan tajamnya pada guru tersebut.
"Kalian masuk, seret wanita ini dan lakukan seperti biasanya," ucap Delvin dari telepon.
Tok tok tok...
"Masuk," balasnya.
"Permisi, ka-.."
"Langsung bawa saja," titah Delvin sudah muak melihat guru tersebut yang seakan menggodanya.
"Apa-apaan sih lepasin, pak tolongin saya!" teriaknya. Salah satu bodyguard itu langsung membekap mulutnya dengan kain yang telah diberi obat bius.
"Lo mungut darimana bisa dapat guru seperti itu," ujar Delvin berjalan kembali ke ruangan tadi dimana adiknya berada.
"Gak mungut juga kali. Sekolah kita kan memang lagi cari guru baru," balas Davi menyeimbangkan langkahnya.
"Iya deh, cukup sekali aja dapat guru kek gini. Gue gak mau sampai hal ini terulang kembali," ucap Delvin kemudian duduki di sofa single.
"Oke, gue juga minta maaf. Oh ya gimana keadaan Fiona?" tanya Davi yang duduk disebelah Aura.
"Untungnya dia gak papa tapi tetap harus dirawat," jawab Delvin.
"Gue ikut ya, mau jenguk anak murid," seru Davi.
"Boleh, sekalian nanti anterin mereka pulang ya. Nanti gue bakal suruh orang buat kawal kalian," kata Delvin.
"Emangnya lo mau kemana?" tanya Davi.
"Nginep di rumah sakit," balas Delvin dengan senyuman.
"Ada apa gerangan?" ujar Davi mengerutkan keningnya.
"Calon, gue suka sama dia," ucap Delvin to the poin.
"Hah! Yang bener aja, dia masih sekolah loh?" balas Davi shock.
"Salahnya dimana?" balas Delvin menaikkan sebelah alisnya.
"Ya jangan yang masih sekolah juga kali dek. Masih banyak perempuan dewasa yang seumuran dengan kamu," ucap Davi mode serius.
"Yang seperti apa lagi? Dulu aku bawa dia yang seumuran denganku yang kudapat apa, cuma sakit hati. Sekarang aku suka sama gadis itu terus mommy dan daddy juga udah dukung. Dan sekarang kalian enggak setuju. MAU KALIAN APA SIH?" ucap Delvin diakhiri dengan bentakan. Terlalu banyak yang ia simpan sendiri. Hingga ia tak sadar meluapkan emosinya pada mereka. "Maaf," ucapnya lalu beranjak pergi.
Saat diluar pintu ia tak lupa menyuruh para bodyguardnya untuk tetap mengawasi kemanapun mereka pergi. Delvin berlalu dari sana dan berjalan ke parkiran. Masuk ke mobilnya lalu pergi ke rumah sakit.
"Haishh kakak ini malah nambahin masalah aja," keluh Aura murung.
"Tunggu kalian juga nggak setuju kan?" tanya Davi memastikan.
"Awalnya sih gitu, tapi kata mommy kalau memang kita masih ragu gak papa, kan kita bisa melihat sifat dan kelakuan Fiona saat pendekatan sama koko. Yang dikatakan mommy ada benarnya juga, kita juga akan ngerasain dimana kita akan mencintai seseorang diluar konteks keluarga. Cinta datang dengan tiba-tiba dan gak tau akan berlabuh ke siapa. Kita juga tau kalau koko pernah gagal soal cinta dan yang kita inginkan sekarang koko nggak mengalami hal serupa. Jika memang Fiona lah yang menjadi jodohnya, mau segimanapun kita enggak setuju mereka akan tetap bersatu," ucap Gaby panjang lebar.
"Apa yang dikatakan kak Gaby ada benarnya," ucap Gracia yang baru datang bersama yang lain. Istirahat kedua, biasanya dihabiskan dengan ngobrol satu sama lain di ruangan Davi.
"Oh ya kak, tadi ada yang bilang Fiona dibawa ke rumah sakit, kenapa tuh?" tanya Angel yang mendengar bisik-bisik para murid di kantin tadi.
"Kakak gak tau pasti kenapa tapi udah selesai sih masalahnya. Bahkan koko mu sendiri yang nyelesain," jawab Davi yang belum melihat CCTV. "Kalian lanjut aja ngobrol disini, kami mau ke rumah sakit," lanjutnya.
"Terus kita siapa yang jemput?" ujar Anin menunjuk ketiga adiknya yang lain.
"Bareng Zevan aja kak," sahutnya.
Sementara di rumah sakit, Delvin baru saja masuk ruangan gadisnya. Ternyata orang tuanya sudah datang. Kemudian menyalami mereka berdua lalu mendekat ke arah Fiona.
"Leo, boleh saya duduk disini?" pintanya.
"Iya boleh," kata Leo pindah duduk di sofa. Delvin lalu duduk di samping brankar Fiona yang sedang tidur.
"Delvin, terimakasih telah menolong putri om. Maaf kami selalu merepotkanmu," ucap Gerald.
"Tak apa, lagipula saya juga senang berdekatan dengan putri om. Oh ya dapat salam dari daddy, katanya udah lama enggak ketemu. Sekali-kali main ke rumah reunian gitu," ucap Delvin modus.
"Boleh juga, gimana kalau selepas Fio keluar dari rumah sakit," usul Gerald.
"Oke juga tuh om, nanti biar saya sampaikan ke daddy," balas Delvin setuju.
Tok.. Tok.. Tok...
Masuklah lima orang perempuan, sudah pasti itu Davi dan adik-adik dari Delvin. Mereka menyalami Gerald dan Nata lalu memberikan buah tangan padanya.
"Silahkan duduk, tidak perlu repot-repot miss. Putri kami tidak papa," ujar Gerald.
"Tak apa pak, saya hanya mewakili pihak sekolah saja," jawab Davi tersenyum.
Gerald dan Nata tersenyum lalu mengangguk. "Oh ya kenalin ini putra pertama kami," ucap Gerald memperkenalkan anaknya. "Delvin maafin putra om ya, tadi Fiona sudah cerita," lanjutnya tidak enak.
"Gakpapa kok om santai aja, namanya juga gak tau kan," ucap Delvin yang masih menggenggam tangan gadisnya.
"Kak, sekali lagi maaf ya. Nama gue Aradhana Ghazy Vareno biasa dipanggil Vano, salam kenal semuanya," ucap Vano memperkenalkan dirinya.
Sebuah pergerakan dari samping membuatnya mengalihkan pandangannya pada si gadis. Fiona terbangun mungkin karena suar bising dari kami.
"Udah bangun, kamu mau sesuatu biar saya ambilkan?" tanya Delvin dengan suara halusnya.
"Ayam gorengku mana?" ucapnya dengan lucu.
"Masih dikandangin, kamunya sembuh dulu nanti saya belikan banyak-banyak," ucap Delvin sedikit bercanda.
"Om mah gak asik," ucap Fiona cemberut.
"Yaudah yaudah, saya belikan dulu kalau gitu," ucap Delvin lalu berdiri.
"Eh mau kemana?" tanya Fiona seakan tidak mau ditinggal olehnya, padahal disini banyak orang selain dirinya.
"Katanya mau makan ayam?" ujar Delvin bingung.
"Ya om jangan pergi, suruh aja bang Vano yang beliin," ucap Fiona menatap abangnya.
TBC.
Ciee update nihh...
Jan marah-marah terus lahh🙏Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO MUDA & GADIS SMA
Teen Fiction"Delvin, umur kamu itu sudah matang untuk menikah," omel Mommy Ariel. "Mom, kita kan sudah membahas ini sebelumnya. Aku masih belum menemukan yang cocok dan masih ingin memprioritaskan Bubu." *** "Anak kecil itu selalu dibawa oleh beliau kemana-mana...