"Jika ingin bunuh diri jangan disini. Lebih baik terjun dari gedung agar mayat mu bisa mudah ditemukan."
Rasanya Mark ingin tertawa saja mengingat lelaki mungil yang berniat baik padanya semalam. Walaupun disertai dengan ucapan yang pedas. Dan prasangka nya pun salah karena Mark tidak ingin bunuh diri diatas jembatan.
Mark hanya menikmati angin malam di atas sana. Cukup ekstrim tapi Mark menyukai hal-hal yang menguji nyali nya. Karena sedari kecil Mark di ajari apa itu mental kuat.
"Tentu saja aku peduli!"
Mark cukup terngiang-ngiang dengan ucapan itu. Benarkah laki-laki berkulit tan kemarin peduli dengannya? Karena tak ada siapapun yang peduli dengan Mark. Ah ada, tapi hanya sebentar.
Ibunya atau lebih sering Mark panggil bubu karena itu nama kesayangannya dari Mark. Mark ingin berbeda memanggil ibunya, mencari nama yang berbeda agar sang ibu tau bahwa yang memanggil dirinya adalah anak nya.
Taeyong, pria manis yang menjadi ibu dari Mark. Pria yang sangat Mark rindukan keberadaan nya. Sampai saat ini ia merutuki daddy nya karena Mark harus berpisah dari bubunya.
Jaehyun memang sengaja membuang Mark secara baik-baik. Dia tak ingin atensi Taeyong terlalu banyak pada anaknya seperti saat Mark masih kecil. Taeyong hanya mengurusi Mark sampai anaknya berumur 5 tahun.
Setelah itu Jaehyun membawa Mark entah kemana dengan alasan pendidikan dan pertama kali bertemu saat Mark berumur lima belas tahun. Dan itupun hanya sebentar. Karena ke posesifan sang suami tentunya. Tapi Jaehyun selalu membela diri nya dengan dalih, "bukannya masih baik aku mempertemukan kalian, sayang?"
Mark sedikit tertarik dengan laki-laki yang ia temui semalam. Ah lebih tepatnya kepedulian orang tersebut. Mark ingin laki-laki manis tersebut menunjukkan kepeduliannya lagi terhadap Mark.
"Lucas cari informasi mengenai laki-laki yang semalam." Perintah Mark pada sang sekretaris sekaligus teman seperjuangannya yang masih berada di ruangannya untuk membantu mengecek berkas.
"Tertarik dengan nya bung?"
"Diamlah, jalankan perintah ku tanpa cerewet."
Lucas terkekeh kecil melihat raut tegas Mark yang tak pernah menunjukkan perubahan ekspresi.
Getaran ponsel di meja mengalihkan perhatian Mark yang tadinya sibuk membaca berkas-berkas.
Disana tertera nama Daddy nya, tapi mengapa video call?
Mark menjawab panggilan tersebut, terpampang lah wajah rupawan Jaehyun di ponsel nya. "Bubu ingin berbicara dengan mu, ingat jangan lama-lama." Ucap Jaehyun sebelum wajahnya tergantikan dengan sosok Taeyong yang masih cantik.
"Mark! Apa kabar mu? Bubu kangen dengan mu nak." Seru Taeyong semangat.
Mark tersenyum mendengarnya, "Mark juga kangen dengan bubu."
"Hah, tenang saja. Bubu akan membujuk Daddy mu agar bisa bertemu."
"Tidak usah bubu, nanti dia menyakiti mu karena kecemburuan nya seperti terakhir kita bertemu."
"Ck, bubu jadi ingat. Daddy mu tak macam-macam dengan mu kan?"
Mark menggeleng, "tidak." Ucapnya dusta. Tentu saja Jung Jaehyun menghukum nya karena membuat Taeyong memperhatikan dirinya dan menghiraukan keberadaan Jaehyun.
"Baguslah. Kau sedang bekerja?"
Mark mengangguk kecil, "ya, cukup melelahkan." Adu nya.
"Istirahatlah jika sudah lelah ya? Jangan sampai sakit. Kau tahukah Daddy mu itu susah dibujuk untuk kesana menemui mu. Apalagi jika kau sakit, Daddy mu pasti menolak mentah-mentah bujukan bubu seperti waktu itu."
Mark tersenyum tipis melihat Taeyong yang berbicara panjang lebar dengan mulutnya yang dimajukan beberapa senti. Sangat khas sekali bubunya jika sedang berbicara.
"Kau mendengarkan bubu kan Mark?"
"Tentu saja, aku selalu mendengarkan bubu."
"Hm, baiklah. Sampai sini dulu ya telfonnya. Daddy mu sudah meminta ponselnya."
"Iya, bubu jangan lupa makan dan jaga kesehatan ya."
"Tenang saja ada aku di sini." Bukan Taeyong yang menjawab namun Jaehyun. Ponselnya sudah beralih orang.
"Kau fokus dengan pekerjaan mu. Jangan mencoba-coba merebut kesayangan ku."
Tut.
Panggilan dimatikan oleh Jaehyun. Mark menghela nafas. Dirinya sudah biasa dianggap rival oleh Daddy nya. Tapi masih ada kekesalannya karena ia tak bisa melihat dan memeluk bubu nya.
Tapi Mark sudah mendapatkan kandidat untuk orang yang memperhatikan nya. Siapa lagi jika bukan pemuda berkulit tan yang mengaku peduli dengan Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bouclier D'amour | Markhyuck
BeletrieSeharusnya Haechan biarkan pemuda itu bunuh diri saja. Harusnya ia apatis terhadap pemuda itu. Tak perlu peduli karena mereka tak kenal. Hah, dirinya yang sudah biasa bebas kini harus menerima keadaan di kekang! "GUE PENGEN KELUAR BRENGSEK!!" "Jung...