Baju Couple Untuk Disa

504 46 79
                                    

-2007

Bohong jika Disa mengaku baik-baik saja saat Bella bertanya keadaannya pasca putus dari Dimas, karena nyatanya, Disa kerap kali menangis diam-diam teringat kembali betapa menyakitkannya ucapan Dimas kala itu. Terhitung sudah dua minggu berlalu, Disa masih terbayang kejadian tersebut, ditambah lagi setelah putusanya mereka, Dimas sama sekali tidak menghubungi Disa, sekedar untuk meminta maaf, atau mengajak Disa untuk mengakhiri semuanya dengan cara yang lebih baik daripada sebelumnya.

Mereka juga sudah jarang bertemu, banyaknya jadwal ujian kelas 12 membuat Disa sering libur sekolah, pun apabila libur usai, dan mereka tak sengaja berpapasan, Dimas hanya memberikan senyum tipisnya, lalu melangkah pergi begitu saja, sama seperti yang Dimas lakukan kepada siswa-siswi lainnya. Hal tersebutlah yang semakin membuat Disa yakin, bahwa akhir dari hubungan mereka tidak berarti apa-apa bagi Dimas yang terlihat baik-baik saja. Berbeda sekali dengan Disa yang mati-matian untuk sembuh dari lukanya, yang mungkin hanya akan reda apabila nanti Dimas sudah lulus dari sekolah dan tidak Disa temui lagi sosoknya.

"Ca, ayo, ih, laper."

Disa sebenarnya mendengar panggilan Bella, namun rasanya ia terlalu betah manatap kosong ke arah kaca besar yang ada di toilet siswa sembari memegangi gespernya yang padahal sudah rapih sejak tadi.

"Ca, ih, Ya Allah, buru!" seru Bella kembali, namun tetap saja Disa tak menggubrisnya, masih asik dengan isi kepalanya yang sangat berisik sampai-sampai suara Bella terkalahkan dengan ramainya pikiran Disa.

"Ca!"

"Lo bisa sabar, nggak, sih?!" bentak Disa saat Bella menepuk bahunya lumayan kencang. Disa menatap tajam Bella yang kini bingung dengan reaksi Disa barusan, napas Disa bahkan saat ini memburu, jelas sekali emosi Disa terpancing sehingga membentak Bella seperti barusan.

"Gue dari tadi manggilin lo, Ca...," ucap Bella memelan, masih kaget dengan reaksi Disa barusan. "Yaudah, atuh, gue ke kantin duluan, takut malah ganggu lo kayak tadi." sambung Bella lalu pergi meninggalkan Disa.

Disa mengusap kasar wajahnya saat melihat langkah Bella menjauh darinya, Disa sadar bahwa reaksinya barusan sangatlah berlebihan, wajar saja apabila Bella merasa tersinggung dan memilih pergi meninggalkannya.

Akhir-akhir ini Disa sangat sensitif sekali, bahkan seringkali ia jadi  mudah tersinggung dan bahkan marah. Bukan hanya tadi, beberapa waktu lalu juga ia tak sengaja meninggikan suara saat bicara dengan Mamahnya, kemarin juga ia membentak teman kelasnya akibat tak sengaja terkena spidol di baju seragamnya. Dan kini, ia juga membentak Bella, hanya karena terkejut Bella menepuk bahunya saat sedang melamun di toilet sekolah.

Tak menunggu lama, Disa berlari mengejar Bella yang sudah berjalan duluan ke arah kantin sekolah, "Bell, tunggu!" seru Disa memanggil Bella.

Mendengar panggilan Disa, Bella langsung mengehentikan langkahnya, dan berdiri di koridor kelas, menunggu Disa datang menghampirinya.

"Jangan lari, ntar jatoh," ucap Bella datar kepada Disa.

Disa menggandeng kencang lengan Bella saat sampai, "Maafkan diriku, ya, sahabat terbaikku," ucap Disa manis sekali sembari memeluk lengan Bella, mencoba merayu agar Bella tak marah kepadanya.

"Sana, ngaca lagi aja," jawab Bella pura-pura ketus, padahal sebenarnya ia sedang menahan tawa melihat tingkah Disa yang sedang merayunya, "Tadi aja bentak-bentak aing, emangnya maneh satpol pp?!" lanjut Bella masih berpura-pura marah, namun, kalimatnya barusan sama sekali tak membuat Disa takut, malah Disa tertawa terbahak-bahak diiringi dengan pukulan pelan terhadap lengan Bella, sampai-sampai  mereka jadi pusat perhatian siswi lain yang sedang berjalan di koridor karena tawa Disa yang begitu heboh.

Jeffrey, Disa dan Persib BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang