Selamat Membaca!
.
.
.
.
.Di ruangan khusus...
"Sumpah mereka yang ingin dikenalkan kenapa aku yang deg-degan," ucap Anin menatap layar monitor.
"Bener banget, aku jadi takut," sahut Chika.
"Kita doakan, semoga setelah ini semuanya akan tetap baik-baik saja," ujar Keenan menimpali.
"Aamiin," kompak mereka.
Semuanya kembali fokus pada layar monitor yang memang disediakan khusus di ruangan ini.
"Perempuan disebelah kiri saya namanya Shani istri pertama saya dan yang sebelah kanan pastinya sudah ada beberapa orang yang tau bahwa dia istri kedua saya, namanya Felia. Serta tak lupa pria tinggi itu adalah adik saya sekaligus pemilik hotel MH ini. Sekian perkenalan tentang mereka bertiga, silahkan dinikmati pestanya malam ini, saya permisi," jelas Delvin memberi senyuman kepada ketiga orang di sampingnya lalu mereka turun dari panggung.
"Buset koko masih lanjutin drama ini," ujar Celine geleng-geleng.
"Terus itu bang Gian, dikenalin ke publik juga tapi sebagai adiknya koko. Emangnya nggak papa dad?" tanya Gaby pada Danial.
"Harusnya sih nggak papa, kita hanya perlu percaya dengan koko," ujar Danial meyakinkan putri pertamanya.
Skip acara selesai...
Para tamu undangan satu persatu meninggalkan aula hotel. Dan kini hanya tersisa keluarga besar Dirgantara dan Alexander.
"Untuk rencana kita waktu itu, Delvin setuju atau enggak?" ujar Danial mengenai niat baik putranya pada keluarga Alexander.
"Delvin berterima kasih kepada Daddy dan Om Gerald yang telah mendukung dan mungkin mempermudah, tapi saya hanya ingin mendekati putri Om dengan usaha saya sendiri. Jika dengan perjodohan, saya takut nantinya Fiona merasa tertekan, jadi saya tidak mau itu sampai terjadi. Sesulit apapun kedepannya, saya tidak masalah, asalkan itu usaha saya sendiri," jelas Delvin tidak ingin dibantu untuk meluluhkan hati Fiona.
"Kamu yakin tidak mau bantuan dari Daddy?" tanya Ariel menatap dalam mata putranya.
"Delvin yakin Mom, biarin aku berjuang sendiri," ucap Delvin meyakinkan sang Mommy. "Aku tahu harus ngetreat dia seperti apa, aku akan meluluhkan hatinya dengan caraku sendiri," lanjutnya menatap Fiona yang tengah tertidur di dekapan Leo.
"Kalau itu keputusan kamu, kami pasti mendukungnya. Jagain dia seperti kamu menjaga adik-adikmu," ucap Liam tersenyum.
"Pasti Opa. Kalian gimana? Apa Koko sudah mendapatkan izin?" tanya Delvin pada adik-adiknya yang sedari tadi hanya menyimak.
Mereka saling pandang satu sama lain. Melihat keseriusan Delvin, mungkin ini sudah saatnya mereka melepaskan kakak sulungnya. Akhirnya mereka mengangguk secara serentak, dan itu membuat Delvin dan yang lain bernafas lega.
"Makasih ya, sini peluk dulu," pintanya. Mereka berpelukan saling membagi kehangatan dan kenyamanan. "Jangan takut kalo koko bakal ninggalin kalian atau nggak sayang lagi sama kalian, itu nggak akan terjadi, jadi kalian tenang saja. Tetap jadi adik yang baik dan tentunya kompak ya, koko sayang banget sama kalian semua," ucapnya dengan hati yang senang, inilah penantiannya dan akhirnya mendapat restu dari adik-adiknya.
"Kami juga sangat menyayangi koko, jangan pernah berubah ya," pinta mereka dan Delvin mengangguk.
.
.
.
Keesokan harinya, setelah sarapan bersama, Delvin sedang bersiap dengan barang bawaannya yang akan dibawa. Saat ia turun, di lantai dasar mereka semua sudah berkumpul, dan hanya beberapa orang yang akan mengantar Delvin dan Gian ke bandara."Gian, kamu udah siapin kan?" tanya Delvin.
"Aman ko semuanya udah siap," balas Gian.
"Kakak mohon jangan sakiti dia ya," pinta Davi menatap kedua adiknya bergantian.
Gian mendekat dan memegang kedua bahu Davi. "Bagaimanapun nanti kondisi dia saat sampai sini, itu adalah bentuk konsekuensi yang harus dia dapat apalagi berurusan dengan keluarga kita," ucap Gian tegas.
"Lebih baik kakak mempertimbangkan lagi, sudah benarkah kakak menaruh keseluruhan cinta kakak buat dia, andai-... Gian stop!" Delvin langsung menyela dan Gian pun paham, ia merutuki kebodohannya yang hampir keceplosan.
"Andai apa?" tanya mereka kompak.
"Apa yang kalian sembunyikan dariku," ucap Davi.
"Pa, lusa siapin jet pribadi buat kita pulang," pinta Gian pada Keenan dan mengabaikan pertanyaan dari sang kakak.
"Semua kami pamit berangkat ya. Zevan ingat tugasmu," ucap Delvin.
"Siap, kalian hati-hati disana," balas Zevan.
Delvin dan Gian menyeret koper masing-masing, berjalan menjauh dari ruang keluarga. Namun suara lantang Davi membuat langkah keduanya berhenti.
"TUNGGU! JAWAB DULU PERTANYAANKU"
"Kalau pun kami jawab jujur, apa kakak akan percaya?" tanya Gian tanpa menatapnya.
"Tunggu saja sampai kami pulang. Berdoalah semoga dia gak mati ditangan kami," balas Delvin dan lanjut berjalan keluar lalu masuk mobil.
Yang tadinya bakal diantar oleh Keenan dan Danial, tidak jadi. Karena suasana rumah tiba-tiba senyap setelah ucapan dari putra sulung mereka, lebih baik mengkondisikan rumah dan biarkan para bodyguard yang mengantar.
"Kalian tenang, Delvin dan Gian gak akan ngelakuin hal itu," ucap Danial mencoba menenangkan mereka.
"Hadeuhh tuh anak berdua bikin panas aja," keluh Keenan dalam hati, melihat suasana rumah yang masih sama.
"Davi mendingan kamu masuk kamar sana, gak usah dipikirin," ucap Liam menimpali.
"Gaby dan Shani temenin kakaknya," pinta Ariel.
Mereka bertiga pergi ke atas, sementara Danial langsung memijit kepalanya. Pusing dengan kalimat yang dilontarkan Delvin tanpa rasa beban.
"Kalian berdua tau apa yang dilakukan pria itu diluar sana?" tanya Melody pada kedua putranya.
"Jujur sama kita," gertak Liam menatap putranya tajam.
"Baru kemarin kita tau, itupun Delvin dan Gian yang beritahu. Mereka lebih dulu mencari tau kelakuan busuk pria itu," balas Danial menunduk.
"Maaf kami gagal menjaga permata satu-satunya yang kita punya, kami siap mendapat hukuman dari ayah," sahut Keenan.
Keenan dan Danial berlutut di hadapan Liam, bersiap menerima hukuman. Liam menghela nafas sejenak lalu ikut berlutut dan memeluk kedua putranya.
"Berdirilah, percayalah pada putramu mereka yang akan mengurus masalah ini," ujar Liam membantu keduanya berdiri.
"Sekali lagi kami minta maaf," ucap Keenan dan Danial bersamaan.
"Ayah maafin," sahut Liam menepuk pelan bahu kedua putranya dengan senyuman.
.
.
.
Skip London...Penerbangan yang menguras waktu dan tenaga. Akhirnya tiba di hotel sekitar pukul 2 dini hari, mereka memutuskan untuk istirahat dan rencana itu akan berlangsung keesokan harinya. Karena masih ada beberapa hal yang perlu diurus.
Tbc.
Hehehe.. Mau ngilang lagii ya🏃♀️
Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO MUDA & GADIS SMA
Novela Juvenil"Delvin, umur kamu itu sudah matang untuk menikah," omel Mommy Ariel. "Mom, kita kan sudah membahas ini sebelumnya. Aku masih belum menemukan yang cocok dan masih ingin memprioritaskan Bubu." *** "Anak kecil itu selalu dibawa oleh beliau kemana-mana...